Mendadak Loui jadi siluman macan, urat-uratnya sampai menonjol keluar. Baru 1 menit menghadapi Rinjani, ia sudah dibuat geram. Itu sebabnya ia tak suka ada wanita di rumahnya.
Lelaki itu refleks mengepalkan tangannya dan mengarahkannya pada Rinjani, namun belum ia mendarat dan membuat pemilik wajah itu kesakitan, tangannya di tahan oleh Oscar, "tuan..." ia menggeleng, Rinjani sama halnya manusia lain, yang mengakui nyawanya hanya 1. Ia sudah bergetar dibuatnya, bahkan mungkin kalau tak malu ia sudah pi pis di celana dan menangis menjerit-jerit, tapi ia mencoba menekan ketakutannya agar terlihat layaknya wanita tangguh.
Loui menunjuk wajah Rinjani dengan rahang yang mengeras, sementara Jani menepis telunjuk Loui dengan beraninya, "apa?! Kamu pikir saya takut?!"
Loui mendengus, "kamu memang tak tau siapa saya," cibirnya tertawa sumbang.
"Siapa?" tanya nya lagi dengan sengak, "apa kamu bapaknya si jarjit, sampe Jani harus tau siapa kamu?!"
Mathew bahkan sudah melipat bibirnya kencang-kencang karena celetukan Jani, hanya saja situasinya tak memungkinkan ia untuk meledakan tawa. Yang benar saja, wanita ini! Loui mana tau serial tv anak-anak melayu.
Meski alisnya sempat mengernyit karena nama Jarjit, Loui kini menatap Jani tajam.
"Jaga mulutmu, nona. Karena mulutmu itu bisa membuat nyawamu melayang di Amerika ini." ancam Loui.
Pria itu menarik kembali penawarannya atas uang, ia pikir gadis ini akan menyukai uang dan pergi tanpa jejak seperti para jaa langg yang sering ia datangkan sebagai penghangat ranjang, namun nyatanya gadis yang ada di depannya ini tak menyukai uang, sepertinya ia memang tak waras.
Loui menodongkan senjata dari pinggangnya ke arah kening Jani, "jangan pernah menuntutku atas apa yang telah kulakukan padamu malam kemarin. Dan kau akan kulepaskan, tanpa gangguan tanpa ancaman lagi di negara ini, anggap saja hari ini aku sedang berbaik hati melepaskan wanita menyebalkan sepertimu." ancamnya.
Rinjani menatap Loui tajam penuh kebencian, bahkan hewan saja lebih manusiawi ketimbang lelaki yang ada di depannya. Ia seperti jelmaan jin ifritss.
"Hiduplah dengan penuh rasa bersalah, kelak Tuhanmu yang akan menghukummu!" tunjuk Jani, ia memang sakit hati, tapi setidaknya ia tak mau mengemis pada seseorang seperti Loui apalagi di negri orang. Setidaknya Jani pulang dengan sisa-sisa harga diri.
"Akan kuingat wajahmu itu tuan, dan kupastikan orang pertama yang kusebut itu kamu saat penghisaban dosa nanti!" Jani memutar badannya dan menatap satu persatu para penghuni ruangan yang hanya ada Loui, Mathew dan Oscar saja saat ini.
"Mamat, bilang sama bos kurang ajar kamu...karma Tuhan itu ada..." ucap Jani pada Mathew. Jani berjalan dengan hentakan keluar dari ruangan,
Blugh!
Dengan nafas yang menggebu penuh amarah, bahkan matanya sudah kelilipan air mata ia membanting pintu ruangan, biar! Biar roboh sekalian.
"Shittt!" Loui melempar benda-benda yang ada di atas meja kerjanya dan menjambak kencang rambut, ia merasa tertampar dengan sikap angkuh Jani, baru kali ini ada wanita seperti Rinjani.
"Lou," Mathew mencoba menegur Loui.
"Sebaiknya kalian berdua keluar!" sentaknya bertitah dan diangguki Mathew dan Oscar.
Ia merasa terhinakan oleh Jani di depan Mathew dan Oscar.
Jani mendorong dadha para pria yang sekuat-kuat beton, para penjaga rumah yang sudah seperti mansion ini. Baru Jani sadari jika rumah ini begitu besar, pantas saja ia merasa lelah berjalan.
Bukan hanya pria berjas saja, namun pria berpakaian layaknya preman pun banyak, tempat apa ini? Jani mengernyit, hatinya semakin dilanda rasa panik, ia ingin secepatnya keluar dari sini.
"Minggir!"
Oscar yang melihat gadis itu berlarian berusaha keluar dari labirin Loui terlihat frustasi dibawah, lewat sambungan telfon ia meminta anak buahnya membiarkan Rinjani keluar dari gerbang rumah yang seperti gerbang masuk neraka.
Oscar menyunggingkan senyumnya miring bertumpu di atas balkon, "kamu mengerti apa yang gadis itu ucapkan barusan pada Loui?" Mathew tiba-tiba datang dari arah belakang.
"Tidak." geleng Oscar.
"Lalu kenapa kamu tertawa?" tanya Mathew ikut berdiri di samping Oscar melihat gadis itu keluar dari sarang la cosa nostra.
"Entah. Hanya saja melihat sikap beraninya hari ini, aku merasa ingin tertawa saja." jawabnya. Mathew melirik dengan alis naik tinggi sebelah.
.
.
Loui lebih memilih duduk di kursi kebesarannya dan membuka file di depannya, terlihat beberapa transaksi yang harus segera ia tuntaskan hari ini.
Matanya bergerak dari kanan ke kiri membaca dan memahami apa yang ada di tulisan, namun pikirannya justru mengudara ke waktu malam kemarin, saat ia menghabiskan malam dengan gadis berani tadi.
"Arghhh!" ia memukul meja dan menutup berkas, Loui memijat pelipisnya yang justru semakin membuat Loui membayangkan lekukan tubuh Jani.
"Apakah aku memasukan benihku malam itu?" gumamnya mencoba mengingat-ingat.
Seingat Loui ia sama sekali tak mencabut miliknya hingga selesai melewati malam panas bersama Jani.
"Si*al!" dengusnya mencebik, otaknya semakin dipenuhi dengan pertanyaan yang menjurus pada ketidakyakinan, "apakah aku membuang benihku di dalam rahim gadis itu?"
Padahal selama ini ia begitu hati-hati dalam melakukan hubungan itu, tak pernah sampai mengeluarkan benihnya di dalam, kalaupun ia melakukan itu, ia selalu memakai pengaman. Rasa tak yakin, cemas bercampur padu menjadi satu membuat hatinya gelisah.
"Oscarrr!" teriaknya di sambungan telfon memanggil Oscar.
***
Oscar setengah berjalan cepat memasuki ruangan Loui.
"Ada apa, tuan Lou?"
"Duduk." pintanya.
Loui menaruh lipatan tangannya di meja layaknya bocah tk, "apa semalam aku menanamkan benihku di dalam rahim gadis itu?"
Oscar mengernyit sampai memundurkan wajahnya, "mana kutau!" Ingin rasanya Oscar mengetuk kepala Loui dan menghantamnya dengan palu. Yang benar saja! Loui bertanya padanya, seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri, toh yang melakukan bukan Oscar!
"Bagaimana jika aku membuang benihku di dalam rahimnya?"
Oscar menaikan kedua alisnya terkejut, bukan karena takut jika Jani mengandung, namun karena sikap Loui saat ini yang mencemaskan sesuatu yang menurutnya tak penting. Memangnya kenapa jika itu terjadi? Coba hitung berapa banyak orang luar negri yang mem per kosss aaa pembantunya hingga mengandung, mereka santai-santai saja.
Lalu sekarang sikap Loui yang begini, membuatnya bertanya-tanya, apakah Loui sudah menjelma menjadi seorang malaikat?
"Untuk apa tuan khawatir?"
Loui menggebrak meja, "jika itu benar, dan benihku tumbuh...itu artinya aku memiliki penerus dari gadis bo doh!" jawabnya.
Oscar semakin dibuat heran, "lalu harus kuapakan dia, kusingkirkan dan kubuang mayatnya di laut?" tanya Oscar.
"Cari dia, ikuti dan lihat apa yang terjadi!" titah Loui.
"Untuk apa?!" Oscar semakin tak mengerti dengan rencana yang akan Loui lakukan pada Rinjani.
"Jangan banyak bertanya, lakukan saja perintahku."
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dha
tot perut ku keram capek nahan tawa/Facepalm/
2025-02-04
0
DozkyCrazy
wkwkwkkw mamat
2024-11-16
0
DozkyCrazy
syuuka kata" teh Jani
kerren👏💃
2024-11-16
0