Setelah berhasil mengajak para mantan anggota geng motor Joker, Rafael mulai disibukkan dengan rencana-rencana besarnya. Satu minggu setelah mantan anggota Joker bergabung, geng motor Dark Eagle sudah berhasil mengumpulkan rupiah untuk membangun rumah singgah bagi anak-anak jalanan.
"Syukurlah, bangunannya sudah hampir selesai," ucap Bimbim saat datang untuk memantau kegiatan para tukang di rumah singgah yang sedang dibangunnya.
Rafael tersenyum. Dia sendiri tidak menyangka jika rumah singgah impian mendiang Yohanes, bisa rampung sebelum target yang sudah ditentukan.
"Bang Rafa, apa setelah rumah ini selesai, kita bisa numpang tidur di sini?" tanya seorang bocah berusia sekitar sepuluh tahunan.
"Tentu saja, Win. Kamu tidak hanya bisa numpang tidur di sini, tapi kamu dan teman-teman kamu, bisa tinggal dan menetap di sini baik siang ataupun malam," jawab Rafael sambil berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan bocah tersebut.
"Benarkah?" seru bocah itu terlihat senang.
"Tentu saja," sahut Rafael pasti.
"Yeay! Erwin punya tempat tinggal sekarang ... jadi Erwin enggak harus neduh lagi di kolong jembatan kalau hujan. Horeee!" seru bocah yang bernama Erwin, terlihat gembira.
Mendengar sorak-sorai anak kecil itu, Rafael dan Bimbim hanya saling pandang sembari melempar senyum satu sama lain. Rafael terlihat menengadahkan wajahnya menatap langit.
Gue yakin lu lihat semuanya, Yo. Jangan cemas, gue pasti jagain mereka buat lu. Monolog Rafael di dalam hatinya.
🔥🔥🔥
Waktu terus berlalu. Rafael semakin gencar melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk. Entahlah, apakah pencurian dan perampokan yang dilakukannya merupakan kejahatan atau tidak. Satu yang pasti, Rafael melakukan semua itu bukan untuk kesenangan dirinya, atau bahkan untuk berfoya-foya. Namun, untuk memenuhi warga sekitar kampung kumuh tempat markas Dark Eagle berada.
Kegencaran Dark Eagle dalam melakukan perampokan dan pencurian, rupanya telah menjadi topik utama pada setiap pembicaraan warga. Tidak terkecuali dengan Asyifa. Dia yang pernah mendapatkan kabar burung akan terlibatnya Rafael ke dalam geng motor, tidak dipungkiri merasa cemas. Karena itu, Asyifa semakin rajin melakukan pencarian terhadap Rafael. Gadis itu pun mulai mencari tahu beberapa kelompok geng motor yang ada di kotanya.
Dark Eagle. Sebuah geng motor yang memiliki anggota cukup banyak dan tersebar di berbagai wilayah. Ish, apa mungkin Rafael bergabung dengan kelompok geng motor Dark Eagle? Jika itu memang benar, aku harus segera mencari tahu di mana markas geng motor tersebut. Sebentar lagi waktu skorsing Rafa akan segera berakhir. Aku harus segera menemukan Rafa sebelum dia kecanduan hidup di jalanan, batin Asyifa seraya membereskan peralatan belajarnya.
"Hai, Syif! Aku anterin kamu pulang ya?" tawar Difta, ketua OSIS yang menaruh hati kepada Asyifa.
"Gak usah, makasih atas tawarannya Dif, tapi aku masih punya urusan lain sebelum pulang ke rumah," tolak halus Asyifa.
"Huft! Urusan nyari si Rafa lagi," ujar Difta seraya membuang napasnya dengan kasar.
Asyifa tersenyum kecut. Sedetik kemudian, dia mengangguk, menjawab ucapan Difta.
"Mau sampai kapan kamu buang-buang waktu percuma hanya untuk mencari laki-laki berandalan itu, Syif?" tanya Difta.
Asyifa tersenyum tipis. Jauh di lubuk hatinya, dia sangat tidak menyukai pertanyaan Difta. Namun, apa yang Difta ungkapkan memang nyata. Dia sudah sangat membuang waktu percuma hanya untuk mencari keberadaan pria yang sama sekali tidak pernah memberinya kabar.
