"Akmal, kamu sedang cuti kenapa pagi-pagi datang kerumah?" Maher yang hendak masuk kedalam mobil bertanya pada asistennya itu.
"Em, tadinya mau mengantar berkas yang belum sempat pak Maher tanda tangani, tapi kata pelayan rumah pak Maher sedang kebandaraan mengantar Amara."
Akmal memang sedang cuti paska menikah selama satu minggu, padahal Maher memberikan libur lebih lama, tapi Akmal memilih mengambil seminggu saja karena istrinya juga hanya mendapatkan cuti satu minggu dari tempatnya mengajar. Ya, istri Akmal seorang guru, wanita yang sejak dulu Akmal tunggu pendidikannya hingga selesai hingga kini mereka bisa menikah.
"Ohh, yaudah. Kamu pulang sana, ngak kasihan sama Astrid kamu tinggal." Usir Maher yang langsung masuk kedalam mobil dan berlalu pergi meninggalkan asistennya itu.
"Gimana ngak di tinggal, orang lagi ngak bisa di pake," Gumam Akmal sambil menggaruk kepalanya, dan masuk kedalam mobilnya sendiri.
Sampainya di rumah sederhana yang Akmal siapkan untuk istrinya setelah menikah, pria itu turun dari mobil dan melihat Astrid istrinya sedang menyiram tanaman di halaman rumah.
"Kok cepat Mas?" Tanya Astrid yang menaruh selang dan mematikan kran air, ia menghampiri pria yang baru satu hari ini menjadi suaminya.
"Cuma nganter berkas, pak Maher juga sedang sibuk." Jawabnya sambil duduk di kursi teras rumah.
"Oh," Astrid yang ikut duduk hanya mengangguk.
Akmal melirik Istrinya yang duduk menatap kebawah, di mana kedua tangannya saling bertaut terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ada yang ingin kamu katakan?" tanya Akmal yang seolah mengerti gerak gerik Astrid.
"Em, kalau mas banyak pekerjaan bisa kerja Mas, dirumah tidak melakukan apapun sepertinya Mas Akmal justru bosan." Ucap Astrid sambil menatap suaminya.
Akmal membuang napas kasar, pengantin baru kok udah masuk kantor, yang ada dirinya akan jadi bahas olokan, tapi kalau dirumah kok malah stres melihat istrinya yang tidak bisa disentuh.
"Nasib nyari tanggal ngak tanya dia dulu kapan datang masa periode." Keluh Akmal dalam hati.
"Ya udah deh, aku ke kantor aja." Akmal beranjak dari duduknya dan masuk kedalam rumah.
Astrid hanya bisa tersenyum melihat wajah suaminya yang seperti frustasi, mau bagaimana lagi ia juga tidak bisa menghentikan masa tamunya untuk tidak datang saat dirinya menikah.
Setelah beberapa saat Akmal keluar dari kamarnya sudah rapi dengan setelan jas yang membungkus tubuh tegapnya. Astrid sampai terpesona melihat penampilan suaminya sendiri meskipun sudah terbiasa melihat Akmal berpenampilan seperti ini.
"Kalau ada apa-apa telepon, aku kekantor dulu ya." Akmal mencium kening Astrid di balas dengan senyum mengambang yang Astrid tampilkan.
"Iya Mas." Astrid mengantar suaminya sampai mobil, wanita itu melambaikan tangannya saat mobil Akmal meninggalkan pekarangan.
*
*
Akmal berjalan dengan tatapan lurus kedepan, pria berparas tampan dengan aura pria dewasa itu begitu memukau untuk para wanita. Tapi pesta besar yang di selenggarakan oleh orang kepercayaan pemilik perusahaan Arama property itu cukup membuat semua wanita yang mengidolakan sang asisten patah hati.
"Loh, kok kamu masuk?" Tanya Silvia sekertaris yang membantu Akmal.
"Memangnya kenapa?" Akmal mengerutkan keningnya, sudah ia duga pasti mendapat pertanyaan seperti ini, ahh menyebalkan sekali.
"Duh, pak Akmal. Dengan adanya anda hari ini pasti membuat seisi kantor sedang menggosipkan anda." Ucap Silvia sambil terkekeh.
"Contohnya seperti kamu Silvia," Celetuk Akmal dengan wajah di tekuk.
Silvia meledakkan tawanya, yang semakin membuat Akmal kian kesal.
"Masih ketawa aku potong gajimu!" Hardik Akmal dengan wajah tak bersahabat.
Silvia yang masih tertawa langsung menutup mulutnya rapat.
"Bapak kalau mau ngancem yang valid dong, mana ada bapak bisa potong gaji saya, kalau gaji bapak aja masih bisa di potong pak Maher." Ucap Silvia dengan wajah pongahnya.
"Kamu-" Akmal mendelikkan matanya menahan kesal yang bersarang di hatinya.
Pria itu memilih masuk ke ruangannya yang membuat Silvia tertawa lebar.
"Pms kali istrinya, makanya kek orang kurang jatah," Gumam Silvia yang masih terkekeh lucu mengingat wajah aisisten itu.
"Sial!!"
Akmal membanting tas kerjanya di meja, menghempaskan tubuhnya di kursi, Akmal mengusap wajahnya kasar dengan perasaan galau.
"Ck, bikin otak tegang aja." Gumam Akmal yang justru meraih ponselnya.
Ting
Sebuah notif sosial media yang menandakan orang yang dia ikuti sedang memposting sesuatu.
Akmal membuka notifikasi postingan yang langsung membuatnya tersenyum.
"Jika bulan tidak bisa kau gapai, setidaknya kau masih bisa menatapnya."
*
*
Tinggal jejak kalian sayang, 😘😘😘🤫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Athallah Linggar
😤😤
2024-06-10
0
KimVHyung
hidden reader 😀
2024-05-25
0
vie gumi
kirain Akmal uda tua Thor
di benak aq tuh Akmal lebih tua dari Maher😂
2024-01-22
0