Bab 2- Manhattan Broadway

Ia memang tak memiliki banyak keluarga, bahkan ayah yang seharusnya menjadi pelindung Jani dan ama sudah tiada sejak 10 tahun lalu, tak kembali setelah melaut. Namun begitu banyak tetangga yang menyayangi Jani dan ama'nya.

Ramainya terminal tak menyurutkan rasa gugup Jani, "ati-ati neng. Ini...pegang!" pinta mang Ujang menyerahkan lembaran uang yang ia gulung-gulung, tak seberapa tapi ia ikhlas memberikannya untuk Jani.

"Eh, apa ini mang!" ia menarik tangannya saat mang Ujang menyerahkan gulungan uang kertas itu ke tangannya, dan menggeleng, "engga mang. Jangan atuh, buat neng Sari aja..."

Mang Ujang berdecak, "buat Yai mah ada, ini buat kamu. Buat jaga-jaga takut nanti ketinggalan kereta atau pesawat, atau sesuatu yang tidak diinginkan. Taro uangnya di sepatu."

Jani tertawa kecil, "rupiah mah ngga akan laku di sana, mang. Lagian kalo di simpen di sepatu nanti bau atuh!"

Mang Ujang terjengkat, "ah! Masa ngga laku! Ini gede Jan, 300 ribu...gagabah!" elaknya.

Jani kembali terkekeh, "mamang, Jani teh mau ke Amerika, bukan Cibatu. Amerika mah, pakenya dollar! Bukan rupiah..."

"Terus gimana atuh, dituker aja nanti disana dituker ke money...money apa yah?! Itu lah pokoknya mah!" mang Ujang mendorong dan mengepalkan tangan Jani demi menerima uang itu. Terserah lah mau Jani belikan apa untuk bekal atau apa, yang penting tidak ia bakar.

"Makasih mang, titip ama ya...Jani pergi dulu!"

Lelaki paruh baya dengan kaos yang sudah pudar warnanya itu mengangguk seraya menyeka garis wajah dari keringat dan minyak, tak ada baju khusus untuk mengantar Jani bahkan ia hanya memakai sandal jepit saja.

Jani pergi menggunakan bus antar kota untuk mengantarkannya ke Jakarta. Dipandangnya hiruk pikuk terminal yang kemudian perlahan ia tinggalkan, bersama kepalan tangan yang memegang uang dari mang Ujang, lalu memasukannya ke dalam saku kemeja.

Ada helaan nafas lega bersama rasa bahagia, bahagia yang membuncah di dalam dadha. Hingga tak lama ia terlelap selama menempuh perjalanan.

"Yo! Kampung Rambutan!!"

Jani tergelonjak kaget mendengar seruan berteriak dari kernet yang menyerukan nama terminal pemberhentian selanjutnya.

"Amang! Jani turun disini!" katanya diangguki kernet. Dari sana ia masih harus naik angkutan umum menuju kantor perusahaan pasta gigi.

Kurang lebih menjelang siang ia sudah sampai di tempat tujuan, ditatapnya gedung tinggi pencakar langit lainnya disini. Benar kata orang, Jakarta itu langitnya udah bolong! Karena terlalu banyak gedung-gedung tinggi, saking tingginya rasa gengsi Jani saja kalah saing.

Alisnya mengernyit silau, "ini kayanya!" ia masuk ke dalam setelah sebelumnya bertanya pada satpam dan menyerahkan bukti pesan dari pihak perusahaan.

Hawa dingin seketika menyeruak di dalam ruangan ini, akibat AC dan Jani naik ke lantai 10 dengan diantar security menggunakan lift.

Ia duduk sebagai tamu penting, meskipun awalnya sang manager melihatnya meneliti dari atas sampe bawah kaya liatin manusia silver di kota tua. Jani mengendus aroma badannya takut jika ada bau amis ikan yang tertinggal, namun nihil.

"Saudari Rinjani Odelia?"

Rinjani tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putih nan rapi miliknya, beruntung ama selalu melarangnya makan permen dan aromanis ketika masih kecil dulu, sebab tak punya uang, mungkin hanya sekali-kali saja ia dibelikan, sehingga hari ini ia bisa percaya diri tersenyum lebar, persis brand ambassador iklan pasta gigi close to you.

