Trauma

"Kamu pura-pura? " Marine masih di posisi duduknya menghadap Zen

Zen reflek menggeleng "Aku tadi beneran pingsan!"

Zen kemudian duduk dan memegang tangan Marine, namun Marine dengan cepat menepisnya kemudian berdiri dan melenggang kearah pintu keluar.

"Marine, aku tidak bisa mengejarmu. Tolong berbalik dan diamlah disitu sebentar!" Ucap Zen dengan meninggikan suaranya.

Kini Zen masih duduk di sofa dangan membelakangi posisi Marine.

Sedetik kemudian Marine berhenti namun tidak membalikkan badannya. Dia diam mematung dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh Zen.

"Marine, aku mengalami trauma" ucap Zen ketika Marine menghentikan langkahnya

Zen mengusap wajahnya frustasi "kepergianmu tadi membuatku mengingat sesuatu yang sudah lama aku lupakan. Rasanya sangat sesak Marine. Aku tidak bisa melihat punggungmu sambil berjalan menjauhiku" Suara Zen bergetar hebat

Marine seketika berbalik dan kembali mendekati Zen yang masih duduk di sofa. Dia melihat wajah Zen yang menjadi lebih pucat dari sebelumnya serta keringat dingin yang membasahi wajahnya. Marine kemudian duduk kembali dihadapan Zen dan mengelap keringat Zen dengan tisu yang ada diatas meja.

"Kamu beneran trauma?" Marine memastikan

Zen menganggung dan masih dengan tubuh yang bergetar karena ia kembali mengingat punggung Marine yang pergi membelakanginya.

"Ma.. Maaf. Aku nggak tau kalau kamu sampai seperti ini. Mau aku panggilkan dokter?" Marine terlihat iba dan mengusap pipi Zen

Zen tersenyum dengan wajahnya yang pucat "nggak perlu. Kamu sudah cukup. Nanti aku hubungi sendiri dokter pribadiku"

"Bolehkah aku memelukmu? " pinta Zen ragu

Marine yang meliat Zen masih saja bergetar dan pucat ia tidak menjawab pertanyaan Zen barusan dan langsung mernarik tubuh Zen kedalam pelukannya.

"Atur nafasmu Zen, mungkin akan lebih baik" Marine berbisik ditengah pelukannya

Zen didekap Marine seperti bayi. Tubuhnya yang lunglai bersandar tepat didada Marine. Kakinya ia tekuk dan naik keatas sofa. Marine mendekapnya dari samping dan menyandarkan pipi Zen ke dadanya.

Marine terus menerus mengelus puncak kepala Zen serta punggungnya. Zen hanya mengatur nafasnya dan diam tanpa kata. Setelah hampir 1 jam Zen berada dalam dekapannya, Zen pun tertidur pulas dan nafasnya lebih teratur.

Mengetahui Zen sudah tertidur, Marine kemudian mengambilkan bantal kursi yang tidak jauh dari tempat ia duduk dan manaruh kepala Zen perlahan diatas bantal itu. Kemudian ia meluruskan kaki Zen dan menidurkannya diatas sofa. Marine mengambilkan selimut dikamar Zen dan menyelimutinya.

"Kamu sangat menyabalkan, tapi juga sangat imut kalau sedang tidur" Marine mengelus pipi Zen

"Aku kira orang se-gagah, se-menyebalkan dirimu nggak bisa pingsan, ternyata kamu masih sejenis manusia juga" timpal Marine kemudian berdiri dan membereskan barang-barangnya.

Marine pun akhirnya pulang tepat pada jam makan siang. Saat Marine turun dari apartemen Zen, ia bertemu dengan ibu Sihan yang hendak mengantar makan siang. Marine menceritakan kejadian barusan dan meminta ibu Sihan untuk menjaganya sampai Zen bangun.

"Tolong ya bi Sihan. Tadi Zen sangat takut. Tubuhnya bergetar dan pucat, tapi dia nggak membolehkan aku menelfon dokter" Marine terlihat khawatir

"Jangan khawatir non Marine, saya pasti akan menjaga tuan muda. Nanti saya juga akan mengabari orangtuanya" timpal bu Sihan

"Ah, syukurlah kalau begitu. Semoga Zen besok sudah membaik ya bi. Besok kabari aku kalau dia membaik." Marine terlihat antusias

Marine kemudiam memberikan nomor telfonnya kepada bu Sihan sebelum ia pulang.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam, namun Marine gelisah tidak bisa memejamkan matanya.

"Kenapa Zen nggak telfon atau ngabarin ya? " gumamnya menatap ponsel ditangannya

"Dasar bodoh!!! Emangnya kamu siapa? Minta dihubungi. Huufft... " Marine berguling ke dan meninggalkan ponselnya di pinggir nakas

"Ah, aku harus bisa tidur. Aku mau melihat ada apa besok. Aku harus bisa" monolog Marine dan merapihkan tempat tidurnya.

Marine hendak melakukan perjalanan melihat masa depan dalam mimpinya. Ia mulai menyebutkan tanggal dan hari dimana esok dia akan mulai. Tidak lama Marine memejamkan matanya.

***

Kriiing..!!!

Kriiing..!!!

Kriiing..!!!

Marine langsung membuka matanya dan mematikan jam bekker diatas nakas.

"Tidak terjadi apa-apa hari ini? Aku bahkan ngga ngeliat Zen. Apakah dia hari ini tidak mau dijemput? Atau mungkin tidak masuk kerja? "

Drrtt...

Drrt...

Ponsel Marine bergetar, terlihat nama Zen dilayar ponselnya. Marine kaget dan dengan cepat ia menjawab panggilan itu.

"Ha... Hallo Zen"

"Bu Marine, apakah anda tidak membaca pesan saya tadi malam? Saya chat anda kalau saya minta dijemput pukul 7 pagi, kenapa anda tidak membalas? Ini sudah pukul 6.30 apakah anda sudah dalam perjalanan? " Zen dengan nada tegasnya menyerocos Marine yang baru saja bangun dari tidurnya

Marine membulatkan bibirnya "I.. Iya pak. Saya jemput sekarang"

Tut

Sambungan telfon terputus. Marine masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Zen mendadak otoriter lagi seperti biasanya dan menyabalkan.

"Kemarin dia minta dipanggil nama, hari ini dia kembali memanggilku begitu?? Huh?? Enak sekali jadi dia ya. Bisa seenaknya" Marine melompat dari kasurnya dan masuk ke kamar mandi

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Marine masih asik memakan roti lapisnya.

"Aku juga bisa seenaknya pak Zen. Anda... Saya... Huuuffttt" Marine bermonolog mengingat panggilan telfon dari Zen tadi.

Tiing...

Tiing...

Bel rumah Marine berbunyi, ia pun heran kenapa ada tamu sepagi ini. Padahalhampir semua teman dan tetanngganya tau kalau dia harus bekerja, jadi mereka tidak akan bertamu dipagi hari.

Marine berjalan menuju pintu dengan membawa roti lapis ditangannya.

Ceklek

"Hoaaaaaahhh...!!!!!! " Marine kaget dan menjatuhkan roti lapisnya. Mulutnya menganga lebar dan bola matanya melotot hampir keluar

Marine kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan dan melepasnya kembali "Ke.. Kenapa ke rumah? "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!