Perasaan kacau

Marine masih terbaring diatas kasur kebesaran milik Zen yang nampak lelap dan tenang dengan tidur panjangnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi dan jam bekker diatas nakas pun mulai berdering pelan namun bisa membangunkan putri tidur yang terlelap itu.

"eemmmhh...." suara erangan khas bangun tidur yang disertai dengan gerakan menggeliatnya.

Mata Marine mulai terbuka sedikit demi sedikit kemudian melebar begitu saja "dimana ini!!" pekiknya sembari mendudukkan dirinya diatas kasur.

Ia melihat sekeliling ruangan itu kosong hanya ada dia seorang. Kemudian ia membuka selimutnya hingga pandangannya berganti pada pakaian yang ia kenakan.

"Bajuku? baju siapa ini?" Marine memindai matanya sambil menyentuh pakaian itu "kemeja laki-laki!!" Marine semakin panik dan mencari keberadaan pakaiannya yang tidak jauh dari sana.

Yah.. pakaiannya Marine diletakkan diatas sofa yang berada disamping tempat tidurnya lengkap dengan setelan blazer dan sepatu miliknya. Dia mengedarkan pandangannya ke semua arah, namun masih belum melihat seseorang.

Kemudian ia meraba tubuhnya yang lain dan ia masih saja kebingungan kenapa kemeja laki-laki yang ia pakai? kemeja itu begitu besar Marine tidak perlu mengenakan bawahannya lagi karena kemeja panjang itu menutup tubuhnya sampai paha dan lengannya kemudian ia gulung sedikit untuk menampakkan tangannya. Marine pun turun dari ranjang lalu ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.

"Siapa itu?" pikirannya kini benar-benar mendadak kacau. Marine kemudian berdiri dan mendekatkan telinganya ke pintu kamar mandi.

"Ada orang mandi?" Marine masih penasaran.

"Iya.." Suara Zen membuat Marine berjingkat dan menjerit ketika ia sudah ada didepan Marine dan entah kapan ia membuka pintu.

Marine hanya fokus ke suara air, sehingga ia tidak mendengar suara pintu dibuka.

Marine menutup mulut dengan kedua tangannya sendiri karena ada pemandangan tak biasa dihadapannya. Rambut Zen masih setengah basah dan wajahnya masih terlihat lembab serta bibirnya yang begitu segar bak buah stroberi yang baru matang.

Belum lagi tepat didepan mata Marine melihat dada bidang milik Zen yang sudah bisa dipastikan perutnya pun kotak-kotak bak roti sobek. Zen memakai handuk kimono putih yang membuat dada bidangnya mengintip keluar. Marine yang tingginya sebahu Zen tepat berada didepan dada bidang itu dan memejamkan mata sejenak untuk mengembalikan kesadarannya.

"Pak... Pak Zen? anda ngapain disini? ini dimana?" Marine masih positif thinking dan bertanya baik-baik.

"Harusnya saya yang tanya, kamu ngapain disini? pakai kemeja saya dan tidur diatas ranjang saya semalaman. Saya bahkan kualahan dengan kelakuan kamu semalam."

"kualahan gimana maksud bapak? emang saya ngapain?" Mendadak perasaan Marine kacau dan yang ditanya malah hanya mnegedikkan bahu saja

"kita ga ngapa-ngapain kan?" karena tak kunjung mendapat jawaban Marine berpikir dengan pikirannya sendiri dan menangis histeris sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Zen yang melihatnya justru tersenyum puas penuh kemenangan karena ia berhasil menjahili Marine, kemudian ia mengelus bahu Marine dengan ragu namun akhirnya membawa Marine kedalam pelukannya.

"Maafkan saya karena membawa kamu masuk kedalam apartemen saya dan..." Kata-katanya tertahan karena Marine mendongakkan kepalanya melihat mata Zen.

"Maafkan saya Marine... saya tidak kuat melihat kamu begitu menggoda semalam"

Marine semakin histeris dan kali ini mendorong Zen menjauh darinya.

"Anda jahat sekali pak! saya memang mengalami gangguan tidur dan susah terbangun! tapi kenapa anda memanfaatkannya seolah saya kesini atas kemauan saya sendiri dan saya gadis mabuk yang bisa diapain aja sama anda!!" Marine masih meneteskan air matanya semakin kacau.

"sejak kita bertemu sampai hari ini anda bersikap kurang ajar kepada saya dan saya bisa terima. Tapi kali ini..." Ucapan Marine terhenti dan menangis sejadinya sampai Zen bingung.

Ting tung

Ting tung

Suara bel apartemen Zen berbunyi. Tanpa memperdulikan Marine yang tengah duduk diatas lantai sembari menangis, Zen berjalan menuju arah pintu dan membukakan pintu untuk seseorang disana.

Ceklek

"Tuan Zen sudah mandi... bagaimana dengan nona?" Tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk kemudian mencari keberadaan Marine diikuti langkah Zen dari belakang.

"Nona Kenapa anda duduk dilantai? anda baik-baik saja?"

"Beliau adalah ibu Sihan, yang biasa mengantarkan makanan dan membersihkan apartemen. Bu Sihan juga yang menggantikan pakainmu semalam karena kamu terus berkeringat jadi aku memanggilnya kemari intuk menggantikan pakaianmu" Ucapan Zen membuat mata Marine membelalak kaget dan menghentikan tangisnya.

"Benarkah itu bu Sihan?" Tanya Marine memastikan sembari menghapus air matanya.

"Benar nona... tuan Zen mempekerjakan saya selama ini. Namun saya tidak tinggal disini. saya tinggal diseberang apartemen tuan Zen. Saya datang semalam setelah mendapatkan telpon" Ucap bu Sihan seraya mengelus lengan Marine

"Tuan hanya mengatakan saya harus kesini jadi saya tidak membawakan pakaian untuk anda nona. Kata tuan memakai kemeja tuan yang ini saja karena kainnya lembut dan tidak gerah untuk tidur" Jelas ibu Sihan panjang lebar karena ia tau gadis didepannya itu pasti sudah salah paham apalagi melihat Zen yang masih memakai handuk kimononya.

"Ibu Sihan saya minta tolong ini yah" Zen mengulurkan kertas berisi catatan kecil "Ada butik dekat sini" kemudian ia memberikan sejumlah uang.

" Baik tuan akan saya lakukan. Makanan juga sudah saya siapkan diatas meja makan"

"Baik, terimakasih" Zen mengacungkan jempol pada ibu Sihan kemudian dibalas olehnya.

Melihat itu membuat Marine heran dan mengomel dalam hati "Dia ini kadang seperti bayi, kadang seperti orang dewasa kadang seperti orang psikopat"

Ibu Sihan pergi menuruti perintah yang ada dicatatan kecil. Marine mendudukan dirinya diatas sofa dan hendak memakai pakaian miliknya dikamar mandi namun langkahnya terhenti.

"Kenapa?" Tanya Marine kembali ke mode juteknya ketika melihat Zen menatapnya intens.

"nggak mau ngomong sesuatu? ga mau nangis lagi?" Zen mengangkat kedua alisnya naik turun.

"Tidak pak, saya tadi salah paham sepertinya." Marine membuang muka malas.

"Bisakah kita bicara informal saja? jangan panggil pak atau anda atau lainnya yang membuatku merasa aku masih bekerja. Ini hari Minggu harusnya aku tidak mendapatkan kata yang sopan dari rekan kerja"

"Jadi maunya dipanggil apa?"

"tentu saja panggil nama. Kamu memanggilku Zen dan aku memanggilmu sayang" Cengiran khas anak kecil terbit begitu manis diwajahnya.

Marine hanya bisa menganga melihat kelakuan Zen yang ternyata diluar ekspektasinya itu. Benarkah ini seorang CEO? jauh sekali dari kata berwibawa. Tapi entah kenapa apapun gayanya dia terlihat tampan setiap saat.

"Panggil saya Marine jangan panggil sayang"

Marine berjalan menuju kamar mandi namun tangannya ditahan oleh Zen.

"Mau kemana?" Marine refleks menepis tangan Zen dengan kasar dan membuatnya terpeleset kemudian jatuh.

Bruuk...

Bruuk...

Marine memejamkan matanya ketika terpeleset. Kemudian ia membuka matanya perlahan.

"Tidak sakit?" batinnya

"Kamu lebih suka main disofa yah?" Zen yang berada tepat dibawah Marine membuatnya membuka mata lebar dan segera bangun dari tempatnya.

Namun jahilnya Zen kembali berulah. Dia menarik Marine kembali ke posisi awal dan kini mereka tepat berhadap-hadapan tanpa jarak.

"Bisa lepaskan saya?"

''Panggil namaku dulu" balasnya

Marine mendengus kesal dan Zen justru menarik tubuh Marine tanpa jarak dan diposisi ini mereka bagaikan pasutri yang sedang dimabuk cinta. Hening pun berada diantara mereka dan pandangan mereka semakin dalam satu sama lain. Marine justru pasrah saat Zen menarik tengkuknya mendekat kearah wajahnya. Semakin dekat mereka semakin mabuk dan Zen yang dari semalam berusaha keras mengendalikan dirinya untuk tidak menyentuh Marine sepertinya kali ini lepas landas begitu saja. Satu centimeter lagi bibir mereka saling bertemu.

"Aaggghh... !!!! Maaf tuan saya akan kembali lagi nanti" Bu Sihan kembali dengan kagetnya melihat pemandangan itu.

Bu Sihan membawakan pakaian yang ia beli dibutik atas perintah Zen. Melihat pintu kamar terbuka ia kira Marine masih didalam sana sendirian seperti tadi ketika ia datang. Bu Sihan sering keluar masuk apartemen itu dengan kata sandi yang diberikan padanya maka dia bisa langsung masuk kapan saja dan sayangnya kali ini ia lupa kalau Zen sedang bersama seorang wanita. Bahkan ia lupa kalo Zen dirumah, karena biasanya ia hanya akan mengetuk pintu sekali pada agi hari saja, selanjutnya ia akan nyelonong begitu saja.

Ibu Sihan lari begitu saja dan keluar dari apartemen. Ia tau tuannya tidak akan marah padanya karena ibu Sihan dipekerjakan oleh mamanya yang mana Zen tidak boleh memecatnya selain oleh orangtuanya.

Marine dan Zen berhamburan melangkahkan kaki asal saja kemana mereka bisa berdiri.

"Aku mau ganti baju dulu" Zen lebih dulu melangkahkan kaki menuju ruang ganti d dekat kamarnya. Kemudian Marine yang hampir kehabisan oksigen memilih keluar dari kamar dan berdiri di balkon untuk mendapatkan oksigennya kembali.

"Dasar bodoh... bodoh!!!" Marine merutukki dirinya sendiri karena kebodohannya yang pasrah begitu saja

"Kalau bu Sihan tidak datang mau jadi apa aku?" Marine menggelengkan kepalanya kasar kemudian ia melihat kearah balkon tetangga sebelahnya

"Ngapain anak bayi itu disana?" Marine melihat ada anak berusia sekitar 2 tahun sedang bermain di balkon sendirian.

"Anak kecil? hari Minggu?" Marine mencoba memindai ingatannya saat ia melakukan perjalanan waktu tadi malam.

Anak itu menaikkan kakinya satu persatu ke pagar pembatas balkon sontak membuat Marine menganga dan membulatkan mata.

"Tidak.. jangan nak.. jangan! ini tidak boleh terjadi seperti yang aku lihat di mimpiku". Marine panik karena anak itu tidak mendengarkan perkataannya. Kemudian ia berlari kedalam mencari Zen.

" Zen... Zen...dimana kamu?" mendengar itu Zen begitu bahagia dan keluar dengan pakaian santainya.

"Kamu memanggil namaku barusan? awwh... aku pasti salah dengar"

"Sudah diam jangan banyak bicara. Bisakah kamu dan aku main kerumah tetanggamu?"

"what? ngapain?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!