"Amara sayang," Arabella langsung menaruh benda yang dia pegang dan menghambur memeluk putrinya yang ia rindukan. Biar bagaimanapun Amara adalah semangat hidupnya sejak dalam kandungan.
"Kenapa tidak mengabari," Arabella mengusap wajah putrinya dengan senyum haru.
Amara tersenyum, " Sengaja mah mau buat surprise, tapi kok aku yang sedikit terkejut melihat Om Jonas ada di sini." Amara menatap pria tinggi yang sebenarnya sangat tampan dan senyumnya selalu hangat.
Arabella menoleh kebelakang, Maher mendekat dan memeluk putrinya yang semakin hari semakin besar dan semakin membuat rasa kehilangan untuk melepaskan semakin dekat.
"Anak nakal, kenapa pulang dari kemarin tapi tidak beri tahu." Ucap Maher sambil mencubit hidung Amara yang membuat gadis itu terkekeh.
"Apa? jadi dia-"
"Ya, putrimu ini sudah tiga hari di Indonesia, tapi nakalnya dia tidak mau bilang."
Arabella mendelikkan matanya menatap Amara yang senyum-senyum.
"Niatnya mau beri kejutan ayah dan Mama, tapi cuma Mama yang sepertinya terkejut." Amara melirik kebelakang punggung Maher, di mana Jonas berdiri dengan kedua bahunya terangkat, tidak lupa kedua tangannya masuk kedalam saku celananya.
Amara hanya mencebik, "Om Jonas bikin gagal rencana." Gumam Amara yang membuat Maher terkekeh.
"Dia datang karena ada yang penting, bukan untuk mengadu, tapi ayah yang menggunakan insting kalau kamu sedang merencanakan sesuatu."
Amara hanya melengos dan memeluk ayahnya yang ia rindukan, sejak kecil Amara memang manja dengan Maher, posesif juga.
Persiapan acara pesta sudah selesai, halaman belakang yang luas menjadi tempat untuk semua keluarga berkumpul merayakan sekaligus me time bareng keluarga, karena pasti jarang sekali mereka untuk berkumpul apalagi semua sudah sibuk masing-masing, hanya dalam kesempatan seperti ini mereka semua bisa berkumpul.
Arabella begitu cantik dengan gaun hitam yang sangat pas ditubuh rampingnya, meski tak lagi muda tapi wanita dua anak justru terlihat semakin seksi dimata Maher yang memujanya.
Kue dengan desain dua tingkat berada didepan kedua sepasang suami istri yang tersenyum bahagia.
"Terima kasih sayang sudah menerima dan menemaniku selama ini, tidak ada lagi yang aku harapkan kecuali hidup menua bersamamu sampai akhir hayat ku." Maher berkata dengan tulus, ia kecup kening Arabella dalam rasa cintanya semakin hari semakin besar.
Empat belas tahun mengarungi rumah tangga tak membuat cintanya berkurang, justru dirinya merasa cinta yang dia miliki semakin tumbuh dan semakin besar setiap hari.
Ucapan tulus sang suami membuat Arabella tersenyum penuh haru, kedua matanya tampak berkaca-kaca tak bisa menggambarkan rasa harunya. Masa sulit ia lewati selama lima tahun setelah memutuskan pergi, ia tidak pernah berpikir jika akan bersatu dengan pria yang sangat ia cintai dan rela melakukan hal paling bodoh sekalipun. Dan setalah empat belas tahun bersama, Arabella merasakan kehidupan yang sangat bahagia di cintai begitu besar di limpahi kasih sayang dan anak-anak yang melengkapi hidupnya, rasanya tidak ada lagi yang Arabella inginkan kecuali kebahagian kelurganya dan suaminya yang selalu mencintainya.
"Terima kasih Sayang, aku tidak bisa melakukan apapun. Aku hanya mencintai suamiku dan keluargaku, aku hanya menginginkan pernikahan kita dilimpahi kebahagiaan."
Maher memeluk istrinya, keduanya larut dalam kebahagiaan dan rasa haru menjadi satu, hanya keduanya yang masih bisa merasakan kehidupan berat sebelum mencapai titik ini.
Semua mata yang melihat merasa harus, Samuel merangkul bahu istrinya yang ternyata sudah menangis itu.
"Aku juga mencintaimu, apapun itu kamu adalah bidadari ku dan anak-anak ku," Gumam Samuel sambil mengecup sisi kepala Diandra.
Tangan Diandra melingkar di tubuh Samuel wajahnya bersandar di dada suaminya yang lebih tua darinya itu.
"Hm, cinta papa." Gumam Diandra dengan bibir tersenyum.
Karena sebuah kesalahan tidak menyangka Diandra bertemu dengan pria dewasa yang hangat dan menyayanginya, jika mengingat itu Diandra tidak salah melakukan kesalahan jika Samuel orangnya.
Amara berdiri sambil mengusap sudut matanya yang basah, ia terharu dan merasa sesak sekaligus. Lahir tanpa memiliki ayah membuat Amara tahu bagaimana rasanya, di usianya yang menginjak Lima belas tahun ia di beri tahu, Amara yang sudah remaja tentu bisa menerima penjelasan kedua orangtuanya. Tidak ada kemarahan ataupun kekecewaan, karena sebuah kesalahan, Tuhan memberikan kelurga yang sangat penting untuk dirinya.
Tiba-tiba sebuah tangan mengusap bahunya, Amara mendongak dan melihat wajah Jonas yang menatap lurus kedepan.
"Sedih kerena melihat mereka atau sedih karena orang yang kamu tunggu tidak datang." Ucapnya dengan tatapan lurus kedepan.
Amara menaikkan alisnya sebelah, sejak tahu jika dirinya menyimpan perasaan pada seseorang, sepertinya Jonas ini selalu membuatnya kesal.
"Sok tahu!" Amara menepis tangan besar Jonas yang merangkul bahunya.
Jonas tersenyum tipis, tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.
"Kamu bisa menutupi dari semua orang, tapi tidak dengan ku Amara, kamu tahu."
Amara berdecak kesal, ia hendak pergi tapi langkah kakinya terhenti saat melihat seseorang yang baru muncul dari pintu.
Jonas mengarahkan tatapan matanya pada sosok Akmal yang baru datang, kakinya melangkah maju berada tepat di belakang tubuh Amara.
"Bukankah seharusnya kau senang dia datang,"
Amara tak bergeming tatapanya tertuju pada Akmal yang datang sendiri.
"Sepertinya dia datang untuk kamu bukan untuk kedua orang tuamu."
Amara berbalik dan menatap Jonas dengan alis terangkat.
"Selain sok tahu ternyata Om Jonas punya keahlian lain, apa sekarang Om Jonas sedang menjadi cenayang?" Katanya dengan wajah datar.
Jonas terkekeh, pria itu membuang wajah sambil menarik napas dalam.
"Aku tahu apa yang kamu rasakan, mungkin sekarang ini kesempatan untuk mu menggapai cinta yang kamu pendam, Akmal pria single."
Amara memicingkan matanya menatap semakin dalam wajah Jonas.
"Ikuti kata hati, jangan menyesal kemudian hari. Aku tahu kamu masih menyimpan perasaan itu, dan aku-"
Jonas tersenyum tipis, tangannya terulur mengusap pucuk kepala Amara.
"Aku harus kembali." Katanya dengan diiringi senyum.
"Kembali?"
Jonas mengangguk, "Urusan ku sudah selesai," katanya lagi.
Amara semakin mengerutkan keningnya. Membuat Jonas gemas melihat ekspresi gadis didepanya ini.
"Jaga diri baik-baik," Jonas menarik Amara kedalam pelukannya.
Amara terpaku, tubuhnya merasa sesuatu yang aneh saat pelukan hangat menjalar di seluruh tubuhnya.
Dibelakang keduanya terlihat sosok Akmal yang melihat interaksi keduanya dengan kening berkerut
"Ada apa dengan mereka?" gumamnya.
*
*
Ada apa denganmu 🎵🎵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
guntur 1609
kasihan jonas...yg sabar ya jon
2024-08-14
0
Maliq Ebrahim
mungkin rasa amara keakmal sudah berbedaya .mending sama jonas ajadeh amaranya
2024-04-27
0
Elminar Varida
hayoooo...Akmal mau tau aja atau mau tau banget..
kepo...😂😂😂
2024-04-20
0