"Jangaann...!!" dengan cepat Marine menahan tangan pria itu yang hendak pergi melangkah.
"Kalau begitu bertanggungjawablah yang benar, jangan setengah-setengah" ujar Zen merasa kesabarannya sudah habis.
Zen merasa sudah cukup sabar demi mobil kesayangannya itu. Dia yang biasanya tidak sabaran dan mudah emosi dapat menahan diri karena demi mobilnya utuh kembali. Walaupun sebenarnya Zen bisa saja membeli mobil baru, namun mobilnya ini adalah mobil limited edition yang hanya dikeluarkan 5 unit saja di negaranya. Jadi akan sulit mendapatkannya.
***
Sepulang dari bengkel Marine mengantarkan Zen ke apartemennya. Sebenarnya Zen dan orangtuanya memiliki rumah namun Zen lebih sering tinggal di apartemen karena jaraknya yang tidak jauh dari kantor dan dia tidak perlu mendengarkan ocehan mamanya yang terus menerus memintanya untuk segera menikah dan terkadang memperkenalkan teman relasinya untuk dijodohkan.
"Nggak mau masuk dan melihat-lihat kamarku?" tawar Zen dengan senyuman licik.
"Nggak perlu! Aku nggak seperti kamu" masih saja Marine kesal dengan kejadian pagi tadi.
"Baiklah. Jangan lupa dengan perjanjian kita ya. Aku akan menulisnya besok dan kamu harus tandatangan juga. Aku tidak mudah percaya dengan orang yang baru aku kenal." Zen kemudian membuka pintu mobil dan keluar begitu saja.
Marine cuek dan berlalu melajukan mobilnya meninggalkan gedung apartemen tempat Zen tinggal. Zen hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.
"Aku kira kita tidak akan bertemu Marine." ucap Zen sembari melangkah masuk menuju lobi.
***
Dddrrt....
Dddrrt....
Ponsel Marine terus bergetar sedari tadi. Marine pun mulai membuka mata karena ponselnya terus berbunyi. Ia menyibak selimut berwarna putih itu dengan kasar.
" Selamat pagi nona manis. " ucap seseorang diujung telepon.
"Ada apa sepagi ini?" lagi-lagi Marine lupa akan perjanjiannya kemarin.
"Sampai kapan menguji kesabaranku huh? aku benar-benar ingin ke kantor polisi sepertinya." Timpal Zen mulai kesal
"Astaga !!! baiklah, baik" balas Marine dengan nada kaget sambil melihat arah jam Beker yang ada dinakas.
Marine pun berderap menuju kamar mandinya dan bersiap mengantarkan Zen bekerja, sekaligus ia pun berangkat kerja, karena kebetulan kantor mereka satu arah.
Blue Sky Corp adalah nama perusahaan Zen liu. Perusahaan yang lebih sering menawarkan diri sebagai investor itu adalah perusahaan terbesar di negaranya. Bisnis utama dari Blu Sky adalah asuransi jiwa dan bidang teknologi medis sehingga perusahaannya sering menginvestasikan saham mereka pada rumah sakit ternama dan menggandeng beberapa perusahaan teknologi medis untuk kemajuan usahanya.
Tiinn..
Tiinn..
Klakson mobil Marine memecahkan lamunan Zen yang sedang menunggu dibangku taman depan gedung apartemennya.
"Lama sekali. Apa dia sengaja?" umpat Zen dalam hati sambil berjalan kearah mobil.
"Turunlah. Kamu sepertinya nggak bisa ngebut." perintahnya pada Marine yang baru saja membuka kaca mobilnya.
"Naik aja. Kenapa aku harus turun? ayo naik!! duduklah dimanapun kamu mau asal jangan diatas kepalaku" balas Marine sepertinya semakin kesal dan marah karena pria ini minta dijemput jam 7 pagi.
Padahal jam masuk kantor dikota itu jam 8 pagi. Marine sangat ingin marah tapi dia sudah terlanjur berjanji akan menuruti kemauan Zen sebagai korban kecelakaan. Yah..Zen menyebut dirinya korban kecelakaan.
Zen mempunyai pribadi yang cuek, tengil, ceplas ceplos dan tidak mau basa basi sehingga orang yang baru mengenalnya akan mudah marah karena ulahnya. Menjadi seorang CEO pun tidak nampak pada penampilannya yang sedari tadi diperhatikan oleh Marine.
Marine melihat Zen dari ujung kaki ke ujung kepala pun terlihat heran dan kebingungan. Zen mengenakan celana jeans berwarna hitam dengan sepatu kets berwarna senada serta kemeja denim dengan style korea tentunya. Apakah dia mau menonton konser atau dia yang mau konser?
Marine masih bermain dengan pikirannya. Sampai dia tidak menyadari Zen membuka pintu mobilnya dan menarik tangannya keluar.
"Kamu memang nggak bisa diajak bicara. Maka aku harus bertindak" Zen menarik tangan Marine dan membukakan pintu mobil sebelah pengemudi, kemudian Marine terpaksa duduk dan diam saja. Dia juga tidak mau berdebat sepagi ini dan mood nya akan rusak seharian kalau pagi-pagi sudah naik darah.
Marine melihat Zen menerima telepon tepat didepan mobilnya, saat Zen hendak mengambil alih kemudi.
"Sebenarnya dia ini tampan sekali" tanpa sadar Marine menarik bibirnya "Dia gagah dan...astaga!!! Dia bisa tersenyum manis!!!" Marine setengah mengagumi dan setengah kaget karena sosok didepannya itu bisa tersenyum saat menerima telepon.
"Aku kira dia ini joker yang hanya bisa tersenyum sadis dan licik" umpatnya dalam hati sambil melongo melihat ketampanan yang memukau dihadapannya itu.
"Tapi" Marine menjeda kalimatnya "Dia kurang ajar!! Nggak sopan dan menyebalkan!!" timpal Marine tampak menyesal dengan pujiannya barusan.
Zen kemudian masuk kedalam mobil dan Marine menghentikan monolognya yang sedari tadi tidak mau berhenti.
Zen mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat Marine gusar dan sedikit bergeming.
"Apa kamu mau buka pintu gerbang? kenapa sepagi ini kamu masih saja ngebut? jalanan juga masih sepi" ucap Marine mulai takut kecelakaan akan menimpanya.
"Aku belum menikah, aku juga ingin hidup lebih lama. Jadi kalau kamu mau mati jangan ajak aku. Tanggung Jawabku itu cuma memperbaiki mobilmu dan mengantarmu ke kantor!" tambahnya sambil meninggikan suaranya.
"Karena ini masih pagi. Makanya asyik untuk mengebut. Coba saja kalau jam 8, apakah kamu masih bisa ngebut? bisa jalan saja sudah bersyukur" Balas Zen yang tau kalau jam 8 pagi pasti mulai macet.
***
"Sampai!!! " Zen mulai melepas seatbeltnya dan keluar begitu saja, saat mobil mereka sampai didepan gedung tinggi dan besar bertuliskan 'Blue sky'.
"Heii...!!! dasar orang gila. Bilang terimakasih kek, apa kek, sampai nanti, sampai besok, hati-hati dijalan gitu" Marine sepertinya mulai berharap ya. Menyadari ucapannya yang konyol dia pun memukul mulutnya sendiri.
"Ngapain sih ni mulut, emang dia siapa? dikira pacarmu apa!" Marine mencoba menyadarkan diri.
"Blue Sky? dia bekerja sebagai apa disini? kalau dilihat dari pakaiannya nggak mungkin dia CEO atau manager disini" Marine memandang jauh keatas gedung itu.
"Lagi pula mana ada seorang pimpinan berangkat pagi buta begini? Ahh... mungkin dia satpam atau dia bodyguard bos nya" Marine terus bermonolog dan mengira-ngira sendiri pekerjaan Zen.
"Aahhh..!!! Jangan-jangan mobil mewah kemarin itu pun milik bosnya, makanya dia sangat ngotot agar aku mau bertanggungjawab" Marine malah berburuk sangka.
"Iyaa... Iyaa... aku pasti benar, itu mobil bosnya dan dia cm centeng disini.. kalau dia karyawan juga nggak mungkin. Dia bahkan memakai celana jeans ke kantor?" celoteh Marine sembari menancapkan gas menuju kantornya.
Sesampainya ia dikantor, Marine langsung memarkirkan mobilnya. Benar saja baru mobil Marine yang terparkir ditempat itu.
"Demi apa? Baru kali ini aku berangkat sepagi ini. Sudah seperti anak sekolah saja" Marine menepuk dahinya.
"Selamat pagi bu Marine. Tumben pagi sekali berangkatnya? " Sapa pak Salim dengan senyuman ramah. Pak Salim adalah satpam diperusahaan teknologi Bai Munchen tempat Marine bekerja.
"Mau ngelap kaca pak, sekalian ngepel lah biar dapat gaji tambahan dari Pak Morgan"
Mendengar itu pak Salim dan Marine tertawa bersama dan Marine berlalu begitu saja.
Marine dikenal sosok yang humoris dan ramah dikantornya, ia pun kerap mengadakan makan bersama ketika teknologi penelitiannya berhasil mendapatkan investor dan berhasil masuk pasaran. Pak Morgan Han selaku direktur utama dari Bai Munchen sangat mengandalkan Marine dalam urusan penelitiannya dan sangat mempercayakan apa yang diyakini Marine jika sedang bekerja.
"Waahhh... aku ga salah lihat ini? aku kira hantu tadi yang duduk disini" Celine chen general manager Marine, sekaligus sahabatnya itu terheran karena Marine sudah duduk dikursi kerjanya.
"Ini semua karena ulahmu!!!" Marine memasang wajah marah.
"Aku? wah... aku bisa membawa perubahan besar ternyata pada seorang Marine shan. Hahahhaa" Tawa Celine terdengar canggung karena melihat ekspresi Marine.
"Nggak usah sok asik!! Ngapain sih kamu ngasih pin kamar apartemenku? kamu gila ya? Aku hampir diperkosa tau ga?" Marine mendelik.
"What?!! Sama siapa? kenapa kamu ga telepon aku atau lapor polisi gitu?" Celine masih melongo karena ucapan Marine.
Bukannya menjelaskan Marine malah mendengus kesal.
"Kamu ngasih pin apartemenku sama seorang pria kan? kamu kenal dia? Apa kamu disogok uang? Berapa koper sampai mau menjualku begitu huh?" Marine benar-benar tidak habis pikir karena Celine bisa memberikan pin kamar yang sifatnya privasi itu.
"M..ma..maaf... aku kira dia benar-benar kerabatmu karena dia bilang Kartu tanda pengenalmu tertinggal dan bahkan jam tanganmu. Awalnya aku kira dia pacarmu tapi dia langsung bilang kalau dia kerabatmu makanya barang pribadimu bisa ada padanya" Celine sungguh menyesal karena telah bertindak sembrono.
Marine pun diam dan melambaikan tangan tanda dia tidak mau membahas lagi masalah itu. Dia sudah cukup kesal karena ulah pria menyebalkan yang sayangnya sangat tampan itu. Marine dibuat terbayang-bayang sekaligus kesal oleh pria itu.
Celine merasa sangat bersalah "Maafkan aku. Sungguh, aku minta maaf ya" wajahnya berubah melas.
"Kalau begitu traktir aku makan. Aku belum sarapan" Marine memanfaatkan rasa bersalah Celine.
"Baiklah, aku ambil ponselku dulu. Kita sarapan di kafetaria seberang kantor ya" Celine bergegas mengambil ponsel di ruangannya.
Celine keluar begitu saja tanpa menutup pintu, sehingga ruangan Marine masih terbuka. Ia hendak menutup pintu, namun justru Pak Morgan tiba-tiba sudah berdiri diambang pintu. Entah darimana datangnya.
"Eh, selamat pagi pak" sapa Marine dengan canggung.
"Saya butuh penjelasan Marine" ucapnya datar sembari berlalu dari hadapan Marine kemudian berderap memasuki ruangan CEO.
"Mampuussslahh kamu Marine. Tamat sudah, tamat!!!" keluh Marine sambil menepuk-nepuk kepalanya.
Marine berjalan lesu menuju ruangan pak Morgan. Dia berencana menceritakan kejadian sebenarnya kenapa tempo hari ia bisa datang terlambat untuk menemui investor terakhirnya itu. Yah.. Marine membutuhkan investor untuk membantu menyokong penelitiannya kali ini.
"Maaf pak... Saya benar-benar mengalami kecelakaan" Cerita Marine diakhiri dengan ucapan maaf kepada pak Morgan atas kejadian tempo hari karena ia menabrak mobil seseorang sebelum ia menemui investornya.
Tempo hari CEO dari Jay Group membuat janji temu dengan Marine untuk membahas investasi pada penelitian buatan Marine, namun sayangnya mereka membatalkan rencana investasi itu karena Marine terlambat datang ke pertemuan itu sehingga investasi yang dia harapkan jatuh ke tangan oranglain.
"Sebenarnya masih ada satu lagi perusahaan yang bisa menolongmu. Tapi CEO nya terkenal tengil dan kurang menyenangkan. Kalau kamu benar-benar mau penelitianmu dilanjutkan maka ikutlah aku jam makan siang nanti. Aku sudah membuat janji temu dengannya di restoran dekat sini"
Akhirnya Marine masih memiliki harapan untuk pekerjaannya. Dia bertekad kali ini bagaimanapun CEO yang akan dihadapi dia tidak perduli jika harus memohon dan berlutut mungkin akan ia lakukan.
Sesampainya direstoran Marine dan pak Morgan menunggu kedatangan CEO dari perusahaan yang dimaksud. Mereka tidak mau kehilangan investor lagi jadi mereka datang lebih awal.
"Marine.. mereka datang berdirilah dan beri salam pada CEO nya" ucap Pak Morgan sambil meminta Marine berdiri menghadap kearah mereka yang berjalan menuju meja pesanannya.
"Dia lagi?" Marine mengernyitkan dahi
"Kamu kenal dia, Marine?" tanya Pak Morgan.
"Ah, tidak Pak" Bohong Marine
"Apa dia asisten CEO Blue Sky?" Batin Marine
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments