Rafael mengulurkan tangan untuk membantu pemuda itu berdiri.
"Thanks!" ucap pemuda itu seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah.
"You're welcome," jawab Rafael, sambil membetulkan jaket kulitnya yang melorot akibat ditarik preman jalanan tadi.
"Yohanes. Nama gue Yohanes, tapi lu bisa panggil gue, Yo!" lanjut pemuda itu seraya mengulurkan tangannya.
Rafael menyambut uluran tangan pemuda yang bernama Yohanes itu. "Rafael, panggil saja, Rafa!" ucapnya.
Kedua pemuda itu berjabat tangan. Hingga beberapa detik kemudian, Yohanes mengambil helm yang tergeletak di aspal.
"Lu mau pergi ke mana?" tanya Yohanes.
"Enggak ada. Gue cuma jalan-jalan aja, sumpek di rumah," sahut Rafael, mencoba mengangkat motor milik Yohanes yang tergeletak di aspal.
"Makasih," ucap Yohanes, mengambil alih motornya dari tangan Rafael.
"Sama-sama," jawab Rafael, singkat.
Yohanes lantas men-stater motor tersebut. "Ah, syukurlah masih menyala," gumamnya.
Melihat kawan barunya sudah bisa menguasai motor lagi. Rafael pun pamit undur diri.
"Gue pikir, lu sudah bisa melanjutkan perjalanan lu lagi. Senang bisa berkenalan, gue jalan dulu," pamit Rafael.
"Tunggu!" cegah Yohanes.
Rafael yang hendak membalikkan badan, sontak mengurungkan niatnya. Dia hanya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket seraya menatap Yohanes. Keningnya berkerut, menunggu Yohanes melanjutkan kalimatnya.
"Kalo lu emang nggak punya tujuan, kenapa lu enggak ikut gue aja? Sekalian gue kenalin sama anak-anak," lanjut Yohanes.
"Anak-anak?" ulang Rafael. Sungguh, dia tidak mengerti arah pembicaraan kawan barunya.
"Ayo, ikut saja!"
Yohanes tidak memberikan kesempatan kepada Rafael untuk bertanya lagi. Dia malah tancap gas, dan mulai meninggalkan Rafael. Namun, sesaat sebelum motornya berlalu, Yohanes memberikan isyarat tangan agar Rafael mengikutinya.
"Sialan! Ngajak balapan dia," umpat Rafael seraya berlari menuju motor yang diparkirnya di tepi jalan.
Rafael langsung menyalakan mesin motornya. Sedetik kemudian, dia menarik gas supaya bisa menyusul motor milik Yohanes yang sudah melaju cukup jauh.
Deru suara motor milik Rafael dan Yohanes, saling bersahutan di jalanan yang cukup lengang. Salip-menyalip terjadi pada kendaraan yang dilajukan kedua pemuda itu. Ini membuktikan, jika keahlian mereka dalam balapan, bukanlah abal-abal.
Hingga tiba di ujung jalan yang buntu, Yohanes membelokkan motornya ke arah kanan. Rafael masih setia mengikuti. Meskipun sesekali, dia melihat ke kiri dan ke kanan saat melewati jalanan perkampungan yang cukup kumuh.
Yohanes menghentikan kendaraannya tepat di sebuah bangunan yang hanya berdinding bilik bambu. Namun, terdapat karya seni mural hampir di sekeliling bilik tersebut.
Rafael turut menghentikan kendaraannya. Dia mengedarkan pandangan, menelisik setiap inci dari rumah bilik bambu yang hanya berukuran sekitar 21 meter persegi.
Rafael berdecak kagum ketika melihat mural yang hampir memenuhi dinding berbahan dasar bambu tersebut. Namun, yang lebih menarik perhatian Rafael adalah ... sebuah lukisan elang berwarna hitam dan di bawahnya bertuliskan Dark Eagle.
"Dark Eagle?" gumam Rafael yang langsung terkejut ketika menyadari satu hal. Apa mungkin sekarang gue berada di markas Dark Eagle? batinnya.
"Masuklah!" titah Yohanes kepada Rafael. Gerakan kepalanya seakan memberikan Rafael isyarat untuk mengikutinya.
Rafael mencabut kunci motor. Pemuda itu pun lantas turun dari kendaraannya. Setelah melepaskan helm-nya, Rafael berjalan mengikuti Yohanes untuk memasuki rumah bilik bambu tersebut.
"Welcome to the Dark Eagle headquarters!" seru Yohanes seraya merentangkan kedua tangannya.
Rafael tidak mengerti. Untuk beberapa saat, dia hanya bisa mematung, hingga satu per satu, para pemuda sebaya dengannya, muncul dari berbagai arah.
Para pemuda itu terlihat heran melihat Rafael. Akan tetapi, salah satu di antara mereka, ada yang cukup panik ketika melihat kondisi Yohanes.
"Astaga, Bos! Apa yang terjadi sama lu? Kenapa muka lu bonyok-bonyok begitu?" tanyanya yang langsung menghampiri Yohanes.
"Tenanglah, Bro. Gue enggak apa-apa," sangkal Yohanes.
"Ish, enggak apa-apa gimana maksud lu? Ini," ucap pria itu seraya meraih dagu Yohanes dan menggerakkannya ke arah kiri dan kanan, "kenapa pelipis lu lebam-lebam begini? Astaga, kenapa juga sudut bibir lu pecah seperti ini? Siapa yang berani nyerang lu? Bilang sama gue!" imbuhnya geram.
"Wuss, calm down, Man! I'm fine. Trust me!" tegas Yohanes seraya menurunkan tangan sahabatnya.
"Huh, begini akibatnya kalau lu jalan sendirian, Bos. Babak belur, ‘kan?" umpat pemuda itu.
Yohanes tersenyum. Kedua tangannya lantas merangkul pundak pemuda berambut gondrong yang ternyata sahabatnya.
"Tenanglah, Bim. Gue baik-baik saja. Lu tahu kenapa gue bisa baik-baik saja?" tanya Yohanes seraya menaikturunkan kedua alisnya.
"Astaga, Yo! Lu pikir gue cenayang?" gerutunya kesal, "mana gue tahu kenapa lu bisa baik-baik saja," imbuhnya seraya melipat kedua tangannya di atas dada.
"Itu karena dia!"
Dagu Yohanes bergerak maju. Menunjukkan jika dia baik-baik saja akibat pertolongan dari pemuda yang sedang berdiri tak jauh dari pintu masuk markas Dark Eagle.
"Siapa, Dia?" tanya pemuda tersebut.
"Namanya Rafael. Orang yang sudah nolong gue dari keroyokan Joker," sahut Yohanes memperkenalkan teman barunya.
"Apa?!" pekik pemuda itu, "jadi lu dikeroyok geng motor Joker?" tanyanya.
"Sudahlah, Bim. Jangan diperbesar, yang penting gue sudah pulang dalam keadaan selamat. Benar, ‘kan, teman-teman!" teriak Yohanes meminta dukungan para pemuda yang tengah berkerumun di ruangan tersebut.
Namun, tak ada satu pun yang membalas perkataan Yohanes. Umumnya, sama seperti pemuda yang berada di sampingnya, para pemuda itu pun terlihat berdecak kesal dengan kecerobohan Yohanes.
Pemuda berambut gondrong yang sedari tadi berbicara dengan Yohanes, tiba-tiba menghampiri Rafael. Dia lantas mengulurkan tangannya.
"Gue, Bimbim. Thanks sudah menolong bos kami. Pimpinan Dark Eagle," ucapnya memperkenalkan diri.
"Rafael," ucap Rafael. "Sama-sama, gue hanya kebetulan lewat saja," imbuhnya.
Rafael kembali menatap Yohanes. Dia bahkan tidak sadar jika orang yang telah ditolongnya merupakan ketua geng Dark Eagle. Sebuah geng motor yang cukup disegani, atau lebih tepatnya ditakuti warga Tasikmalaya.
Menurut cerita yang pernah dia dengar, ketua geng motor Dark Eagle merupakan seorang anak jalanan. Akan tetapi, kekuatan fisik yang dimiliki serta keberaniannya dalam melawan preman jalanan, membuat ia disegani oleh para anak jalanan. Rasa segan itulah yang akhirnya menggagasi para anak jalanan untuk membentuk sebuah geng motor, dan mengangkat Yohanes sebagai ketuanya.
🔥🔥🔥
Tiga hari telah berlalu. Dalam waktu tiga hari itu, Rafael melihat jelas aktivitas geng motor Dark Eagle. Tak ubahnya seperti film Robin Hood, para anak buah Yohanes yang terdiri dari anak-anak jalanan korban broken home, melakukan kejahatannya hanya untuk memberi. Umumnya, mereka melakukan pencurian, yang korbannya rata-rata orang berduit, tapi pelit.
Hasil pencurian itu pun, mereka salurkan kepada anak-anak jalanan yang berada di bawah kolong jembatan, di emperan toko, atau di tempat kumuh lainnya yang berada di wilayah sekitar. Bahkan, sebagian mereka sisihkan untuk membangun rumah singgah bagi para anak jalanan yang jumlahnya semakin membludak. Rafael dibuat terkagum-kagum dengan ulah anggota Dark Eagle.
"Jadi, gimana Rafa? Apa kamu bersedia bergabung bersama kami?" tanya Yohanes.
"Why not?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Selviana
Berarti mareka memiliki jiwa sosial yang tidak di miliki semua Genk motor.
2024-03-24
0
Nurul
gabung juga nih?
2023-10-28
0
Elisabeth Ratna Susanti
aku suka banget nama Rafael 😍😍😍😍
2023-10-14
0