\*\*\*\*

Penandatanganan sudah, penjelasan pajak hadiah sudah, lalu serah terima pun sudah, termasuk penjelasan akomodasi yang diberikan pihak perusahaan beserta uang saku yang diberikan. Kini yang harus Jani lakukan adalah mempromosikan produk mereka sebagai pemenang hadiah utama.

Jani sudah terlihat segar nan cantik, wardrobe dan make up artis sempat memolesnya sedikit tadi biar ngga keliatan kucelnya karena akan menghadapi kamera.

"*Oke, camera roll and*...."

"*Action*!"

Degupan jantung tak tau lagi seberapa kencangnya, mungkin genderang perang saja kalah kencang saat ini, terang saja ia jadi model iklan dadakan begini! Yang akan ditonton satu negeri bahkan mungkin sampe luar negara.

Berasa jadi Tasya Kamila!

"Kamu ngga pede deket sama si dia?! Ngga usah risau...." Jani menggeleng dengan luwes dan natural di depan kamera.

"Ini solusinya, pasta gigi close to you! Dengan tambahan siwak untuk memperkuat kekokohan gigi, biar sekuat pondasi beton! Mencegah gigi berlubang, serta wangi mint yang segar!"

"Haaaaaa!" Jani menguarkan hawa nafasnya, yang sudah sikat gigi sebelumnya, animasi di dalam iklan nantinya akan membuat hawa sejuk macam kepingan salju menguar dari dalam mulut Jani, macam nafas naga!

"Mau one step closer sama si dia, sikat gigi pake close to you!"

*Cutttt*!

Bagusss!

"Mbak Jani, nanti disana ketemu sama kak Sisca, yang akan jadi tour guide mbak Jani. Dia akan jemput di bandara JFK. Sebelumnya mbak Jani transit dulu di negri tetangga, tapi akan ada pihak maskapai yang menemani."

Jani mengangguk paham lantas mencatat semua di otak dangkalnya dan masuk ke dalam maskapai.

Excited dan gugup bercampur menjadi satu, kali pertama naik pesawat terbang begitu mendebarkan, padahal banteran ia naik perahu dan mobil bak terbuka.

Ia mengulas senyumnya semanis madu, lalu menyenderkan punggung di sandaran bangku, melepas sejenak beban hidup untuk pergi berlibur.

Rinjani berlari kecil ketika pramugari mengatakan sebentar lagi mereka landing, karena itu artinya ia sudah berada di negri paman Sam.

Ia terkekeh renyah membuka gorden jendela pesawat dan menempelkan telapak tangannya persis yang dilakukan anak kecil.

"Ama, Jani udah di Amerika..." gumamnya lirih, coba tebak berapa orang rakyat jelata macam dirinya yang beruntung bisa menjejakan kaki di negri adidaya ini gratisan? Hanya beberapa saja termasuk dirinya.

...***Rinjani Odelia***...

...***Close to you***...

Sebuah papan nama atas nama dirinya terlihat kala Jani mengedarkan pandangan dan menyipitkan mata, seorang wanita berkaos hitam dengan rambut pendek mengangkat kertas itu setinggi dadha.

"Kak Sisca?"

"Rinjani Odelia?"

Jani tersenyum lebar dan mengangguk cepat, mirip boneka dashboard.

.

.

Ia menatap mendongak dengan cara memutar badan melihat segalanya di luar bandara, kampungan memang! Tapi inilah dia dengan segala ketakjubannya, takjub akan negara yang sedang ia jejaki, takjub dengan takdir Tuhan untuknya, takjub dengan pamor negri ini.

"Rinjani, akomodasi hotel untuk pemenang berkelas melati. Tapi tenang, ukuran hotel melati pilihan kami disini cukup bagus," ucap Sisca.

Jani mengangguk, dimana saja yang penting bisa memejamkan mata tanpa kehujanan dan kepanasan, "ngga apa-apa kak. Yang penting ngga di emperan toko!" jawabnya ngasal, Sisca terkekeh dan mempersilahkan Jani masuk ke dalam mobil sewaan.

Diantara ramainya kota di malam hari itu, Jani melihat gemerlap malam yang tak pernah mati. Sebagai orang pesisir, Jani tak jarang melihat turis mancanegara di dekat perkampungan bahkan tempatnya bekerja, namun rasanya beda. Disini mereka melayani Jani, macam supir yang kini tengah berbicara bahasa Inggris bersama kak Sisca.

