"Tapi hanya ada satu bidang yang kekurangan karyawan.Apa kau mampu mengurus keuangan perusahaan?" Fazriel tampak ragu-ragu. Tapi memang di bidang itu yang kekurangan karyawan.
Semua usahanya untuk menjatuhkan Gracia dimulai dari sana. Hal itu lah yang membuatnya ragu-ragu. Semua rahasianya tersembunyi disana.Ada dua pertimbangan yang membuatnya semakin ragu-ragu.
Pertama,jika Hendra berniat mengkhianatinya maka ia tidak akan bisa lari ataupun mengelak karena semua bukti-bukti penggelapan dana tersimpan rapi disana.
Kedua,jika Hendra benar-benar bekerja untuk uang tanpa niat berkhianat maka itu adalah sebuah kesempatan emas bagi Fazriel. Ia bisa memperalat Hendra yang mata duitan untuk penggelapan-penggelapan dana perusahaan untuk proyek berikutnya.
"It's Oke. Kau bisa mengandalkan ku. Aku akan memulainya dari bawah" sahut Hendra dengan senang hati.
"Baiklah. Besok kau bisa mulai bekerja. Veli akan membantu mengurus segala yang kau butuhkan. Dia juga akan membimbingmu di perusahaan." Meskipun risiko dan keuntungannya sama besar, Fazriel akan mengubah risiko itu menjadi keuntungan.Ia mendapat ide untuk menaklukkan Hendra agar tidak mengkhianatinya.Lagi.
'Bagus. Kau memang bodoh, Fazriel! Hanya demi wanita jalang, kau mempertaruhkan hidupmu, mencelakai orang yang sudah menyelamatkan nyawamu dulu. Bersiaplah untuk menerima karmamu. Kali ini aku tidak akan tertipu dengan tipu muslihatmu' Batin Hendra.
Dia tahu kalau Fazriel tidak akan melepaskan dirinya semudah itu. Dibalik semua ini, dia juga pasti sudah menyiapkan rencana untuk menjebaknya.Tapi itu tidak ada apa-apanya bagi Hendra. Bahkan itu lebih baik dari pada harus melawan kekuasaan Gracia . Bagi Hendra, melawan Gracia bagai mengantarkan nyawa ke mulut harimau.
Setelah keduanya membuat sebuah kesepakatan, Fazriel segera pamit. Ia hendak kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Gracia .
Setelah mobil Fazriel hilang dari pandangan Hendra, dia cepat-cepat menelpon Zhan dan Farka, memberitahu kedatangan Fazriel ke rumah sakit mengunjungi Gracia .
***
Setibanya di rumah sakit, Paman Dani dan Bi Meta sempat melihat Fazriel yang sedang berjalan cepat menuju ke toilet. Mereka heran melihat Fazriel berjalan dengan cepat seperti sengaja menghindari keduanya.
Baik Paman Dani maupun Bi Meta memang tidak tahu apa yang sudah diperbuat Fazriel terhadap Gracia . Mereka tidak tahu kalau kondisi Gracia sekarang ada hubungannya dengan Fazriel. Baik Gracia maupun Farka memang sengaja tidak memberitahu kejadiannya. Itupun atas permintaan Gracia agar tidak membuat keduanya cemas. Mereka berdua tidak menghiraukan keberadaan Fazriel. Mungkin dia sedang buru-buru,pikir keduanya.
Disisi lain, Damar yang masih terlelap memeluk tangan Gracia . Farka juga tak kalah pulasnya. Mungkin ia lelah karena sudah semalaman berjaga.
Gracia sebenarnya sudah sadar dari tadi,tapi ia tidak tega untuk membangunkan Damar maupun kakaknya. Akhirnya Gracia memutuskan untuk menunggu salah satunya bangun.
Lama-kelamaan tangan Gracia terasa semakin pegal. Namun, salah satunya dari mereka belum bangun juga. Gracia berusaha melepaskan tangannya dari pelukan Damar. Tapi bukannya terlepas, Damar malah semakin erat memeluk tangannya.
Gracia berdecak kesal. Ia menarik kasar tangannya hingga terlepas dari pelukan Damar.
"Waaaaa.. Apa? Ada apa ini?" Damar terperanjat dari tidurnya karena gerakan kasar yang tiba-tiba, sampai-sampai berdiri tegak celingukan saking terkejutnya.
"Sssttttt!!! Jangan berisik! Kakakku masih tidur!" Kata Gracia memukul Damar.
"Kau sudah ba..."
"Sstttt!! Astaga! Pelankan suaramu bodoh! Kau tidak dengar ya?" Bentak Gracia sedikit berbisik dan menutup mulut Damar.
"Aduhh.. Sshhh.. Kepalaku sakit." Erang Gracia memegang kepalanya.
"Kamu kenapa? Ayo berbaring lagi" Damar panik seketika. Ia membantu Gracia kembali berbaring.
"Pelan-pelan. Akan ku panggilkan dokter untuk memeriksa keadaanmu." Damar hendak pergi memanggil dokter tapi langkahnya terhenti saat Gracia meraih tangannya.
"Tunggu,Dam. Tidak usah panggil dokter untukku. Aku tidak apa-apa, hanya butuh istirahat yang cukup."Gracia berusaha untuk duduk bersandar. Namun ia kesulitan untuk duduk karena kepalanya terasa sakit dan badannya masih lemas.Damar segera membantu Gracia bersandar.
"Apa kamu yakin tidak mau ku panggilkan dokter? kondisimu masih lemah." Damar tampak khawatir karena Gracia meringis menahan sakit di bagian kepalanya lagi pula tubuh Gracia masih sangat lemah.
"Sudah ku bilang tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat saja. Itu sudah cukup, setelah itu kondisiku pasti membaik" tolaknya dengan kesal.
"Baiklah kalau begitu. Tapi tidak boleh menolak untuk di periksa kalau dokter Ilham sudah disini. Dia teman baikku. Tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan darinya. " ujar Damar lembut.
"Hmm.. Oke thank you." sahut Gracia pelan..
"Tidak masalah. aku akan selalu ada di sampingmu. Sekarang katakan apa kamu mau minum atau makan?" tanya Damar lembut.
"Air hangat saja" sahutnya, Damar segera mengambilnya.
"Kenapa kamu tidak panggil aku sebagai Dewi mu lagi seperti tadi malam, Damar?" tanya Gracia mengejutkan Damar hingga tersipu.
"Ehh..Itu.. Emm ini minumlah dulu." ia menyerahkan air hangatnya. Wajahnya memerah karena malu.
"Apa sudah mendingan?" Tanya Damar mengalihkan topik pembicaraan.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Jangan coba-coba mengelabui ku." ketus Gracia menatap Damar.
"Huhhh.. Kau ingin tahu? Baiklah. Apa menurutmu aku pantas untuk memanggil mu sebagai Dewi ku di saat kamu masih terikat dengan pria lain?" sahut Damar sedikit kesal.
Gracia tersenyum tipis. Ia tak menyangka jika laki-laki yang ia marahi di mall ternyata dia adalah laki-laki yang baik. Dan kini ada dihadapannya.
"Apa benar begitu? Lalu bagaimana dengan kejadian tadi malam?Kamu memanggil ku Dewi mu, memelukku, mencium keningku, bahkan kamu tidur sambil memeluk tanganku. Sampai tanganku terasa pegal sekali." Gracia mulai mengomeli laki-laki di depannya itu dan memperlihatkan tangan yang dipeluknya sejak tadi malam.
"Ishh kau ini! tidak usah di sebutkan sedetail itu. Aku melakukannya hanya untuk memberimu semangat agar tetap hidup. Kau juga menangis setelah aku menceritakan itu semua. Aku tak tega melihatnya. Makannya aku berusaha agar bisa membuat mu lebih tenang." Mendengar alasan Damar, Gracia tersenyum bahagia. Ia sungguh-sungguh tak menyangka akan alasan yang diberikan Gracia .
"Terima kasih" ucapnya singkat.
"Tidak perlu sungkan. Aku dan kakakmu adalah teman." sahut Damar tersenyum.
Ditengah perbincangan hangat mereka ternyata Farka, Paman Dani dan Bi Meta mendengar semuanya.
"Wah wah wah jangan-jangan sudah ada benih-benih cinta ya di antara kalian berdua." Ucap Farka usil.
"Kakak! jangan begitu. Aku masih punya Nugi." Kata Gracia mengembungkan pipinya.
"Huhhh memangnya apa bagusnya Nugi untukmu? hahaha" ejek Farka.
"Kak Farka! " Bentak Damar pelan karena malu.
"Lihat wajahmu itu nak Damar. Merah sekali seperti tomat yang sudah masak" kata paman Dani ikut menimpali.
"Paman kau juga?! aihh kalian ini usil sekali." gerutu Damar melihat paman dan bibi Gracia ikut menjahilinya.
Saat mereka sedang asik berbincang tiba-tiba Farka mendapat telepon. Farka pamit angkat telepon dulu. Tak lama kemudian ia masuk lagi.
"Ada apa kak?" tanya Gracia melihat raut wajah Farka sangat serius.
"Akan ada sebuah pertunjukan. Kita harus bersiap sekarang." ucap Farka serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
An Lin
Alahh gak ngaku lagi si damar/Facepalm/
2024-02-25
2