"Rum! Kamu sama dia itu beda" ucap Ares kesal
Ares tak habis pikir saat Arum menceritakan tentang Zaka yang menembaknya menjadi kekasih. Yang benar saja. Masa manusia sama demit? Kek ga ada cowok lain aja. Pikir Ares.
"Res, aku juga suka dan cinta sama Zaka" ucap Arum
"Tapi dia bukan manusia, Rum" geram Ares
"Iya aku tau, tapi cinta ngga bisa dipaksa" timpal Arum
Ares mengusap wajahnya frustasi. Bisa-bisanya Arum mau sama siluman monyet, emang si monyetnya ganteng, tapi sama aja yang namanya demit ya demit.
Arum pamit kembali ke kamarnya. Didalam kamar, Arum terus memandangi wajahnya dari pantulan cermin.
"Apa aku secantik itu? Apa aku pantes jadi istrinya Zaka?" Tanya Arum pada dirinya sendiri
Wushh
Arum terperanjat kaget saat seorang pemuda tampan berdiri tegap dibelakangnya. Dia adalah pemuda yang sama saat mengintip Arum mandi, Sunar. Khodam Arum memandang Arum dengan sorot mata dinginnya.
"Sunar,,," lirih Arum
"Apa kamu yakin dengan pilihanmu?" Tanya Sunar
Arum mengangguk yakin "aku mau menikah sama Zaka" jawabnya
"Apa Rahayu setuju?" Tanya Sunar
"Aku ngga tau, tolong tanyain ke Rahayu dong, aku jadi ngga enak kalau dia ngga setuju" Pinta Arum
"Maaf, aku memang khodam yang harus selalu melakukan perintah tuannya, tapi disini hanya kamu yang bisa manggil Rahayu" sahut Sunar
"Gimana caranya?" Tanya Arum
"Menarilah dengan selendang itu" jawab Sunar menunjukkan Selendang merah yang tergeletak diranjang tidur Arum
Arum mengangguk mengerti. Setelah mendapatkan ucapan terimakasih, Sunar kembali masuk ke dalam tubuh Arum.
Arum mendekati ranjangnya mengambil selendang merah miliknya. Arum mulai menari Gandrung 'gurit mangir'.
Arum bukanlah penari profesional, jadilah gerakannya sangat kaku. Arum menari-nari sesuai dengan apa yang diingatnya saat praktek nari diSMP dulu. Tiba-tiba angin berhembus halus tapi mampu membuat Arum merinding, namun Arum tetap menari.
Gandrung Osing
Ilang siji, mrujuko maning
(Hilang satu, tumbuhlah lagi)
"Arum, kamu memanggilku?" Tanya sosok perempuan berdiri didepan Arum dengan pakaian Gandrung Banyuwangi
Bukan lagi wanita berwajah seram yang menemui Arum beberapa hari lalu. Kali ini wajahnya sangat cantik, terlihat anggun dan berkarisma.
"Rahayu,,, aku pikir kamu udah tau alasannya" ucap Arum
Rahayu tersenyum dan mengangguk "aku setuju, aku mohon Arum, menikahlah dengan Zaka, ungkapkan kronologi kematianku agar aku bisa pergi menghadap ke sang pencipta"
"Maksudnya? Kamu meninggal dibunuh Rika kan?" Tanya Arum
"hanya kamu yang bisa membantu memecahkan teka-teki ini, kamu mendapatkan restuku untuk menikahi Zaka, bahagialah" ucap Rahayu
"wait,,, apa maksudmu? Teka-teki apa?! Ngomong jangan setengah-setengah!" sentak Arum geram
"Tolong cari tahu segera" jawab Rahayu
Arum hendak buka suara lagi, tapi tubuh Rahayu sudah menghilang tanpa jejak. Arum mengusap wajahnya frustasi, bagaimana caranya mengungkapkan kematian Rahayu? Apa Arum harus kembali ke masa lalu? Tapi bagaimana caranya? Andaikan disini ada CCTV.
Keesokan harinya, Zaka mengetuk pintu kamar Arum. Arum yang baru selesai mandi membuka pintu kamarnya, Zaka mematung beberapa saat ketika melihat Arum. Pakaian kebaya Osing kuno, rambutnya yang panjang digerai, warna kulitnya kuning Langsat, matanya coklat terang dan hidungnya mancung. Apalagi bibir Arum yang terlihat sangat menggoda bagi Zaka, andaikan mereka sudah menikah, pasti Zaka akan mencium bibir itu.
"Kenapa?" Tanya Arum malu-malu karena ditatap intens
"Ng-nggapapa, ayo sarapan dulu" jawab Zaka berusaha menyembunyikan rasa gugupnya
"bisa masuk dulu? Aku mau bicara" pinta Arum
Zaka mengangguk dan masuk ke kamar Arum. Dia dan Arum duduk bersandingan diatas ranjang, suasana dihiasi keheningan. Sangat canggung.
"aku barusan ketemu Rahayu"
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments