Sembilan puluh tahun yang lalu, di dunia Garnias.
Ribuan phantom datang menyerbu istana dunia Garnias, semua kesatria yang berada di dunia Garnias mencoba melawan dan memukul mundur mereka.
"Jangan gentar! Kita harus bisa memukul mundur mereka!!!" kata Raja dunia Garnias dengan tegas.
Di dalam istana, lebih tepatnya di kamar raja, terlihat Blade kecil yang sedang ketakutan di peluk oleh ibunya.
"Mama.." gumam Blade dengan suara gemetar.
"Tidak apa-apa, papa dan yang lainnya pasti bisa mengatasi para phantom." kata ibu Blade untuk menenangkan Blade.
Tiba-tiba, ledakan terdengar dari lantai satu istana, hal itu membuat Blade dan ibunya terkejut, Blade terlihat semakin ketakutan dan ibunya memeluk nya dengan semakin erat.
"Blade, tetap disini dan jangan kemana-mana.." kata ibu Blade.
Ibu Blade membawa pedang logam hitam panjang dan keluar dari kamar, tak lama kemudian terdengar suara bentrokan dua pedang yang sangat kuat, hingga akhirnya suara bentrokan dua pedang itu menghilang.
Blade yang penasaran memutuskan untuk keluar dan menuju ke lantai satu, dia terkejut bahwa lantai satu sudah terbakar, dan dia lebih terkejut lagi melihat ibunya sedang terbaring di lantai dengan pedang yang menancap di Rune milik nya tanpa melukai tubuhnya.
Blade langsung berlari mendatangi ibunya dan memanggilnya beberapa kali, tapi tetap tidak ada respon, Blade mulai menangis sambil mengenggam tangan ibu nya, air mata mulai mengalir di pipi Blade.
Tak lama kemudian, Blade melihat dari balik api besar, sebuah siluet seorang anak laki-laki yang tingginya tidak terlalu jauh dari nya, anak laki-laki itu menggunakan armor api juga memiliki enam sayap cahaya, serta memakai topeng.
"Apa kau, apa kau yang membunuh ibu ku!!!?" tanya Blade dengan penuh kemarahan.
Tapi tidak ada jawaban dari nya, dia menghilang dari kobaran api itu.
"Aku pasti akan membunuh mu, pasti!!!!!" teriak Blade ke arah nya meskipun dia sudah tidak ada di sana.
"Hari itu adalah hari dimana aku menyadari betapa lemahnya diriku ini," kenang itu muncul dalam pikiran Blade, "Semenjak itu, aku bersumpah pada diriku sendiri. Aku tak akan kalah dari siapapun lagi. Aku akan menjadi ksatria terkuat di World Ocean ini!”
Cerita kemudian beralih ke masa kini,
Blade terbangun di sebuah ruang istirahat megah, dengan cahaya pagi yang terang masuk dari jendela. Kepalanya sedikit pening, dan dia menatap sekeliling, mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi.
"Apa yang terjadi?" gumamnya, dengan kebingungan.
Seorang pelayan dengan langkah hati-hati memasuki ruangan.
"Permisi, Pangeran... Yang Mulia memanggil Anda," kata pelayan itu dengan hormat.
"Ayah memanggilku?" Dia akhirnya mengingat apa yang terjadi. "Yang terakhir kuingat, aku ikut serta dalam pertarungan itu dan... Begitu ya, aku kalah." Ekspresinya berubah serius. "Beri tahu ayah, aku akan segera ke sana!" perintahnya dengan suara tegas.
Setelah pelayan meninggalkan ruangan, Blade mempersiapkan dirinya. Pikiran tentang kekalahannya memenuhi benaknya. "Orang itu... Namanya Airi Tristalia. Dia terlalu kuat. Levelnya jauh di atasku, dan gaya bertarungnya... Ternyata, aku masih jauh dari sebutan 'yang terkuat.'" Gumamnya.
Blade akhirnya tiba di ruang tahta, dan tatapan tajam Raja Jack, ayahnya, langsung menusuknya. Raja Jack duduk di singgasana, raut wajahnya kesal dan marah.
"Aku sudah mendengar semuanya, Blade," kata raja dengan nada yang tegas. "Tidak hanya kau ikut serta dalam pertarungan tanpa izinku, tapi kau juga kalah."
Blade merunduk dalam-dalam, suaranya tegas tapi penuh dengan penyesalan. "Aku benar-benar minta maaf, Ayah."
"Kau akan menerima hukuman mu nanti, tapi sekarang ada masalah yang lebih penting," ujar Raja Jack.
"Masalah apa itu, Ayah?" Blade menegakkan kepalanya.
"Di hutan utara, tiga lingkaran sihir pemanggilan terlihat," jelas Raja Jack. "Namun, ini bukan sihir pemanggilan biasa. Dilihat dari pola sihirnya, itu adalah sihir pemanggilan Ice Dragon."
Mata Blade terbelalak. "Ice Dragon...! Satu dari mereka saja sudah mampu menghancurkan satu dunia di universe ocean ini!"
Sebelum Raja Jack melanjutkan perkataannya, raungan keras terdengar dari arah gunung utara. Terdengar begitu menakutkan hingga dinding istana seakan bergetar.
Dari jendela, terlihat satu naga es muncul, ukurannya jauh lebih besar dari naga es yang biasanya terlihat di dunia Ignis. Bahkan dari jarak 400 meter, wujudnya mengintimidasi, dan aura dinginnya mulai menjalar hingga ke seluruh kerajaan, membekukan segalanya dalam jangkauannya.
"Apa-apaan naga itu!" Kata Blade dengan cemas. "Itu bukan ukuran normal Ice Dragon... Seluruh kerajaan bahkan berubah menjadi kota es hanya dengan kehadirannya dari jarak sejauh itu!"
Tiba-tiba, dua orang masuk ke dalam ruang tahta. Suara riang terdengar, seakan-akan ancaman Ice Dragon tak membuatnya gentar.
"Wah, Ice Dragon itu benar-benar besar," katan salah satu dari mereka.
Blade berbalik dan terkejut saat melihat Airi Tristalia berdiri di sana, tersenyum santai dengan Itsuka yang mengikutinya dari belakang.
"Kau... Airi Tristalia..." gumam Blade.
"Yo, Pangeran, dan juga lama tak bertemu, Paman Jack," jawab Airi dengan santai, melambaikan tangan.
Raja Jack tersenyum kecil melihatnya. "Senang melihatmu masih seperti dulu, Airi. Aku tidak tahu kau ada di sini. Jika kau datang, kau seharusnya menghubungiku."
"Maaf, Paman. Sebenarnya aku tak bermaksud mampir, tapi terpaksa saja."
Blade dan Itsuka terkejut bahwa Airi mengenal Raja Jack, bahkan berbicara seperti seorang teman.
Saat mereka berbicara, raungan Ice Dragon itu semakin keras. Kali ini, dua Ice Dragon lagi muncul dari lingkaran sihir, ukurannya sama besar dengan yang pertama. Aura dingin mereka semakin kuat, dan kali ini bahkan sampai bisa membekukan setengah dunia Garnias.
Blade yang tidak bisa lagi menahan diri, berlari keluar kastil. "Aku tidak bisa diam saja! Aku harus menghentikan mereka!"
"Tunggu, Blade!" Raja Jack memanggilnya, tapi Blade terus melangkah keluar. "Anak itu benar-benar keras kepala." kata Raja Jack.
"Aku juga akan pergi," kata Airi, diikuti oleh Itsuka yang dengan antusias berkata. "Aku juga akan ikut! Aku tidak akan lari lagi. Kali ini aku akan menghadapi nya!."
Airi tersenyum dan membiarkan Itsuka untuk ikut, mereka berdua segera menyusul Blade. Saat mereka mendekati medan pertempuran, Airi mengeluarkan jubah api phoenix dari ruang penyimpanan nya. "Itsuka, pakai ini!" katanya sambil melemparkan jubah itu kepada Itsuka.
Setelah beberapa meter berlari, mereka melihat Blade berhenti dan mengigil akibat dinginnya udara.
"Ini akibat kau bertindak tanpa berpikir dulu." kata Airi.
"Berikan cepat... Aku hampir beku!" kata Blade dengan gemetar.
Airi mengeluarkan satu lagi jubah Phoenix dan langsung memberikannya ke Blade, Blade mengambil jubah itu dan memakainya.
Sesampainya di tempat lingkaran sihir, mereka disambut oleh pemandangan mengerikan—30 orang terbaring membeku, tubuh mereka hancur berkeping-keping meski mereka telah mengenakan jubah api phoenix. Blade dan Itsuka kebingungan.
"Kenapa mereka masih bisa membeku? Bukankah mereka memakai jubah ini?" tanya Blade dengan heran.
Airi menjelaskan dengan tenang. "Jubah ini memakan energi sihir yang sangat besar. Jika energimu habis, maka jubah ini tak akan berfungsi. Jadi, jika mereka menggunakan sihir pemanggilan dan mengenakan jubah ini bersamaan, sudah jelas mereka akan kehabisan energi sihir."
"Bilang dari tadi!! Energi sihir ku ini sedikit!!!" teriak Blade ke arah Airi dengan kelas.
Airi dan itsuka terkejut saat Blade tiba-tiba berteriak. "Kenapa kau tiba-tiba berteriak seperti itu?" tanya Airi.
"(Dia pasti kesal karena kalah dari kakak, aku tidak akan bilang itu ah.)" tapi senyuman Itsuka mengatakan segalanya.
Mereka akhirnya sampai di dekat tempat ketiga Ice Dragon itu ada, terlihat mereka bertiga hanya berdiri terdiam dengan aura es yang tidak henti-hentinya terpancar.
"Tidak masalah, aku akan urus yang di tengah, kalian urus dua yang lainnya!" Airi memandang tajam ke arah Ice Dragon besar yang menjulang di depannya.
Airi terbang dengan cepat ke arah Ice Dragon yang ada di tengah itu.
"Oi!! Tunggu dulu!" Blade berteriak mencoba mengejar, tetapi Airi sudah terlalu jauh. "Cih. Aku ambil yang di kiri, kau ambil yang di kanan!"
"Panggil aku Itsuka. Pangeran Kuroyami." Kata Itsuka, sambil mengeratkan sarung tangannya dan tersenyum kecil.
Mereka berdua berlari menuju dua ekor ice dragon. Airi melesat dengan sangat cepat ke arah Ice Dragon itu dan langsung menghantam kepala naga itu dengan pukulan yang begitu kuat. Ice dragon itu terlempar sejauh 30 meter, tubuhnya yang besar menghantam tanah dengan dentuman keras. Namun, sang naga tidak tumbang. Ukuran tubuhnya yang mencapai 360 meter membuat pukulan itu hanya seperti lemparan batu kecil.
Blade sangat terkejut ketika Airi berhasil membuat Ice Dragon itu terlempar jauh. "Dia itu sejenis monster atau apa sih?"
Di sisi lain, Itsuka hanya tersenyum kecil. Dia sudah tahu kekuatan Airi, dan kejadian itu tidak lagi mengejutkannya.
Airi yang melihat ice dragon itu bangkit lagi, tersenyum penuh semangat. "Hebat juga," gumam Airi. "Waktunya kita bermain."
Dia melesat menuju sang naga yang kali ini menyerangnya dengan pilar-pilar es yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Di atasnya, tombak-tombak es juga terbentuk di udara dan meluncur ke arahnya.
"
Kristal biru muncul dan langsung menyelimuti Airi, menghancurkan setiap serangan yang mengarah padanya. Tidak berhenti di situ, Airi melanjutkan serangannya dengan pukulan kuat yang menghantam wajah ice dragon. Naga besar itu terlempar 100 meter ke belakang, menghantam pepohonan di hutan dan menghancurkan tempat dia mendarat.
Sementara itu, Blade dan Itsuka masih berjuang melawan ice dragon mereka.
