Kecelakaan

Marine masih menatap Zen dengan tatapan aneh dan sedikit kesal.

"Kamu selalu membuatku kesal , Zen. Dari pertama bertemu sampai detik ini. Huuffttt... " Marine menghembuskan nafasnya kasar.

Zen tersenyum manis "Kamu akan merindukanku yang seperti ini, Marine"

Kedua mata Marine langsung berputar membola "Benarkah!!!???? "

Zen hendak menjawab, namun ada 3 pemuda yang tiba-tiba lewat di depan mereka. 1 orang mendengarkan musik dengan earphone di telinganya dan tengah berjoget ria, 2 orang lainnya memainkan skateboard dengan lincahnya.

"Mereka?" gumam Marine.

Marine celingukan kesana kemari, terlihat jalanan sangat sepi karena ini sudah hampir tengah malam.

"Tapi ini tempatnya. Disini" Marine meyakinkan dirinya

"Kamu kenapa? " Zen bingung melihat Marine kumat-kamit sendiri

"Zen, apakah disini sering ada balapan liar? " Tiba-tiba Marine menanyakannya

"Entah. Tapi dulu waktu aku masih kuliah, teman-temanku sering mengajakku ke taman ini, kata mereka akan ada balapan jam 00.00" Zen berpikir kemudian "apa sampai sekarang balapan itu masih ada? "

"Mungkin" Marine menatap Zen "Akan ada kecelakaan disini, Zen. 3 pemuda tadi akan tertabrak oleh mobil yang sedang balap liar" ujarnya lagi

"Ah, nggak mungkin. Mereka ada disini jam segini, pasti tau kalau ada balapan, mungkin mereka mau menontonnya" Jawab Zen tidak percaya

"Aku lupa. Tidak akan ada yang mempercayaiku" Timpal Marine dan berdiri dari tempat duduknya.

Zen hanya melihatnya dan tetap waspada. Sebenarnya bukan tidak percaya pada perkataan Marine, namun ia berusaha meyakinkan Marine agar tetap santai dan tidak panik seperti sekarang ini. Zen sedang berpikir bagaimana mencegah kecelakaan itu terjadi. Namun baru saja ia akan mengambil ponsel di jas nya, Marine sudah beringsut dari tempat duduknya.

"Ah, ponselku di mobil" Marine melihat jam tangannya "Masih ada waktu"

Marine hendak menyebrang jalan ke arah mobil yang ia parkir di seberang sana. Namun Zen kemudian menahan tangannya.

"Mau kemana? " tanya Zen

"Aku mau mengambil ponselku. Aku harus menelpon polisi" Marine melepas tangan Zen.

Zen reflek menarik dan menangkap tubuh Marine "Jangan kemana-mana. Aku akan menelponnya. Diamlah sebentar"

Marine kemudian diam dan nafasnya lebih teratur. Lalu Zen mengambil ponselnya dalam Jas yang dikenakan Marine dan melepas dekapannya.

"Pukul berapa kecelakaan akan terjadi? " Tanya Zen sembari menelpon polisi

"Pukul 12 malam, Zen. Tepat saat ketiga pemuda itu latihan skateboard di jalan"

"Tapi ini sudah pukul 23:50 " Zen kemudian berlari menghampiri ketiga pemuda itu.

Marine menyusul mengikutinya dari belakang. Masih dengan ponsel di telinganya, Zen mencoba memberi penjelasan pada tiga pemuda itu. Namun polisi tidak menjawab telponnya, sehingga ia memasukkan ponselnya ke saku celana.

"Hei bro. Bisakah kalian main skateboard nya di dalam taman saja? Disini berbahaya" ucap Zen

"Memangnya bahaya kenapa bang? " ucap salah seorang

Pemuda yang memakai earphone kemudian angkat bicara "kami hampir setiap malam latihan disini bang. Jam 12 malam sudah sepi jalanan sini"

"Jadi, jangan larang-larang kami deh. Kami sudah menunggu dari sore tadi untuk atraksi malam ini. Teman-teman kami lainnya juga akan segera datang. Kami sedang membuat konten bang" jelas salah satu pemuda lainnya.

Zen dan ketiga pemuda itu masih ditengah jalan, tepatnya di zebra cross. Marine yang melihatnya dari kejauhan semakin gelisah karena Zen justru ada disana juga.

"Nggak!! Kamu nggak ada di mimpiku Zen. Bagaimana bisa kamu di sana sekarang? " monolog Marine ditengah kegelisahannya

Marine melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 23:55. Ia kemudian berlari menyusul ke area zebra cross.

"Ayo, Zen. Mereka tidak mau dengar. Kita pulang saja" Marine menarik lengan Zen

"Nggak. Mereka pasti mau dengar. Tunggu sebentar lagi" Zen melepas tangan Marine

"Nah!!! Itu teman-teman kami!!! " ujar pemuda yang memakai earphone melambaikan tangannya.

Suara knalpot mobil terdengar menderu dari kejauhan. Ketiga pemuda ini mengira itu adalah teman-teman mereka yang akan melihat atraksi mereka malam ini.

"Itu bukan teman kalian!!! Menepi lah!!! " Sentak Marine seraya mendorong tubuh mereka satu persatu

Zen melihat jam ditangannya sudah pukul 23:58.waktu tersisa hanya 2 menit lagi untuk membujuk ketiga pemuda bebal ini.

Para pembalap mobil liar ini sudah menyiapkan jalur sebelumnya, sehingga jalur itu akan dikosongkan oleh teman-temannya. Jadi mereka tidak akan mengurangi kecepatan nya sedikitpun kecuali jika sudah mendekati garis finish. Itulah yang Marine lihat dalam mimpinya tadi malam.

"Kalian kenapa sih? Apa kami mengganggu kalian? Nggak kan? Trus kenapa sekarang kalian mengganggu kami!!! " teriak salah seorang dari mereka

"Kami cuma mau menolong kalian, jadi tolong dengarkan dan menepi lah sebentar" Ujar Marine

"Kalaupun itu bukan teman kami" Pemuda itu meneropong dengan jarinya "Kami akan tetap disini dan memperlihatkan aksi kami pada mereka"

Marine semakin frustasi melihat para mobil balap itu sudah terlihat. Ketiga pemuda itu terus saja melambaikan tangannya. Zen bersiap memasang kuda-kuda.

Hanya dalam hitungan detik, tiga mobil yang saling berhimpitan datang melaju kencang. Hanya tersisa beberapa meter saja untuk sampai ke zebra cross.

"Kenapa mereka tetap ngebut ya? Harusnya mereka membelokkan mobilnya di sana untuk di parkir" Ucap salah seorang pemuda yang menyadari ada kesalahan

Tiin..

Tiin..

Tiin..

Ketiga mobil sedan itu tidak mau mengurangi kecepatannya sama sekali. Bagi mereka siapa yang menghalangi berarti siap mati, karena sebelum mereka memulai balapan, rekan-rekan mereka sudah membersihkan jalan dengan aman.

Marine membelalakkan matanya, kemudian dia mendorong pemuda ber earphone ke tepi jalan. Zen dengan sigap menarik tangan kedua pemuda yang membawa skateboard dan membawanya berlari bersama mengikuti Marine menepi.

Braaakk!!!

"Ah, skateboard ku!!! " skateboard milik salah seorang dari mereka terjatuh beberapa langkah dari tepi jalan.

"Kalian disini saja. Biar aku ambilkan" Zen berlari menuju skateboard yang terjatuh.

"Zen!!! Jangaaann!!! " Marine baru menyadari kalau Zen akan mengambil skateboard yang jatuh

Marine melihat jam tangannya sudah pukul 00:00. Dia kemudian berniat menyusul. Namun pemuda ber earphone menahan tangannya.

"Jangan kak. Jarak mobil itu sudah sangat dekat" Marine menoleh kearah pemuda itu.

Tiinnnn....!!!!

Braaakkkk...!!!

Marine menoleh dengan cepat kearah Zen. Betapa kagetnya dia, kecelakaan itu tetap terjadi. Waktu terasa berhenti berputar dan nafas pun terasa sesak untuk di hembuskan. Para pembalap liar itu bahkan tetap melajukan mobilnya dengan lebih cepat, meninggalkan seseorang yang tergeletak dijalan begitu saja.

Marine berjalan perlahan dengan tatapan nanar. Dia tidak menyangkan kalau kecelakaan itu akan terjadi seperti dalam mimpinya. Dia sudah berusaha mencegahnya namun ternyata tidak bisa. Langkahnya kini semakin cepat tatkala ia baru menyadari kalau yang tergeletak dijalan adalah Zen.

"Zen!!!!!!! " Marine berlari kencang

Satu pemuda memegang skateboard yang Zen ambilkan untuknya dan ia pun menangis. Kedua pemuda lainnya menyusul dan hanya menunduk merasa bersalah karena tidak mendengarkan perkataan Marine dan Zen.

Marine membalikkan tubuh Zen dibantu oleh para pemuda itu. Kepalanya berdarah dan ia tidak sadarkan diri.

"Zen!! Bangun!! Kamu dengar aku??!! " Marine seketika menangis tersedu-sedu

"Ayolah Zen!!! Jangan bercanda. Kamu mendengarku kan??!!! Tangisnya semakin keras

"Panggil ambulance, cepat!!! " Perintah pemuda ber earphone pada salah seorang temannya yang diam mematung.

Pemuda itupun langsung menghubungi ambulance dan menyuruhnya datang ke lokasi secepatnya.

Ketiga pemuda itu menemani Marine dan Zen sampai ambulance tiba. Marine tidak berhenti menangis dan membangunkan Zen.

"Mari naikkan pasien ke ambulance" Perintah salah seorang tim medis

Marine menemani Zen di dalam ambulance. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit ia terus menangis dan memegang tangan Zen. Tim medis hanya bisa menenangkannya dengan mengusap punggung Marine.

Sesampainya di rumah sakit, Zen langsung ditangani oleh para dokter di UGD. Sementara Marine menunggunya diruang tunggu dengan gelisah dan berderai air mata.

Salah seorang dokter pun keluar dari ruang UGD dan mencari Marine "Apa anda walinya?" ujar sang dokter pada Marine

"Bu.. Bukan. Saya hanya temannya. Kenapa dok? "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!