Sisi Lain Zen Liu

Pagi hari yang penuh ketenangan. Alarm tidak lagi berbunyi, ponsel tidak lagi berdering dipagi buta begini. Yah, Zen sedang masa pemulihan dirumahnya ,sehingga Marine merasa kali ini kehidupan normalnya telah kembali.

Marine yang baru saja membuka matanya merasa sangat bersemangat pagi ini. Hari ini adalah hari pertamanya untuk memulai tes uji coba tahap ke 2 di rumah sakit. Itu artinya ia akan bertemu dengan Dave lagi dan membahas banyak hal soal pekerjaannya.

Yah, Marine sangat senang jika sudah menyangkut pekerjaannya. Ia sangat mencintai pekerjaannya ini. Menjadi seorang peneliti teknologi membuatnya merasa punya dunia lain, dan memiliki partner seperti Dave membuatnya bersemangat mencari dan menggali ilmu hari ini.

"Hemm... Senengnya... Penelitianku berlanjut" Gumam Marine dengan senyuman.

"Terimakasih, Zen. Kamu datang dengan menyebalkan tapi juga memberikan hal yang menyenangkan. Aahahhahaaaa... " Marine mengguling-gulingkan tubuhnya kesana kemari diatas ranjang, karena kegirangan.

***

Marine sampai dikantor tepat pukul 08.00 pagi. Kini ia sedang sibuk mempersiapkan semua berkas dan peralatan diruang kerjanya untuk ia bawa ke rumah sakit tempat ia melakukan penelitian.

Ada perasaan aneh dan rasa mengganjal dihati sedari tadi. Marine merasa ada yang hilang dari dirinya sejak tadi pagi. Tiba-tiba ia terduduk di kursinya dengan lemas.

"Aku kenapa ya? " Marine menopang dagu dengan satu tangannya.

Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari saku blazer nya "Sudah jam 09.00 Zen nggak ada kabarnya? "

Marine mengecek pesan masuk, mungkin ada pesan atau chatting yang terlewat dan belum terbalas. Namun setelah dua kali mengecek hasilnya tetap nihil.

"Apa aku telfon saja ya?" Gumam Marine

Marine hendak menekan tombol call pada kontak yang ia beri nama Zen. Belum sampai ia menekan tombol itu tiba-tiba ia dikagetkan dengan ketukan pintu dari luar ruangannya.

Tok

Tok

Ceklek

Marine mendongak melihat kearah pintu masuk.

"Kenapa nggak menjemput ku?!! " Seorang pria tampan masih dengan perban di pelipisnya masuk sebelum dipersilahkan.

Yah, Zen Liu datang ke kantor Bai Munchen dengan marah dan kesal.

Marine berdiri dengan mulut menganga, karena ia kaget kenapa Zen justru datang ke kantornya "Bukannya kamu masih harus istirahat? Kenapa minta jemput? Trus kenapa kesini? "

Zen yang ling lung atau entah karena dia sangat merindukan gadis yang ada dihadapannya ini. Satu bulan menjadi dekat secara intens membuat mereka saling ketergantungan untuk bertemu. Bagaimana bisa Zen membiasakan dirinya yang sudah sebulan dimanja oleh supir pribadi yang cantik, pintar dan penurut itu tiba-tiba menghilang tanpa kabar sama sekali. Ini hari pertama mereka tidak bertemu pagi-pagi.

Marine masih menunggu jawaban dari kata Zen yang menatapnya tajam "Bukankah seharusnya kamu merawatku? '' Zen beralasan lain.

"Hah?" Marine membuang muka acuh "Apa aku harus cuti kerja?" Marine berkacak pinggang.

Zen duduk dikursi yang ada diseberang meja Marine dengan kesal " Tapi setidaknya mengabariku, kapan kamu mau ke rumah dan kamu mau kerja dulu. Aku menunggumu menelpon atau mengirim pesan padaku"

"Memangnya aku pacarmu?"