"Syif, aku bukannya mau ikut campur urusan kamu sama Rafa. Namun, ada satu hal yang harus kamu ketahui. Seorang pria yang bisa menghargai pasangan, dia pasti akan memberikan kabar di mana pun dia berada. Dia tidak akan membuat pasangannya mencemaskan keadaan dirinya secara berlarut-larut, tapi Rafa ... sedikit pun dia tidak pernah mengabari kamu. Lantas, apa dia masih pantas mendapatkan perhatian kamu?" tutur Difta, mencoba menyadarkan Asyifa.
Kembali Asyifa tersenyum kecut mendengar pendapat Difta.
"Sudah siang, Dif. Bila pasti sudah nungguin aku di depan. Permisi!" pungkas Asyifa yang tidak ingin memperpanjang pembicaraannya tentang Rafael dengan Difta.
Kini, giliran Difta yang hanya tersenyum kecut. "Dasar bucin!" gumamnya pelan.
🔥🔥🔥
Rafael memberikan lingkaran merah pada tanggal di hari ini. Tanpa terasa, sebulan waktu skorsing telah ia lalui. Rafael tersenyum tipis saat menyadari waktu hukumannya telah selesai.
"Sudah sebulan penuh, tapi gue kok malas banget buat pulang, ya," gumam Rafael seraya meletakkan balpoin merah di atas meja.
Setelah sebulan menjabat sebagai ketua geng motor Dark Eagle, sepertinya Rafael mulai kecanduan hidup di jalanan. Dia merasa bebas mengekspresikan diri dalam bentuk apa pun. Tidak ada lagi larangan, tidak ada lagi omelan saat dia melakukan kesalahan. Hidup di jalanan, tanpa beban dan kekangan dari orang tua, membuat Rafael bebas melakukan apa pun yang dia sukai.
Rafael mulai berani memasang tato di beberapa bagian tubuhnya. Sesekali, jika dia sedang merasa pusing ataupun stres, bukan hanya sebatang rokok lagi yang menemaninya. Namun, segelas anggur. Sedikit demi sedikit, Rafael semakin kecanduan dengan minuman haram itu.
"Waktu skorsing lu sudah selesai, Fa. Apa lu gak mau balik lagi ke sekolah?" tanya Bimbim, mendekati Rafael yang sedang memainkan gelas seloki di tangannya.
Rafael mendongak. Sedetik kemudian, dia kembali menenggak sisa minuman yang terdapat pada gelas kecil itu. "Malas," jawabnya.
Bimbim merebut gelas kecil tersebut dan melemparnya ke sembarang arah.
"Cukup, Fa! Gak baik kamu mabuk-mabukan seperti ini. Memangnya kamu ada masalah apa, Fa? Cerita saja, siapa tahu aku bisa bantu!" tutur Bimbim.
Rafael menghela napas. "Masalah gue hanya satu, Bang. Gue gak mau pulang!" tegas Rafael seraya berdiri dari atas bangku.
Sambil berjalan sempoyongan, Rafael mulai memasuki markas.
🔥🔥🔥
Kejadian serupa pun terjadi di tempat Adinata. Setelah pulang dari perjalanan bisnisnya di luar negeri, kini pasangan pengusaha itu kembali disibukkan dengan meeting ke sana kemari dan juga tender a, b, c yang harus ditandatangani.
Keduanya tampak sibuk dengan bisnisnya masing-masing. Bahkan dengan tanpa beban, Rahayu sering melakukan fashion show untuk mengenalkan pakaian-pakaian hasil desainnya sendiri.
Begitu juga dengan Adinata. Tanpa pernah memikirkan anaknya yang masih di luar sana, pria yang usianya sudah mendekati kepala lima tersebut, masih sering melakukan perjalanan bisnisnya ke luar negeri. Bahkan sampai harus melakukan perjalanan bolak-balik Indonesia-Malaysia terkait beberapa proyek yang dilaksanakan di negeri Jiran itu.
Sepertinya, kedua orang tua Rafael mulai merasa nyaman tanpa kehadiran putranya yang menurut mereka, selalu bikin malu keluarga. Baik Adinata dan Rahayu, keduanya merasa lebih tenang saat Rafael tidak ada di rumah. Mereka seolah lupa jika memiliki titipan dari Tuhan yang harus mereka pertanggungjawakan di akhirat kelak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments