Rinjani berpapasan dengan Loui yang baru saja turun, sementara ia sudah menggenggam beberapa tangkai bunga dan menghirupnya riang, "lumayan nih, kalo dipake buat campuran bunga makam...cakep!" gumamnya.
Ia melewati Loui begitu saja tanpa mau menegur pria itu. Takut diamuk seperti waktu lalu, jika so akrab dengannya, karena sejatinya menurut Rinjani, Loui itu selalu ada dalam mode senggol bacok ketika berhadapan dengannya.
Jani seolah-olah menganggap Loui tak ada saat ini, seperti permintaannya yang tak suka jika Jani dekat-dekat.
Loui yang sadar akan sikap dingin Rinjani padanya cukup dibuat tak suka, "sombong sekali, dia kira dia siapa, sampai-sampai tak mau membungkuk ataupun menyapaku?" dumelnya berhenti sejenak, lalu ia berdecih, "apa dia lupa, aku adalah ayah dari anak yang ia kandung?!" nadanya sedikit meninggi.
"Huhhh, selamet!" Jani menghela nafas ketika sudah melewati Loui dengan jantung deg-degan, takut jika lelaki itu mengaum, lalu terkekeh masuk ke dalam kamar.
Loui turun untuk makan, dengan harapan besar makanan seperti yang tadi yang Marriot sajikan untuknya.
Namun realita tak seindah ekspektasinya, Marriot datang dengan tuna dan kentang tumbuk, lalu ada pasta serta apple pie.
Alisnya mengernyit aneh, "makanan yang kuminta tadi, mana?" tanya Loui.
"Sudah kubilang, tuan. Makanan yang tadi kau makan itu adalah masakan nona Rinjani, jadi aku tidak bisa memasaknya..." jawab Marriot, terlalu sulit menghafal di usia senja begini belum lagi nama bumbu dan tahapan memasaknya saja sulit ia hafalkan. Oscar yang berada disana dibuat berdehem membuang mukanya meski telah satu meja dengan Loui.
Wajah Loui kini menatap Marriot serius, "kupikir..." ia tak lantas meneruskan ucapannya, hanya bisa menggebrak meja refleks.
"Aku mau makanan yang tadi, bagaimana pun caranya aku tidak mau makanan-makanan ini!" perintahnya pada Marriot.
"Lou, memangnya kenapa dengan makanan ini, ini makanan yang biasa kau makan, dan selama ini kau tak ada masalah dengan semua makanan ini? Apakah aku perlu memanggilkan dokter?" tanya Oscar.
Loui sejenak ikut berpikir apa yang dikatakan Oscar ada benarnya, tapi ia pun tak tau kenapa, hingga akhirnya Loui memilih berdiri dari sana, selera makannya sudah membumbung tinggi.
"Apa gadis itu sudah makan?" tanya Loui mengingat Jani, tepatnya ingat bahwa dalam tubuh Jani ada calon putranya.
Marriot mengangguk, "nona, segera turun jika anda sudah selesai..." jawab Marriot semakin menunduk dalam, khawatir jika Loui tersinggung. Dan benar saja, dahinya semakin mengernyit mendengar jawaban Marriot, namun ia tak sampai meledakan marahnya disana.
"Hm, bilang saja aku sudah selesai." ucapnya.
"Hari ini, dia pergi kemana saja, Mathew?" tanya Loui mendadak penasaran dengan kegiatan wanita kampungan-*nya*.
"Hanya berbelanja bahan dapur di sekitaran Manhattan, itu saja." lapor Mathew, "selebihnya nona menghabiskan waktunya di rumah."
Loui mengangguk lalu beranjak pergi.
Sepanjang langkahnya menuju ruang kerja, yang Loui pikirkan adalah sikap Rinjani padanya, apakah ia telah bersikap semenyeramkan itu? Sampai-sampai Rinjani selalu menghindarinya? Kini hatinya terusik.
.
.
Rinjani turun dari kamar setelah merasa perutnya lapar, berharap masakan tadi masih ada dan akan ia hangatkan barang sebalik dua balik.
"Ibu Marriii, yuhuuu!" serunya, membuat Marriot terkekeh geli.
"Makanan Jani mana, bu?" tanya nya, wajah wanita dengan kepala yang ia tutup dengan scarf dan dibelitkan itu meredup ketika Jani sudah mulai mencari dan membuka kotak makan siang yang tersimpan di sekitar pantry dan itu telah kosong isinya, "maaf nona, makanan nona siang tadi..."
"Dimakan tuan Loui," tukas Mathew cukup berani. Jani dibuat tak percaya jika si mister borokokok itu mau memakan masakannya.
"Apa?! Sampai habis begini?!" tanya Jani menunjukan wadah kosong itu diangguki Marriot, gadis itu memajukan bibirnya sambil merengut, "rakus banget! Minta sih minta, tapi engga diabisin juga! Ngga tau apa! Kalo Jani ngga bisa makan makanan orang sini?!" geramnya kesal, Jani segera melihat wadah nasi yang menyisakan separuh, mungkin cukup untuk satu piring.
"Maaf nona," Marriot kembali menunduk, namun Jani menggeleng tersenyum, "ngga apa-apa, masih ada nasi....Jani bisa bikin nasi goreng," ucapnya mendadak ingin nasi goreng. Tangannya terulur mengambil beberapa bahan makanan di dalam sana dengan berjongkok.
"Biar saya bantu nona," Marriot segera membantu Jan, sementara Mathew melengos ke belakang bergabung bersama Stainley, sesekali ia melongokan kepalanya pada si nona yang harus dijaganya itu.
Menjaga Rinjani tak sesulit menjaga kuda, meskipun nakalnya lebih absurd dari kuda, cukup beri Rinjani peralatan dapur dan kebun, maka ia akan anteng.
"Apa kau merasa ada yang aneh dengan tuan Lou?" tanya Stainley, diangguki Mathew.
"Semenjak bertemu dengan nona Rinjani, ia menjadi berubah..." lanjut Stainley diangguki Mathew yang mengulas senyumannya kala mendengar nama Jani.
Baru saja mereka berbicara dan menyalakan batangan tembakau, kini sudah terdengar suara riuh dari arah dalam.
"Apa yang kau lakukan?!" sengit Jani menepuk punggung Loui, baru saja dibicarakan bos absurd mereka sudah berada di dapur, kapan turunnya?
Oscar sampai melerai keduanya bertengkar.
"Muntahkan!" sengit Jani. Loui menggeleng, "aku hanya memakan setengah, lagipula bahan makanan yang kau masak itu semua punyaku...apa kau tidak tau yang namanya berbagi?!" sudah salah nyolot, itu yang Loui lakukan sekarang.
Awalnya ia berada di ruang kerja, namun tak sengaja saat hendak mengambil minuman dari bar mini yang berada dekat pantry, Loui melihat sepiring makanan yang menggugah selera makannya kembali, dan tak bertuan, hanya ada Marriot disana yang sedang membereskan sisa kulit bawang.
Tanpa aba-aba ia duduk dan mencicipi, makanan yang masih menguarkan aroma lezat itu tanpa ampun dalam suapan-suapan yang tak ingat kalau nyatanya ia sudah memiliki tuan.
Hingga Rinjani yang baru saja keluar dari kamar mandi keluar dan membeliak melihat makhluk planet mars sedang menyantap makan malam miliknya.
Rinjani tak segan memukul punggung Loui cukup keras tak takut jika mister borokokok itu akan menodongkan pistolnya kembali.
"Oke, akan aku muntahkan....karena ini milikmu, maka kau harus menerimanya.."Loui meraih tangan Jani dan membalikan telapak tangannya.
Jani kembali membeliak, "apa yang akan kau lakukan?!! Hentikan, menjijikan!" Jani mencoba menarik tangannya dari tangan Loui yang justru tertawa melihat wajah kejiji'an Jani.
"Jangan pernah pelit padaku, karena semua ini milikku, termasuk kau saat ini..."
Jani menatapnya sengit, ingin memukul kembali Loui, namun di luar dugaan, Loui justru menarik tangannya hingga Jani menubruk dadhanya. Menatap wanita yang entah sejak kapan terlihat jadi menggemaskan ini Loui lakukan dengan lekat, memperhatikan setiap lekukan jelek Rinjani yang mampu mengusik hati.
Interaksi mereka tak banyak, tapi mampu membekas di hati Loui.
"Mulai saat ini, setiap pagi, siang, dan malam, memasaklah untukku..." titah Loui, membuat para anak buahnya menaikan alis tinggi-tinggi.
"Apa?! Hey, enak saja! Memasak untukmu itu tak ada dalam kontrak kita, dan aku tak mau!" Jani melipat kedua tangannya di atas perut yang membuncit serata membuang muka.
Loui mengangguk melekukan bibirnya, lalu ia berucap yang membuat Jani mau tak mau akhirnya mengalah.
"Kalau begitu, Marriot...kau ku pecat mulai sekarang, karena masakanmu tak enak lagi di lidahku dan lidah Rinjani. Dan Os, katakan pada petugas kebersihan yang biasa membersihkan mansion, karena Rinjani tak terbiasa memakai sepatu di dalam rumah, maka mereka ku pecat..."
Marriot terkejut bukan kepalang, begitupun Jani yang langsung menoleh pada ibu paruh baya yang baru saja menjadi temannya di mansion ini.
"Apa?! Kenapa begitu?!" Jani menyalak pada Loui.
"Ini rumahku, akan aku lakukan apapun sesuka hati...mudah saja," Loui menyeringai lalu melengos.
"Tap...Louiiii! Borokokok!!!!" kini Rinjani yang mengejar Loui, dibalik badannya Loui tersenyum.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Miftahul Nizar26
kocak certanya bikin ketawa🤭🤗
2024-01-05
2
Efrida
mafia lo lawan neng 😂😂😂😂😂
2023-12-16
0
💗vanilla💗🎶
nah lho perkara terasi jadi panjang hahah
2023-12-11
0