Kontrak kerjasama

Marine masih mematung di depan pintu rumahnya, tanpa menyuruh tamunya masuk ke dalam.

Tamu itupun kemudian menggeser tubuh Marine dan menerobos masuk.

"Aku sudah menunggu 15 menit setelah menelfonmu, tapi kamu tidak datang juga jadi aku kesini"

"Zen, kamu menelfonku belum ada jam 7 pagi. Memang mau kemana sepagi ini? ke kantor kan? " Jawab Marine tidak terima

Zen kemudian mengeluarkan proposal milik Marine dari dalam tas kerjanya.

"Kamu mau, aku bagaimana dengan ini? " Pungkas Zen seraya mengangkat proposal itu didepan wajah Marine

"Ada banyak pertanyaan dariku tentang proposal ini. Aku juga mau lihat hasil uji lab tahap pertama yang kamu lakukan. Aku mau lihat langsung. Hari ini aku menjadwalkan seharian bersamamu untuk membahas ini sampai tuntas agar penelitianmu yang kedua bisa segera diteruskan"

Marine membulatkan mulutnya dan sulit untuk berkata-kata.

"Be.. Benarkah ini? Ka.. Kamu mau jadi investorku Zen? " wajah Marine makin berbinar

Zen mengernyitkan dahinya, sedetik kemudian mengangguk "Iya, tentu. Dari awal aku memang tertarik dengan teknologi medis buatanmu"

"Woooaahhh.... Terimakasih" Marine melompat kegirangan.

Merasa sangat senang dan bahagia sekaligus, Marine tidak menyadari kalau ia melompat dan memeluk tubuh Zen.

Menyadari ada yang salah, Marine pun segera melepas pelukannya.

"Eh, ma.. Maaf, Zen"

"Tidak apa. Mau yang lain juga boleh" Zen menyodorkan pipi kirinya "atau yang ini" sekarang pipi kanannya "Ataauuuu...... " Zen hampir memberikan bibirnya, namun Marine mendorong tubuh Zen

"Jangan mengingatkanku" keluh Marine menundukkan wajahnya

Marine merasa malu atas kejadian tempo hari dirumah Zen. Maka dari itu hari ini ia nampak tersipu setiap kali Zen mendekatinya.

"Maafkan aku" Ucap Zen tiba-tiba

"Minta maaf untuk apa? " Marine mengernyitkan dahi

"Kemarin, aku sadar dari pingsan tepat saat kamu berteriak 'Nafas buatan'" Zen tersenyum menunduk "Aku berpura-pura masih pingsan karena ingin menjahilimu, tapi nggak disangka aku justru lepas landas karena tidak tahan dengan aroma tubuhmu" Tandasnya

Marine menjadi salah tingkah dan bergerak kesana kemari "Sudahlah, jangan dibahas. Mari berangkat ke kantor Pak Zen"

Zen tersenyum teduh karena tingkah malu-malunya Marine, ia pun menurut untuk turun dari lantai 3 dimana apartemen Marine berada.

Mereka turun bersama dan berangkat bersama ke kantor Zen. Namun keduanya berpisah di parkiran Bai Munchen Technology. Keduanya mengambil jalan yang berbeda untuk menuju ruang rapat agar tidak ketahuan kalau mereka berangkat bersama.

Setelah mempresentasikannya dua kali, akhirnya proposal kerjasama itu pun ditandatangani oleh Zen kemudian pak Morgan.

"Saya sangat senang anda bisa bergabung bersama kami, Pak Zen. Terimakasih atas kerjasama ini" ucap Morgan seraya menjabat tangan Zen

"Sama-sama Pak Morgan, saya berharap kita bisa saling menguntungkan" balas Zen, melepas jabatan tangannya.

"Kerja bagus, Marine" Bisik Pak Morgan

Marine tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

"Marine berhasil merayu saya, maka dari itu saya bersedia menjadi investornya" Timpal Zen.

Kata-kata Zen yang ambigu membuat beberapa staf yang sedang berkumpul diruang rapat Bai Munchen menjadi bingung karena kata 'merayu' yang ia lontarkan.

"Merayu...?? Maksudnya merayu bagaimana ya" bisik-bisik karyawan lain yang terdengar di telinga Marine

"Jangan salah paham! Marine merayu saya dengan mempresentasikan proposalnya sendiri didepan saya terlebih dahulu, sebelum ia mempresentasikannya seperti tadi didepan semua staff. Hem.. Begitu maksud saya" Tandasnya kemudian

Julian yang mengerti bahwa bosnya sedang salah tingkah hanya tersenyum sambil menggeleng. Julian tau bahwa Marine dan Zen datang bersamaan dengan satu mobil, dan ia juga tau soal surat perjanjian pribadi mereka tentang tanggungjawab kecelakaan, karena Julian lah yang mengetik surat perjanjian tersebut. Yah, Julian sekretaris sekaligus sahabat Zen jadi ia tau segalanya.

Tandatangan kontrak kerjasama antara perusahaan Blue Sky Corporation dan Bai Munchen Technology sudah selesai. Pak Morgan selaku CEO Bai Munchen merasa sangat lega dan puas dengan hasil kerja keras yang dilakukan Marine. Ia pun mengadakan pesta atas kerjasama jangka panjang ini.

"Pak Zen, kami akan mengadakan pesta untuk para karyawan juga investor besok malam. Saya harap anda dan pak Julian berkenan hadir di hotel Moon" Ucap Pak Morgan kepada Zen dengan tulus.

"Undangan akan kami kirimkan nanti siang, Pak" ujar pak Tian, selaku sekretaris pak Morgan

"Wah, mendadak sekali? " Zen bingung karena belum melihat jadwalnya untuk esok hari

"Sebenarnya tidak mendadak bagi kami, pak. Setiap ada kerjasama kontrak jangka panjang, kami memang mengadakannya untuk ucapan 'selamat' kepada manager serta staff yang sudah bersusah payah dan juga ucapan terimakasih kami kepada investor setia kami" Celine selaku General Manager menimpali

Julian terkesima dengan cara Bai Munchen memperlakukan para staff dan menghormati investornya.

"Baiklah bu Celine, kami akan berusaha hadir di pesta itu. Kami tunggu undangannya. Terimakasih, kamu pamit undur" Tandas Julian tanpa memperdulikan ekspresi wajah Zen.

Julian pun berlalu dan Zen mengekori dari belakang

"Apa maksudmu ' kami akan berusaha hadir' ? Kamu tau kan aku tidak menyukai pesta" Zen sedikit kesal dengan keputusan sepihak yang diambil Julian

"Pesta itu untuk Marine dan perusahaan kita. Apa salahnya kita hadir?"

Mendengar nama 'Marine' wajah Zen berubah santai "Yah!!! Kamu benar. Kita harus menghargai undangan mereka. Marine mungkin akan kecewa jika kita tidak hadir kan? " Zen berubah pikiran tidak sampai 30 menit.

Julian dan Zen kembali ke kantor Blue Sky karena ada rapat penting dengan para anggota dewan tertinggi di perusahaannya.

Drrtt

Drrtt

Drrtt

Melihat nama 'Marine' terpampang di ponselnya yang bergetar, Zen langsung mengangkatnya.

"Yah. Ada apa Marine? "

"Katamu tadi pagi kita mau melihat hasil uji coba tahap 1 pemindai jantung model AI milikku. Kenapa kamu pergi bersama Julian? "

"Oh, itu maaf Marine, aku ada rapat penting hari ini. Mungkin kita bisa membahasnya lagi besok" Zen menjawab seperlunya, karena ia sedang mempelajari isi proposal rapat hari ini didalam mobil.

Mendengar Zen nampak datar, Marine pun hanya meng'iya'kan perkataannya dan menutup telfon.

"Kenapa mukanya jadi murung begitu? " tanya Celine yang ikut menguping Marine menelfon

"Aku berasa naik roller coaster" ucap Marine dengan pandangan lurus kedepan padahal Celine disampingnya

"Asyik dong" timpal Celine

"Asyik? " Marine mengernyitkan dahi pada Celine "Asyik bagi yang suka menaikinya, bagi mereka yang tidak suka itu menyebalkan"

"Jadi maksudmu Pak Zen menyebalkan? " goda Celine "Bukankah dia sangat menggoda?" tambahnya lagi

"Pagi tadi dia memberiku kejutan dengan datang ke apartemenku pagi-pagi sekali dan mengatakan bersedia menjadi investor" Marine menghela nafas "Barusan aku menelfonnya untuk menanyakan kapan bisa melihat hasil uji cobanya, malah dia terdengar tidak ada niatan lagi" Marine semakin sulit menghadapi Zen yang sifatnya berubah-ubah dan tidak terprediksi itu

"Woooaahhhh.. Apa dia masuk ke rumahmu seperti dulu lagi? Menerobos begitu saja? " Celine membelalakkan matanya

"Heh!!! Sembarangan. Aku sudah mengganti sandi rumahku" Marine melirik tajam kearah Celine "dan kamu, nggak akan aku kasih tau lagi sandinya sampai kapanpun!!!! " tandas Marine kemudian berlalu menuju kantin

"Heh!!! Pelit. jangan begitu!!! "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!