Entah apa yang mereka bicarakan, sabodo amat. Sing penting sekarang, Jani adalah ratunya!

...***Manhattan Broadway hotel***...

Beberapa orang berseliweran keluar masuk, ada yang sekedar datang untuk makan di cafetaria ataupun menginap. Hotel yang tak mewah sekelas hotelnya raja Salman, namun pula tak buruk macam kandang ayam, termasuk seorang gadis bule cantik dengan dandanan biasa yang baru saja masuk diikuti beberapa pria di belakangnya yang diam persis orang bisu berwajah cool nan garang, berdiri di samping kak Sisca melakukan check in.

Jani tersenyum membungkuk sekilas ketika pandangannya beradu dengan salah satu lelaki, bukannya balas tersenyum ramah ia malah membuang muka jutek, benar kata orang, warga Indonesia adalah orang paling ramah, fix! Tak terbantahkan meskipun jarinya julid kelewatan.

"Jutek amat pak, di rumah ngga punya beras ya?" katanya membuang muka ke lain arah, "kayanya sih kebanyakan makan garem nih cowok." Lanjutnya bergumam.

Jani sempat melirik ketika gadis itu check in dan mengucapkan terimakasih, bahkan sampai ia ikuti pergerakannya yang masuk ke arah koridor, meski Jani menarik kembali lehernya ketika pandangan jutek lelaki tadi memergokinya tengah melihat si gadis, "slow mamen, Jani masih normal....masih suka pedang!" ucapnya pelan, namun terdengar oleh Sisca.

"Kenapa Jani?" tanya Sisca. Jani menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, "engga kak, ngeri ya disini, masa masuk hotel aja sampe rombongan gitu kaya mau arisan..." tunjuknya ke depan dengan jempol, sampai Sisca tertawa.

"Arisan?"

"Iya, arisan serabi..." bisik Jani meledakan tawa Sisca.

"Ayok ah, masuk! Istirahat," Sisca memperlihatkan kunci kamar mereka.

Jani mengangguk dan segera mengekori Sisca dengan cepat, membuang pandangan dari gadis barusan yang rupanya satu arah juga dengan Rinjani.

Tap-tap-tap-tap...

Langkah berjalan cepat seorang lelaki muda seraya membuang puntung rokok dan menggerusnya dengan sepatu.

Kemudian ia masuk ke dalam mobil mewah dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Bagaimana?"

"Target terkunci, dia menginap disini, bos." lapor Stainley.

Sesosok lelaki yang baru saja meneguk wiski'nya itu membuka kancing jas yang terasa memeluk erat tubuh. Di usianya yang menginjak 30 tahun ini, ia sudah memiliki semuanya. Harta, kekuasaan di dunia kelam dan rasa segan dari orang-orang sekitarnya, mungkin lebih tepatnya rasa takut dan hormat, wanita? Hm, selama ia memiliki uang modelan wanita macam apapun bisa ia beli sebagai partner ranjangnya, keluarga? Yeah! Anak buah, kerabat, kartel miliknya adalah keluarganya sejak ia ditinggalkan di panti asuhan.

La Cosa Nostra, adalah julukan kartel mafia di negara Amerika, dan Loui Mackenzie menjadi pemimpin kartel ini.

"Bereskan cecunguk-cecunguk kecil pengikutnya, karena malam ini aku akan bersenang-senang, dengan adik dari hama kecil bernama Blue Anderson itu..." tak ada seringai apalagi tawa smirk darinya, hanya ucapan dingin dan datar tanpa ekspresi berarti.

"Ya, tuan."

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Ita Rahmawati

Ita Rahmawati

baru baca udah bikin ketawa aja,..rinjani satu kampug sama saya😁😁

2024-12-11

1

DozkyCrazy

DozkyCrazy

ramah plus b3

2024-11-16

0

DozkyCrazy

DozkyCrazy

😁😁😁

2024-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1- Euforia
2 Bab 2- Manhattan Broadway
3 Bab 3- Terenggut
4 Bab 4~ Mematung di tempat
5 Bab 5~ Lelaki Borokokok
6 Bab 6 ~ Jelmaan Se to the tan
7 Bab~7 Runaway
8 Bab 8 ~ Kenyataan pahit vs lidah pahit
9 Bab 9~ Find You
10 Bab 10~ Deal !
11 Bab 11 ~ Cuma nanya doang
12 Bab 12 ~ Hey, kau wanita!
13 Bab 13~ Nama yang jelek!
14 Bab 14 ~ Jani yang down to earth (melantai)
15 Bab 15~ Staring at you
16 Bab 16~ Tak ada dalam kontrak
17 Bab 17~ Sesuatu mulai tumbuh
18 Bab 18~ Jani Yang Galak
19 Bab 19~ Menyangkal
20 Bab 20 ~ Misterious Man
21 Bab 21 ~ Be strong
22 Bab 22 ~ Jalan masing-masing
23 Bab 23 ~ Aku mencintaimu
24 Bab 24 ~ Rasanya itu la-la-la
25 Bab 25 ~ Tak mau kalah start
26 Bab 26~ Menjawab rasa penasaran
27 Bab 27 ~ Siapa dia?
28 Bab 28 ~ Will U....
29 Bab 29 ~ Pertemuan tak sengaja
30 Bab 30 ~ Ingin menganggap ini hanya mimpi
31 Bab 31 ~ Bule masuk kampung
32 Bab 32 ~ Bule betekok
33 Bab 33 ~ Liburan di rumahmu
34 Bab 34 ~ Tak Mengerti
35 Bab 35 ~ Penculikan
36 Bab 36 ~ The truth
37 Bab 37~ Tembakan yang meleset
38 Bab 38 ~ Hati yang sudah bertaut
39 Bab 39 ~ Tulang Ikan
40 Bab 40 ~ Kerikil dalam sepatu
41 Bab 41 ~ Kebun daun singkong
42 Bab 42~ Serangan
43 Bab 43 ~ Harapan Jani
44 Bab 44 ~ Cinta, jangan kau pergi
45 Bab 45 ~ Identitas Loui
46 Bab 46~ LIAM OLIVER THEODORE
47 Bab 47~ Finally
Episodes

Updated 47 Episodes

1
BAB 1- Euforia
2
Bab 2- Manhattan Broadway
3
Bab 3- Terenggut
4
Bab 4~ Mematung di tempat
5
Bab 5~ Lelaki Borokokok
6
Bab 6 ~ Jelmaan Se to the tan
7
Bab~7 Runaway
8
Bab 8 ~ Kenyataan pahit vs lidah pahit
9
Bab 9~ Find You
10
Bab 10~ Deal !
11
Bab 11 ~ Cuma nanya doang
12
Bab 12 ~ Hey, kau wanita!
13
Bab 13~ Nama yang jelek!
14
Bab 14 ~ Jani yang down to earth (melantai)
15
Bab 15~ Staring at you
16
Bab 16~ Tak ada dalam kontrak
17
Bab 17~ Sesuatu mulai tumbuh
18
Bab 18~ Jani Yang Galak
19
Bab 19~ Menyangkal
20
Bab 20 ~ Misterious Man
21
Bab 21 ~ Be strong
22
Bab 22 ~ Jalan masing-masing
23
Bab 23 ~ Aku mencintaimu
24
Bab 24 ~ Rasanya itu la-la-la
25
Bab 25 ~ Tak mau kalah start
26
Bab 26~ Menjawab rasa penasaran
27
Bab 27 ~ Siapa dia?
28
Bab 28 ~ Will U....
29
Bab 29 ~ Pertemuan tak sengaja
30
Bab 30 ~ Ingin menganggap ini hanya mimpi
31
Bab 31 ~ Bule masuk kampung
32
Bab 32 ~ Bule betekok
33
Bab 33 ~ Liburan di rumahmu
34
Bab 34 ~ Tak Mengerti
35
Bab 35 ~ Penculikan
36
Bab 36 ~ The truth
37
Bab 37~ Tembakan yang meleset
38
Bab 38 ~ Hati yang sudah bertaut
39
Bab 39 ~ Tulang Ikan
40
Bab 40 ~ Kerikil dalam sepatu
41
Bab 41 ~ Kebun daun singkong
42
Bab 42~ Serangan
43
Bab 43 ~ Harapan Jani
44
Bab 44 ~ Cinta, jangan kau pergi
45
Bab 45 ~ Identitas Loui
46
Bab 46~ LIAM OLIVER THEODORE
47
Bab 47~ Finally

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!