Amara sampai dirumah langsung disambut oleh pak Hisyam dan Bu Hani, dua suami istri yang sudah memasuki usianya yang senja, di bantu dengan pola hidup sehat yang teratur dan sering melakukan kegiatan positif membuat pak Hisyam Dan Bu Hani masih begitu sehat meskipun sudah tidak seperti dulu lagi, beliau masih ingin melihat anak cucu dan calon cicitnya nanti, sehingga apapun yang di lakukan Arabella mereka lakukan demi hidup sehat dan berharap melihat cucunya menikah sampai memiliki cicit.
"Kakek, nenek." Amara menggabur ke pelukan kedua sepasang wajah tua yang sangat ia rindukan.
Pak Hisyam dan Bu Hani sampai meneteskan air matanya karena melihat cucunya yang mereka rindukan.
"Kamu kenapa semakin cantik seperti ini, nenek sampai pangling." Kata Bu Hani dengan senyum haru.
Sering melakukan Vidio call tak membuat rasa rindu mereka berkurang, justru semakin banyak dan menyisakan sedikit ruang perih, biar bagaimanapun Amara ikut dengan keduanya sejak kecil, dan menjadi cucu rasa anak kandung.
"Itu karena aku menggunakan uang ayah dengan baik nek," Katanya sambil tertawa.
Ketiganya masuk kedalam rumah, meninggalkan Akmal yang masih menurunkan barang-barang Amara.
"Mama mu pasti gelisah nungguin kamu," Pak Hisyam mengusap bahu Amara yang beliau rangkul.
"Mama belum tahu kek, aku sudah bilang sama Om Jonas kalau aku akan pulang lusa, aku ingin memberikan mereka kejutan sebagai hadiah mereka." Katanya lagi
Bu Hani hanya geleng kepala, "Kamu pasti capek, istirahat dulu, nanti kita ngobrol lagi." Ucap Bu Hani yang tahu perjalanan cucunya cukup jauh.
"Em, ngomong-ngomong apa Rafael tidak kesini?" tanya Amara.
"Dia sedang ada study tour, sepetinya dengan Arjun juga." Jawab Bu Hani.
Arjun putra kedua Arabella dan Maher, sedangkan Rafael anak sulung Diandra dan Samuel yang terpaut usia berapa bulan dengan anak kedua Arabella itu.
"Mereka itu memang seperti lem dan prangko," gumam Amara yang mendapat kekehan dari pak Hisyam.
Bagaimana tidak jauh lebih kesehatannya, jika di anugerahi cucu yang cantik tampan dan cerdas, belum lagi mendapat menantu yang begitu baik dan pengertian, rasanya pak Hisyam sudah bahagia melihat semua kelurganya mendapatkan kebahagiaan.
*
*
"Nak Akmal ngak nunggu makan malam sekalian?" tanya Bu Hani saat melihat Akmal pamit.
"Lain kali saja Bu, saya masih banyak pekerjaan." Katanya dengan sopan.
Pak Hisyam menepuk pundak Akmal, "Nak Akmal pekerja keras, terima kasih sudah menjalankan amanah nak Maher." Katanya dengan tulus.
"Sudah menjadi kewajiban saya pak, saya juga bukan siapa-siapa kalau tidak ada pak Maher." Balasnya tak kalah tulus.
Sejak perusahan yang dipimpin pemilik utama gulung tikar, saat itulah Akmal yang dulu mulai tak percaya diri dengan kemampuannya. Hingga sampai perusahaan yang di pindah tangankan saat itulah Akmal mendapat kesempatan untuk membuat dirinya layak untuk menjadi lebih baik lagi.
Maklum saja dulu Akmal adalah orang pertama yang disalahkan saat kantornya bekerja mengalami kebangkrutan, padahal semua itu terjadi karena keteledoran pemilik perusahaan yang tertipu.
"Bahkan sampai sekarang kamu masih direpotkan, sampai Amara selesai dengan pendidikannya." Pak Hisyam cukup tahu sedikit kehidupan asisten menantunya itu, cukup menyedihkan namun semua sudah takdir yang ditetapkan.
"Saya tidak keberatan pak, saya akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan sampai Amara merasa sanggup untuk menjalankan perusahaannya sendiri."
Akmal tersenyum, ia yakin gadis kecilnya yang sering ia gandeng tangannya itu akan menjadi wanita yang sukses dalam karir, ia yakin Amara akan membawa banyak perubahan untuk perusahan, dan Akmal akan menunggu saat itu tiba.
"Ini tidak mungkin kan," Gumamnya yang mengingat sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Abie Mas
apanya yg tdk mgkn
2023-11-21
1
Tuti Tyastuti
apa yg tidak mungkin mal
2023-11-19
0
Sri Rahayu
apa yg tidak mungkin Akmal....di dunia ini tidak ada yg tidak mungkin 🙃🙃🙃🤪🤪🤪🤭🤭🤭
2023-10-20
0