Salah Paham

Dari kejauhan terlihat seorang pria memakai tuxedo berwarna silver berjalan kearah meja Marine dan Pak Morgan. Kemudian diikuti oleh seorang pria dengan headset ditelinganya lengkap dengan kacamata hitam yang terlihat sedang menerima telfon sambil berjalan mengikuti pria bertuxedo tersebut.

"Dia... bodyguard atau supir CEO Blue Sky ya? ah.. mungkin asisten pribadi yang merangkap supir. Benar kan tebakanku... dasar pria sok kaya ... memakai mobil bos nya untuk bergaya" Monolog Marine dalam hatinya, mengatai pria yang mengekori orang didepannya yang belum menyadari kalau Marine dan Pak Morgan tengah berdiri menunggu mereka.

"Maaf menunggu pak Morgan" Sapa seorang yang lebih dulu sampai.

"Tidak masalah pak" Morgan mengulurkan tangannya untuk berjabat diikuti dengan jabatan tangan dari Marine.

"Perkenalkan saya ..." ucap pria berjas yang bernama Julian.

"ah.. sebentar pak Morgan" Julian celingukan mencari sosok tengil yang menghilang dari pandangannya.

"Saya disini.." Ucap Zen yang berjalan dari arah toilet dan sibuk dengan Handphone ditangannya tanpa melihat sedikitpun kearah meja yang ia tuju. Untung tidak tersandung dan berakhir jatuh didepan mereka.

Marine mulai menggerutu dan tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang sangat  tidak sopan ini didunia. Bola matanya mulai membulat saat Zen duduk begitu saja dan masih menunduk sibuk dengan Handphone nya.

"Ini ..." lanjut julian menunjuk dengan jempol tangannya kearah Zen.

"Aahhh... Bapak tidak perlu repot-repot memperkenalkan asisten bapak ini. Saya sudah cukup tau nama anda saja. Anda Pak Zen kan?" Celoteh Marine "senang bisa bertemu dengan anda pak dan terimakasih sudah meluangkan waktunya yang sibuk untuk kami" Suara Marine membuat Zen meletakkan handphone nya dan membuka kacamatanya. Zen kaget sekaligus ingin terbahak dengan kata-kata Marine barusan. Julian dianggapnya Zen? Oke Marine salah paham.

"Marine..!!" pekik Pak Morgan mengkode gadis disampingnya yang tidak perduli dengan kode-kodean.

"Lagi pula disini yang terpenting adalah saya dan anda saja pak Zen. Semua keputusan mutlak ditangan anda bukan? jadi asisten anda cukup membantu saja" Senyum profesional yang terlihat dipaksakan karena risih dengan.keberadaan Zen.

"Lagi pula kenapa anda betah mempekerjakan asisten macam dia pak? anda betah dengan kelakuannya yang tidak sopan itu? wah.. kalau saya sudah naik darah pak" Entah Marine berniat bercanda atau menyindir Zen yang asli. Dia terus nyerocos memperbincangkan hal yang sebenarnya tidak perlu. Itu karena dia sangat kesal dengan tingkah laku Zen yang sangat tengil ini.

Zen kemudian melihat kearah Julian " Apakah saya harus pergi pak? kalau tidak dibutuhkan mungkin sebaiknya saya pergi saja" Zen mulai menanggapi perkataan Marine dan sedikit kesal karena ucapannya yang kurangajar dimata Zen.

"Oh, iya tentu saja. Silahkan menunggu di parkiran atau dimana saja yang anda suka, karena amda tidak terlalu penting disini" sergah Marine dengan cepat.

"Ti...ti..d...." Julian membeku melihat pergerakan Marine yang berdiri kemudian.

"Yah... sebenarnya antara dibutuhkan atau tidak yah... karena anda hanya akan menyimak pembicaraan kami. Kalau merasa bosan pergi juga tidak masalah" Marine kali ini benar-benar mengusir, karena Zen tidak juga pergi meninggalkan mereka.

Pak Morgan yang sedari tadi gusar dengan tingkah laku Marine mulai menarik tangannya. Namun bukannya menurut dia justru membandel dengan melepaskan tangan pak Morgan.

Zen tidak mau ambil pusing. Dia berdiri kemudian melangkah pergi sebelum dia mengatakan sesuatu "Jangan menyesal ya.. setelah sepuluh langkah kakiku dari sini aku benar-benar tidak akan kembali lagi ke meja ini". Marine hanya tersenyum puas melihat kepergian Zen.

" Tidak pak jangan begitu..." pak Morgan berusaha mencegah dengan kedua tangannya memegang tangan Zen. Melihat itu Zen tidak iba pada pak Morgan. Dia hanya melihat tatapan Marine yang penuh rasa puas sekaligus benci mungkin.

"Sepertinya ibu Marine lebih nyaman saya pergi pak Morgan" Balas Zen dan benar-benar melangkah kali ini.

Julian yang sedari tadi diam saja mengerti bagaimana perasaan Zen yang tidak dihargai karena penampilannya. Itu sering terjadi karena Zen yang bebal tidak mau berpakaian formal layaknya seorang atasan. Zen lebih suka memakai pakaian formal ala dia. Memakai kemeja dan celana dasar atau jeans jika ia sedang malas berganti pakaian dikantornya. Bila ada pertemuan besar dia baru mau memakai setelan lengkapnya itu. Tapi jika hanya pertemuan seperti ini Zen memilih berpakaian seperti yang ia kenakan sekarang, menurutnya itu sudah sopan dan pekerjaan yang bagus tidak ditentukan dari pakaian yang ia pakai. Itu adalah prinsipnya.

Namun lain halnya dengan karyawan Zen yang memilih memakai pakaian ala kantoran dengan alasan untuk menghargai pekerjaan mereka. Zen tidak masalah dengan itu selama pakaian yang mereka kenakan sopan dan tidak mengundang mata jelalatan bagi karyawan perempuan.

Julian asisten pribadi sekaligus sekretarisnya ini pun adalah sahabatnya dimasa sekolah dulu. Dia paham betul kalau sudah seperti ini Zen akan benar-benar pergi dan Julian tidak bisa berbuat apa-apa selain menontonnya saja sampai selesai.

Langkah Zen mulai terhitung... satu... dua... tiga..

"Kamu tau Marine.. dia itu siapa?" pak Morgan merasa benar-benar kecewa karena ini adalah satu-satunya investor yang masih bersedia menemuinya.

"Dia asistennya pak Zen kan?" Marine masih kekeuh dengan keyakinannya itu.

"Saya Julian bu Marine.. asisten pribadinya pak Zen. Yah... pria berkacamata barusan adalah pak Zen Liu Chien CEO dari Blue Sky corp" Jelas Julian dengan detail.

Marine memukul kepalanya keras dan berusaha menyadarkan dirinya. Dia salah paham bahkan mengatakan hal-hal yang memalukan dan tidak pantas pada seorang CEO.

"Matilah aku....!!" Marine bergegas mengejar Zen yang langkahnya sudah terhitung sepuluh langkah itu.

Marine berlari kencang sampai dia ada didepan Zen dan menghadang dengan kedua tangannya yang kemudian menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" Zen tampak santai.

"Baru sepuluh langkah kan?" Tanya Marine memastikan "Maafkan saya pak Zen.. saya tidak tau kalau anda..." Ucapan Marine terhenti dengan gelak tawa dari Zen.

Melihat itu Marine sebenarnya kesal kenapa dari kemarin terus menerus berurusan dengan pria aneh ini. Dunia sempit sekali rasanya.

"Sudahlah.. lagi pula bukannya tadi kamu tidak membutuhkan saya disana?" Zen menunjuk ke meja tempat mereka harusnya rapat.

Zen memulai langkahnya kembali hingga tangannya ditahan oleh Marine.

"Pak.. saya mohon maafkan saya... saya benar-benar tidak tau pak. Saya hanya melihat portopolio bapak tanpa melihat foto bapak sebelumnya. Saya minta maaf".

Zen mulai melihat dengan tatapan aneh kepada Marine.

" Bagaimana kalau saya batalkan saja rencana investasi saya? toh kamu juga belum memulai apa-apa".

" Jangan pak.. saya mohon.." Marine justru terduduk lemas didepan Zen.

Melihat itu pak Morgan dan Julian menyusul mereka.

"Pak Morgan.. sepertinya saya harus pergi karena saya tidak diinginkan dari tadi oleh bu Marine" Ucap Zen cuek tanpa melihat wajah Marine yang mulai lesu.

"Maafkan Marine pak Zen. Dia sudah berusaha keras untuk penelitiannya kali ini. Teknologi Pemindai jantung yang dibuat Marine sudah lolos tahap uji 1. Kami hanya perlu melanjutkan ke tahap kedua kemudian bisa dipasarkan ke berbagai rumah sakit" Pak Morgan menoleh ke arah Marine.

"Dia sudah melakukan ini selama satu tahun dan ini tahun kedua untuk uji coba tahap 2 pak." Mendengar penjelasan pak Morgan tentang jenis penelitian Marine membuat pria itu terdiam sejenak.

"Penelitiannya menarik... dan sayang sekali jika itu tidak dilanjutkan" Zen mencoba menimbang kembali.

"Benar pak.. akan sangat disayangkan jika teknologi medis ini akan dibuang begitu saja. Saya sudah susah payah melakukan penelitian dan uji cobanya" Sergah Marine merasa ada harapan

"Saya kekurangan dana untuk uji coba tahap 2. Jadi saya sangat berharap Blue Sky dapat membantu kami kali ini. Saya mohon" Marine benar-benar memohon kali ini dengan mengatupkan kedua tangannya.

Zen melirik ke arah Marine yang masih memohon " Pak Morgan... Julian. Bisa kalian tinggalkan kami berdua saja? ada yang perlu saya lenturkan disini karena ada yang mulai kaku" Ucapan Zen yang ambigu membuat kedua orang yang diperintahnya itu merasa aneh. Namun mereka menurut dan meninggalkan Zen dan Marine ditempat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!