"Iya!!! Kamu lupa semalam berjanji apa pada orangtuaku!!!?? "

"Itu-!!! "

"Kalian pacaran? " Kata-kata Marine terputus oleh Celine yang ternyata sedari tadi mengintip diantara pintu masuk.

"Celine... " Marine bergegas mendekatinya dan menariknya masuk ke ruangannya.

Zen yang masih duduk dikursinya diam tak acuh dengan kehadiran atasan sekaligus sahabat Marine itu.

"Kamu menguping? " Tanya Marine

"Aku kebetulan lewat depan ruanganmu, dan melihat pintunya agak terbuka jadi aku penasaran. Hehee" Cengiran Kuda diperlihatkannya

"Kami nggak pacaran. Em... Kami hanya terlihat pacaran tapi sebenarnya nggak" Marine tampak bingung mejelaskannya "Oh, nggak. Kami hanya pura-pura pacaran"

Celine tersenyum "Oh, apapun itu yang jelas kalian saling mencintai kan" Celine tersipu sendiri

"Eh, bukan begitu. Ini cuma-"

"Ayo kita ke rumah sakit sekarang" Suara tegas Zen memecah obrolan absurd Celine dan Marine

"Oh, iya iya. Kita harus ke rumah sakit untuk menemui direktur Rumah Sakit Venus" Timpal Marine

"Jangan bergosip yah. Aku ngga ada hubungan spesial dengan Pak Zen. Oke?? " Marine setengah berbisik ditelinga Celine.

Zen kemudian berdiri dan memberi salam dengan menundukkan kepalanya pada Celine.

"Eh, itu kenapa kepalanya Pak Zen?" Celine membulatkan mata

Zen hanya berlalu, tidak menjawabnya.

"Sudah nanti saja aku ceritakan. Oke!!! " Marine mengekori Zen

Sebelum melangkah keluar Marine menghentikan langkah dan membalikkan tubuhnya setelah melewati Celine yang masih diam mematung diruangannya.

"Ingat!!! Jangan bergosip. Aku titip ruanganku yah dan sampaikan pada Pak Morgan aku dan Pak Zen mau meeting dengan direktur Rumah Sakit Venus" Marine mengacungkan satu telunjuknya sebagai peringatan.

"Iya.. Iya. Sana pergi" Usir Celine

Saat Marine keluar dari ruangannya dia dikagetkan oleh Zen yang masih berada didepan pintu.

"Hmmpp... Kenapa masih disini? Aku kira sudah di parkiran" Marine menutup mulutnya karena kaget.

"Aku nggak mau jalan sendiri. Llihat!! " Zen menunjuk pelipisnya yang masih di perban "Kepalaku mash terluka, tega sekali menyuruhku jalan sendirian. Nanti kalau aku pingsan atau kenapa-kenapa gimana? "

Tanpa berlama-lama Marine langsung mengayunkan langkahnya keluar kantor menuju tempat parkir. Sambil menunggu lift terbuka, mereka kembali mengobrol.

"Tadi bisa kesini sendiri?? " Marine masih penasaran

"Kata siapa? Lirik Zen

"Memang diantar? "

"Iya" jawab Zen singkat

"Diantar siapa? "

"Diantar orangtuaku" Jawab Zen lagi

Seketika Marine menganga mendengarnya. Bisa-bisanya seorang CEO tengil dan menjengkelkan ini malah bertingkah seperti anak bayi yang pergi kemana-mana diantar orangtuanya.

Merasa begitu kaget dan tidak habis pikir, pintu lift yang terbuka pun dibiarkan begitu saja oleh Marine. Ia melihat sisi lain dari Zen Liu. Seorang yang tengil, selengekan dan tidak meyakinkan dalam penampilannya.

Sampai akhirnya Zen masuk ke dalam lift. Marine masih diam mematung di depan lift yang pintunya hendak menutup.

"Hei!!! Ayo. Kita terlambat meeting nanti" Dengan sigap Zen menahan pintu lift agar Marine masuk

Marine pun langsung masuk ke dalam lift yang hanya berisi mereka berdua saja.

"Orangtuaku terus menanyakanmu. Kenapa belum datang? Kenapa belum telfon? Kenapa belum memberi kabar?" lanjut Zen.

"Terus? " ucap Marine masih tidak percaya

"Yah aku bilang mau langsung ke kantormu karena hari ini jadwal kita meeting bersama direktur rumah sakit Venus"

"Terus? " Marine masih ingin menyimaknya

"Mereka bilang akan mengantarku"

"Huh!!!" Marine membuang nafasnya kasar "Jadi kamu anak yang sangat penurut yah??" liriknya tidak percaya.

Mengingat Zen yang selalu bersikap tidak sopan, blak blakan dan bicaranya to the point tanpa memikirkan perasaan orang lain, ternyata tipikal yang sangat penurut kepada orangtuanya. Sungguh berbanding terbalik dengan kelakuannya terhadap orang lain.

Zen melirik dan mendekatkan wajahnya kearah Marine "Nggak juga" jawabnya

Marine menahan wajah Zen yang terus mendekat dengan telunjuknya.

"Buktinya aku menolak mereka waktu mereka memaksa ingin masuk ke kantormu"

Mendengar orangtuanya akan ke kantor Marine langsung menoyor kepala Zen, tepat saat pintu lift terbuka dilantai dasar.

Ting!!!

Pintu lift terbuka saat Marine mendorong kepala Zen, dan saat yang bersamaan didepan lift sudah ada Pak Morgan dan Nick sekretarisnya.

"Marine?!! " Seru Pak Morgan

Marine yang baru sadar pintu lift terbuka langsung berjingkat kaget mendengar suara Pak Morgan.

"Aahhh!!!! Pak Morgan. Mengagetkan saja" teriak Marine

Marine dan Zen keluar dari lift "Selamat pagi, Pak" Sapa Zen.

"Oh, iya. Selamat pagi Pak Zen. Tapi, apa anda terluka? Kenapa ada perban di pelipis anda?" Pak Morgan mengernyit.

"Ah, ini hanya kecelakaan kecil kemarin malam sepulang pesta. Mungkin saya terlalu mabuk, Pak" Zen tersenyum canggung

"Oh, begitu rupanya. Tapi tidak sebaiknya anda istirahat saja? Meeting bisa ditunda jika anda kurang sehat Pak Zen" Pak Morgan memberi saran.

"Oh, itu nggak perlu Pak, yang sakit kan kepala saya. Otak dan tubuh saya yang lain baik-baik saja. Lagi pula saya bersama Marine. kami berangkat bersama tadi, karena rumah kami satu arah" Bohong Zen

"Berangkat bersama? " Gumam Marine kesal

"Wah, kalian sepertinya sering menghabiskan waktu bersama yah" Goda Nick pada Marine.

"Diam kamu!! " Marine melirik tajam

"Oh iya. Mungkin Nick benar Pak. Saya akan sering mengajak Marine pergi bersama saya nantinya, karena saya mau memantau langsung penelitian ini. Apa anda keberatan? " Tanya Zen pada Morgan

Mendengar itu, Morgan sedikit tercengang, namun ini juga demi kemajuan perusahannya, tentu dia tidak akan menolak. Hanya saja baru kali ini seorang investor ingin memantau langsung pekerjaan sang peneliti. Hal itu membuat Morgan sedikit grogi dan takut jika Marine melakukan kesalahan.

"Tentu saja saya setuju dengan anda Pak Zen. Mana mungkin saya keberatan" Jawab Morgan dengan tawa renyah.

Marine hanya bisa menghela nafasnya. Hidupnya kini benar-benar dalam kendali Zen. Selalu ada alasan dan cara untuk Zen membuat Marine menurut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!