"
"
Blade menghela napas. "Rupanya serangan seperti itu masih bisa melukai mereka. Setidaknya aku tahu mereka tidak tak terkalahkan."
"Rasa percaya diriku kembali lagi." kata Itsuka sambil tersenyum tipis.
Itsuka kemudian mengangkat tangannya ke depan, tangan kanan di atas dan kiri di bawah. Angin di sekelilingnya berkumpul, membentuk sebuah pedang tipis namun tajam di tangannya. "
"
Dua serangan itu menghantam kedua Ice Dragon dengan kekuatan penuh. Jeritan naga terdengar keras, namun mereka masih bisa berdiri, meskipun terluka parah.
Blade menggeram dalam hati. "(Sial, mereka masih bisa berdiri. Kalau aku melancarkan satu serangan lagi... Energi sihirku akan habis.)" Dia menoleh ke Itsuka. "Kau masih bisa menyerang sekali lagi?"
Itsuka tersenyum tipis. "Sayang sekali, tapi kakiku sudah mulai terasa beku."
"(Sial! Di mana Airi? Apa dia belum selesai?)"
"
Seketika itu juga, sebuah tinju api raksasa muncul dari pepohonan, membakar habis kedua Ice Dragon tersebut. Suhu yang panas mencairkan es di sekitar mereka, namun anehnya, hutan tetap utuh tanpa terbakar.
"(Apa-apaan serangan itu?!)" pikir Blade, takjub. "Dua ice dragon langsung terbakar habis, dan wilayah ini mencair tapi hutan tidak terbakar. Dia benar-benar mengendalikan sihirnya dengan baik."
Dari balik pepohonan, muncul seorang gadis berjubah merah tua. Dia melangkah keluar dengan percaya diri, dan dia berbicara dengan nada sombongan.
"Orang-orang bodoh, mencoba melawan Ice Dragon yang telah diberi tanduk raja."
"Tanduk raja? Apa itu?" tanya Blade, penasaran.
Gadis itu membuka tudung jubahnya, memperlihatkan rambut panjang berwarna merah terang yang berkibar seperti api yang sedang menyala. "Mana mungkin aku akan memberikan informasi semudah itu. Ada harga atas informasi dariku."
Blade mendengus kesal. "Dasar mata duitan! Aku paling benci orang sepertimu."
Gadis itu tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana jika kalian bisa mendaratkan satu serangan padaku, aku akan beritahu apa itu tanduk raja."
Blade dan Itsuka saling berpandangan, mempertimbangkan tantangan itu.
"Apa kau masih bisa bertarung?" Bisikin Blade.
"Sayangnya sudah tidak bisa, bergerak saja sudah kaku karena kaki ku membeku." Jawab Itsuka.
"Bagaimana, pangeran? Mau menerimanya?" tanya Itsuka.
"Aku akan menolaknya, kami sudah berada di kondisi kehabisan tenaga." Jawab Blade.
Tiba-tiba, teriakan terdengar dari dalam hutan. "Oi! Blade! Itsuka!" Airi muncul, melambai pada mereka. "Kalian lama sekali!"
"Kak, kau lama sekali." Kata Itsuka.
"Maaf-maaf, aku terlalu asyik bermain-main dengan naga itu." Airi melihat dua ice dragon yang sudah terbaring gosong. "Wow, kalian mengalahkan mereka? Hebat sekali."
"Eh, sebenarnya bukan kami, tapi dia-" kata Blade sambil menunjuk ke arah gadis itu. Namun ketika dia melihat, gadis itu sudah menghilang.
"Wanita mana?" tanya Airi kebingungan.
Blade menghela napas. "Yah sudahlah. Ayo kita kembali ke istana."
Sesampainya di istana, mereka melihat banyak orang yang berkumpul sambil menggigil kedinginan. Tanpa pikir panjang, Airi mengeluarkan beberapa jubah api phonix miliknya dan memakaikan kepada semua orang untuk menghangatkan mereka. Seorang pelayan kemudian datang menghampiri mereka.
"Pangeran, Tuan Airi, dan Tuan Itsuka, Yang Mulia memanggil kalian bertiga."
Mereka mengikuti pelayan itu menuju ruang tahta. Raja Jack duduk di atas singgasananya dengan ekspresi serius.
"Terima kasih telah datang kemari. Ada tiga hal yang ingin aku sampaikan pada kalian. Pertama, terima kasih karena telah menyelamatkan dunia ini. Kalau kalian tidak ada, sudah dipastikan dunia akan hancur. Kedua, hukuman terhadap putraku, Blade Kuroyami..."
Blade menundukkan kepalanya, wajahnya menunjukkan rasa bersalah.
"Meskipun kau telah menyelamatkan dunia ini, kesalahanmu tidak dapat dimaafkan. Oleh karena itu, kau akan diasingkan dari dunia ini... Jangan kembali sampai kau telah menjadi lebih kuat."
Blade mengepalkan tinjunya. "Baiklah, Ayah."
"Lalu yang ketiga, Airi Tristalia dan Itsuka Nagasaki. Aku ingin memberikan kalian hadiah sebagai ucapan terima kasihku. Katakan apa keinginan kalian."
Airi tanpa ragu menjawab, "Aku ingin batu hitam untuk bahan bakar kapalku. Kami sebenarnya kehabisan bahan bakar."
"Baiklah," jawab Raja Jack. "Keinginanmu akan dipenuhi. Bagaimana denganmu, Itsuka?"
Itsuka menundukkan kepalanya sedikit. "Maafkan aku, Yang Mulia, tapi aku tidak layak mendapatkan hadiah itu. Sejujurnya, bukan aku yang mengalahkan ice dragon itu. Seseorang menolongku dan pangeran. Jika bukan karena dia, kami pasti sudah mati."
Raja Jack terdiam sejenak. "Baiklah, jika kau bilang begitu maka tidak apa-apa. Dengan ini, pertemuan selesai."
Blade langsung menuju kamarnya, membereskan barang-barangnya. Tiba-tiba, Airi muncul di belakangnya.
"Kemana kau akan pergi, Pangeran?" tanya Airi.
"Aku juga tidak tahu..." Blade menjawab pelan. "Tapi aku harus menjadi lebih kuat, agar aku tidak kehilangan orang yang kusayangi lagi. Saat aku berumur 7 tahun kerajaan Garnias sempat di serang oleh pasukan phantom, saat aku dan ibu ku bersembunyi di istana, seorang phantom menerobos masuk ke dalam istana dan menghancurkan istana ini, ibu ku mencoba melawan phantom itu, tapi...... Dia tiada, aku kehilangan ibuku. Kalau saja aku punya kekuatan waktu...." Blade mengepalkan tangannya dengan sedih.
"Kalau kau jadi kuat, apa yang akan kau lakukan?" tanya Airi sambil menatap ke arah luar jendela.
"Aku akan membalas kematian ibu ku, aku akan mencari phantom itu dan membunuh nya dengan tangan ini." jawab Blade dengan penuh kemarahan.
Airi terlihat terdiam sejenak, seolah-olah memikirkan sesuatu. "Apa kau tau sosok phantom itu?"
"Aku masih mengingat nya dengan jelas, dia memiliki armor api dan enam sayap cahaya, serta memakai topeng yang unik." jawab Blade.
"Begitu....." Tatapan Airi tiba-tiba berubah, seperti seseorang yang menyesali sesuatu.
Dia kemudian mendekati Blade sambil tersenyum. "Aku akan membantu mu, aku akan membuat mu menjadi kuat agar kau bisa membalas kan dendam mu itu."
Blade terkejut dengan perkataan Airi, dia menatap Airi dengan ekspresi terkejut.
"Ikut dengan kami Blade, bersama-sama kita akan menjelajahi World Ocean ini!" Airi mengulurkan tangannya ke arah Blade.
Blade tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Airi, mereka berdua saling bersalaman.
"Kalau begitu, akan ku pegang janji mu itu, Airi."
"Tentu saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments