Marine dan Zen memang sudah bertemu sebelumnya. Namun sayangnya karena terlalu kesal dengan perbuatan Zen yang tidak sopan masuk ke apartemen Marine membuatnya malas bertanya siapa nama orang yang ia tabrak itu. Dia bahkan menyesal sekarang karena tidak mau menanyakan namanya padahal Zen menawarkannya. Sungguh Marine sangat malu sekarang karena kebodohannya sendiri.
Pak Morgan pun bergegas membawa tas kerjanya sebelum berkata sesuatu pada Marine.
"Jika kali ini kamu gagal mendapatkan investor... lihat saja nanti. Kamu harus memberikan saya surat pengunduran diri Marine!!!" Ucap Pak Morgan ditelinga Marine sebelum berlalu pergi bersama Julian.
Zen dan Marine kembali duduk dimeja yang sudah mereka pesan sebelumnya.
"Baiklah pak Zen saya akan menjelaskan cara kerja dari teknologi pemindai jantung ini... jadi..."
Perkataan Marine terhenti oleh telunjuk yang menempel di bibir Marine. Mereka duduk berhadapan dengan jarak yang cukup dekat hanya terhalang meja kecil didepannya. Apa-apaan ini? Marine justru diam mematung bahkan lupa bernafas karena jari tangan Zen yang nyelonong begitu saja dan Zen menatapnya dengan senyuman yang sangat manis nan tampan. Ya Tuhan Marine bisa pingsan karena kehabisan oksigen.
"Saya tidak mau membicarakan tentang pekerjaan dulu. Saya mau membicarakan hal lain" Zen mengatakan itu sambil mengelus pipi Marine.
Marine rasanya ingin memukul tangan nakal yang gerayangan diwajahnya sedari tadi. Namun ia urungkan karena bisa saja orang didepannya ini akan kabur lagi seperti tadi. Dengan sopan Marine memundurkan wajahnya pelan namun sedetik kemudian Zen menarik tangan Marine hingga wajahnya hanya berjarak 2cm saja dengan wajah Zen.
"Sial...!!" Batin Marine meronta-ronta ingin menjerit meminta tolong tapi ia justru terbius oleh aroma nafas Zen yang khas dan membuat Marine justru memejamkan mata.
"Saya tidak akan mencium kamu. Kenapa kamu menutup mata?" Zen tersenyum jahil kali ini aksinya berhasil membuat wanita itu salah tingkah bergerak kesana kemari kebingungan.
"Saya ingin kamu membaca ini dulu" Lanjut Zen tanpa perduli dengan wajah Marine yang memerah karena malu.
"Kontrak perjanjian pribadi?" Marine mengerutkan dahi sambil menatap kearah Zen dengan penuh tanya.
"Baca saja isinya.. jangan menatap saya begitu" Timpal Zen sambil meminum jusnya.
Marine membaca dengan seksama isi perjanjian yang kemarin dibicarakan Zen perihal mobilnya yang masih diperbaiki. Ada beberapa poin yang membuat Marine membulatkan matanya.
"Apa ini? 'mengantarkan kemana saja saat diminta', 'batas jam mengantar jemput sampai jam 10 malam', 'bersedia melakukan semua hal diatas sampai mobil selesai diperbaiki'" Marine hampir menjerit protes namun urung karena kemudian matanya tertuju pada poin terakhir 'biaya perbaikan akan ditanggung oleh pemilik mobil (Zen)'
Melihat seringai senyum kecil diwajah Marine kemudian Zen pun menggodanya " Senang bukan? kamu tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk biaya perbaikan. bukankah saya sangat baik hati?"
"Tapi kenapa? apa anda mau menuntut saya pak?" masih belum percaya orang didepannya sebaik dan semurah hati itu.
"Karena kamu tidak akan mungkin mampu menggantinya. Mungkin kamu tidak bisa makan selama setahun kalau kamu yang menggantinya" sombong Zen pada Marine membuatnya malas dan memutar bola matanya.
"Ya pak... saya tau mobil bapak itu mahal apalagi kalau onderdilnya dibeli dari luar negri pasti dibayarnya pakai dollar ya pak. Sedangkan saya tidak punya uang dollar pak.. adanya cuma rupiah yang lecek-lecek" Timpal Marine dengan penuh tekanan merasa ia direndahkan karena tidak mampu membayar biaya perbaikan.
Mau bagaimana lagi, toh memang benar adanya nota yang diperlihatkan Zen nilainya tidak main-main. Onderdilnya saja seharga ratusan juta membuat Marine tidak berani naik banding cuma demi gengsi. Kini dia akan menandatangani surat perjanjian itu karena mau bagaimanapun dia harus bertanggungjawab. Masih untung dia hanya disuruh mengantar jemputnya saja tidak mengganti kerusakannya.
"Apa poin ini tidak bisa diganti pak? saya ga ada liburnya ini pak?" tunjuk Marine pada poin dimana Marine harus mengantarkan kemanapun Zen mau pergi dan batas waktunya sampai jam 10 malam. Lembur saja kadang tidak sampai jam segitu pikir Marine.
"Tidak bisa" Ucapnya datar sambil memainkan handphone ditangannya "Surat perjanjian itu mulai berlaku hari ini juga ya" tambahnya sembari tersenyum ala joker andalannya.
Marine menggerutu habis-habisan kenapa bisa sesial ini dari kemarin. Kemana saja ia menjelajah waktu sampai lupa pada hari ini?
Marine akan menjelajah waktu untuk hari esok agar tidak sekaget ini. Dia terlalu jauh menjelajah waktu hingga ke tahun berikutnya sedangkan hari esok tidak dipikirkan dan tidak ia lihat.
Selesai menandatangani surat perjanjian pribadi, Marine melanjutkan urusan pekerjaannya dengan mempresentasikannya sendiri didepan Zen. Setelah panjang lebar ia jelaskan tentang teknologi pemindai jantung hasil penelitian Marine dan tim, ia pun menutup laptopnya.
Zen tidak terlihat ingin mengatakan sesuatu. Dia hanya diam dan menatap Marine dengan tatapan yang menurutnya aneh.
"Pak Zen? Apakah anda tertarik untuk berinvestasi?" Marine penasaran dengan keputusan Zen dan ingin mendapati jawaban itu sekarang.
"Hemmm... kamu bertanya begitu artinya saya boleh menolak?" Bukannya jawaban yang Zen berikan justru ia balik bertanya.
"oh itu... harapan saya Blue Sky dapat menjadi investor untuk teknologi ini pak" Marine merasa salah mengajukan pertanyaan karena ia tau betul kalau investor satu-satunya ini tidak boleh hilang apalagi menolaknya, bisa hilang karir yang susah payah ia bangun.
"Akan saya pertimbangkan... setelah kamu memenuhi perjanjian pribadi kita tadi".
" Tapi apakah itu profesional pak? kenapa bapak menghubungkan urusan pribadi dengan pekerjaan kita? apalagi ini menyangkut kepentingan banyak orang".
Jelas Marine ingin sekali Zen mengiyakan saja investasi ini.
"jadi kamu mau mengatakan saya tidak profesional? lalu diawal pertemuan kita hari ini apakah kamu profesional? mangata-ngatai saya didepan Julian? sebenarnya itu tidak perlu kan? apa hubungannya omelanmu tadi dengan pertemuan kita hari ini? huh?" Zen mulai marah dan memperlihatkan wajah datarnya. Dia harus sedikit lebih keras terhadap Marine ternyata.
"Maaf pak... saya tau itu salah" merasa malu Marine pun tertunduk lesu. Kini nasibnya sudah tidak tau lagi mau bagaimana. Seolah nasibnya sudah digenggam oleh Zen.
"Saya akan pertimbangkan dan mempelajari lebih jauh tentang ini. Kita juga akan sering bertemu karna kamu sekarang supir pribadi saya. Jadi kamu masih bisa membujuk saya sewaktu-waktu". Zen mengambil map yang berisi proposal penelitian Marine dan menaruhnya di tas ranselnya.
"Ayo pulang..." Kemudian Zen berdiri sembari melangkahkan kakinya menuju parkiran. Sedangkan Marine hampir tersedak dengan minumannya yang sedang ia minum karena dia tidak tau kalau Zen tiba-tiba sudah mau pulang.
***
Hari sudah hampir gelap, Marine yang sibuk dengan pikirannya dibelakang kemudi melihat Zen yang tengah tertidur pulas disamping kursi kemudi.
"Bisa-bisanya dia tidur enak begitu. Sedangkan aku sudah ketar-ketir bagaimana besok akan menghadapi pak Morgan dan tim. Apa dia memang semenyebalkan itu? ternyata tampan dan kaya raya tidak mampu membeli hati" Marine mengoceh sendiri sambil melajukan mobilnya.
"Aahhh... sampai juga akhirnya... " Marine menghela nafas lega karena sudah ada diparkiran apartemen Zen.
"Bagaimana membangunkanmu pak Zen? apakah boleh dibangunkan? apa aku harus menunggumu bangun?" Marine serba salah karena ia tidak mau lagi melakukan kesalahan yang membuat Zen akan mengulur waktu lagi. Akhirnya karena Marine pun sangat lelah ia justru ikut tertidur dengan pikiran-pikirannya tentang hari esok. Tanpa ia sadari, ia terlelap sangat dalam.
Marine mulai masuk ke alam lain dan menjelajah waktu karena pikirannya yang tidak bisa diam sebelum ia tidur. Sedangkan Zen tidak lama terbangun karena ada suara ketukan dari kaca mobil. Dia adalah satpam di apartemen Zen.
"Maaf pak.. anda baik-baik saja? kenapa anda parkir lama sekali dan dalam keadaan mobil menyala?" Tanya pak satpam setelah Zen membuka kaca mobil.
"oh.. maaf pak, saya akan naik. Kami tertidur karena terlalu lelah" jawab Zen lesu
Zen melihat sekeliling dan melihat arlojinya "Jam 8 malam!!!" Zen kaget karena ia tertidur cukup lama. Dia ingat betul harusnya dia sampai diapartemen pukul 7 malam.
Melihat Marine tertidur pulas ia menunggu Marine bangun, namun sudah setengah jam menunggu Marine tidak kunjung membuka matanya meski sudah dibangunkan. Yah... Zen berani membangunkan tanpa rasa belas kasih, tidak seperti Marine yang memilih menunggu Zen bangun walaupun ia juga ikut ketiduran.
Pak satpam kembali menegur Zen. Akhirnya mau tidak mau Zen membawa Marine masuk kedalam apartemennya dan menggendong gadis itu.
"kenapa jadi kamu yang merepotkan aku huh?" Keluh Zen saat membaringkan tubuh Marine diatas kasur miliknya.
Marine memakai setelan celana dasar diatas lutut serta blazer sebagai atasannya. Ketika hendak membuka sepatunya, Zen benar-benar merasa berdebar dan penasaran terhadap apa yang ada di hadapannya itu dan apa yang menonjol dibagian dada itu? yang begitu terlihat lembut, kenyal dan sedikit terbuka karena Marine mengenakan tangtop dan dilapisi blazer berwarna biru muda senada dengan celananya. Pikiran Zen mulai kotor dan gusar karena ia mulai membangunkan sesuatu yang tidur dibawah sana.
"Apakah boleh aku menyentuhnya...?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
sconery
mulai nakal lu ya😁. semangat othor!
2024-01-10
1