TABRAKAN

...“Gua tau lo kuat, makanya semesta ngasih lo cobaan yang nggak manusiawi.”...

...-King Alvandres Dawson-...

             Seorang gadis menatap beberapa helai rambut di tangannya dengan pandangan kosong. Beberapa hari ini satu persatu helaian rambut itu mulai rontok tanpa bisa di cegah, hal itu seolah memberi pukulan telak padanya. ”Gua nggak tau apa yang bisa gua harapin lagi setelah ini, bahkan sekarang pun rambut gua udah mulai terpisah dari raga gua sendiri,” batinnya bertanya-tanya.

             “Saya yakin kamu bisa melewati semua ini, Safa,” ucap dokter Ani yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan serba putih itu. Safa tersenyum mendengarnya, “walaupun hanya beberapa persen peluangnya?” tanyanya membuat dokter itu terdiam.

             Gadis itu turun dari brankarnya kemudian membuang rambut yang ada di tangannya tadi ke dalam tong sampah yang ada di ruangan itu. Kejadian itu tidak lepas dari pandangan sang dokter, ia salut kepada gadis berkerudung putih yang tidak pernah menyuarakan rasa sakitnya itu. Beberapa hari yang lalu ia sempat terkejut dengan perubahan pakaian gadis itu, namun ia sangat senang saat melihat Safa benar-benar istiqomah dalam keputusannya.

             Dokter itu mendekat ke arah gadis yang sudah kembali duduk di atas brankarnya itu, “hari ini kamu sudah boleh pulang. Tapi inget, harus bedrest dan jangan banyak fikiran. Berikan waktu untuk tubuhmu agar dapat memulihkan keadaannya.” Ujar dokter Ani yang membuat sang empu merasa kegirangan.

             Selesai dengan urusannya di ruang itu ia langsung pamit kepada dokter yang sudah menanganinya itu. Ia berjalan keluar seperti seseorang yang tidak memiliki penyakit serius. Dokter Ani tersenyum sembari menggelengkan kepalanya menatap punggung gadis yang mulai hilang dari pandangannya, ”semoga kebahagiaan segera berpihak padamu, gadis manis.” harapnya dengan mata yang berkaca-kaca, kemudian bergegas meninggalkan ruangan itu.

             Safa tidak langsung menuju gerbang rumah sakit, langkahnya malah berbelok Ketika netranya menangkap seorang anak laki-laki berumur 6 tahun-an tengah melamun sendirian tanpa pengawasan di taman rumah sakit. Ia berjalan mendekati anak itu kemudian berjongkok di depannya, “hey, ganteng! Kok kamu sendirian di sini, ibunya mana?” tanyanya ramah bermaksud untuk membuka percakapan.

             Anak laki-laki itu mengangkat telunjuknya ke arah langit, membuat Safa mengernyit bingung. “Loh, kok malah nunjuk kesana?” tanyanya lagi. Anak laki-laki itu tersenyum ceria, “kata ayah, ibu sekarang tinggalnya di langit,” ujarnya semangat namun setelahnya wajahnya kembali murung, “tapi aku jadi nggak bisa peluk ibu lagi.” Lanjutnya sembari melemparkan pandangan kosong.

             Safa terdiam sejenak, sepertinya ia salah cari topik. Otaknya langsung mencari-cari pertanyaan yang lain, “terus kamu kenapa ada di sini?” tanya gadis situ untuk kesekian kalinya. Anak laki-laki itu tidak bersuara, ia malah membuka kupluknya yang membuat Safa lagi-lagi terkejut. “Kata dokter, orang yang ngeliat ini akan langsung tau, kak,” jawabnya seadanya.

             Anak laki-laki itu tersenyum saat melihat keterdiaman Safa, ia Kembali memasang kupluk itu. “Aku nggak tau kenapa orang-oarang selalu memberikan respon yang aneh saat aku membuka kupluk ini kak. Banyak yang terdiam, ada yang nangis, bahkan ada yang langsung peluk aku tanpa alasan. Aku nggak ngerti aku kenapa, kak, tapi yang aku tau setiap kali ayah bawa aku kesini aku selalu ngerasa sakit kak. Aku juga sering mimisan.” Papar anak itu dengan raut bingung.

             Safa berusaha memasang senyum manisnya, “sakit banget ya? Kamu nangis nggak?” tanyanya Kembali. Anak laki-laki itu menggeleng, “aku laki-laki kak, kata ibu laki-laki nggak boleh cengeng,” balasnya sembari memperlihatkan senyum bangganya.

             Cukup, Safa tidak bisa lagi menahan airmatanya, ia menatap anak itu lalu berucap, “mau peluk?”

             Anak laki-laki itu langsung memeluknya. Safa bisa merasakan tubuh anak itu bergetar hebat, ia masih tidak mampu membayangkan seorang anak laki-laki yang seharusnya sedang bermain dengan teman sebayanya harus mendapatkan imbas dari penyakit mematikan seperti ini. Saat itu juga ia merasakan bahwa  takdir sangat tidak adil, namun ia langsung beristighfar dalam hati untuk mengenyahkan pemikiran yang tidak pantas itu.

 

...***...

 

             “Loh, kok pulang sih, kak? Belum juga satu jam kita jalan-jalannya,” protes seorang gadis yang bergelayutan di tangan seorang cowok yang tampak risih dengan tindakan gadis itu. Sedari tadi gadis itu selalu merengek tak jelas, mulutnya tak berenti mengoceh membuat beberapa perhatian pengunjung yang ada di mall itu terpusat pada mereka.

             “Ca, lepas!” titah seorang cowok yang tak lain adalah Alva. Namun bukannya melepaskan, gadis itu semakin mengeratkan pegangannya dengan wajah kesal menahan tangis. Inilah yang membuat Alva semakin risih, jika bukan karena suatu tujuan ia tidak akan pernah mau berdekatan dengan gadis manja itu.

             Alva sengaja mengajak gadis itu keluar hari ini untuk melancarkan rencananya, dan rencananya pun berhasil. Jadi wajar saja ia langsung ingin mengenyahkan gadis itu setelah ia mendapatkan informasi yang ia mau. Hal itu sontak membuat Clarissa merengek tak terima, ia masih ingin menghabiskan waktu dengan pria yang menjadi sasaran obsesinya kali ini. Kakaknya yang selalu menjadi rintangannya sudah mulai bisa ia atasi, tentu saja kali ini ia tidak ingin gagal, ia harus mendapatkan apa yang ia mau, itu motivasinya.

Namun bukan Alva namanya jika ia memikirkan perasaan orang lain. Lihat saja saat ini, pria itu bahkan sudah memberhentikan mobilnya di depan supermarket dengan alasan ingin membeli sesuatu, padahal niat aslinya adalah untuk meninggalkan gadis cerewet itu.  

Clarissa turun tanpa curiga, namun saat ia menunggu pria itu turun dari mobil, ia malah mendapati mobil itu melaju meninggalkannya. Ia sangat kesal melihat itu, “awas aja lo Alva, gua akan bikint lo bertekuk lutut ke gua,” gerutunya di dalam hati. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam pusat perbelanjaan itu, akan tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang amat kenali berdiri tidak jauh darinya. Clarissa tersenyum sinis, ia mendekati gadis yang dapat ia pastikan melihatnya datang Bersama Alva tadi. Ya meski pria itu tidak turun, tapi ia yakin gadis itu mengenali pemilik kendaraan yang tadi mengantar Clarissa kesini. “Hai, anak panti! Udah puas main-mainnya dengan orang-orang senasip dengan lo? Kalau belum puas sana balik lagi nggak usah pulang, nggak pantes soalnya, ops.” Sapanya sok ramah namun penuh dengan nada ledekaan dan hinaan.

Gadis itu tidak lain adalah Safa, sebelum pulang ia berniat untuk mampir ke Alfamart sebentar untuk sekedar membeli coklat dan beberapa  coklat. Tetapi di sini ia malah melihat sang adik diantar oleh lelaki yang sempat membuatnya nyaman. Ia tak suka, namun ia tak bisa apa-apa. Safa memilih untuk tidak menanggapi hinaan yang di lontarkan Clarissa, ia malah lanjut men-scroll social media miliknya yang tadi sempat terhenti karena tertegun melihat pemandangan di depannya.

Clarissa menggeram, ia merebut ponsel kakaknya itu lalu melemparnya ke jalanan yang ada di depan mereka. Safa melebarkan matanya, ia menatap benci sang adik lalu berlari mengambil handphone tersebut namun Clarissa kembali berulah, ia malah menyusul Safa dan menahan tangan kakaknya itu hingga terjadilah aksi tarik menarik. Tanpa mereka sadari, sebuah mobil sedan tengah melaju dengan kencang ke arah mereka, Safa sempat menghindar saat mendengar teriakan pejalan kaki di trotoar hingga ia hanya terserempet. Namun sayangnya sang adik malah lengah hingga tubuhnya terpental jauh hingga terbentur pinggiran tembok. Safa tergugu, ia memandang nanar tubuh sang adik yang tergeletak dengan darah di beberapa bagian tubuhnya. Ia shok, dan kemudian kegelapan merenggutnya.

“well, ini akan jadi lebih mudah. Satu jebakan yang gua pasang malah membuat gua mendapat dua mangsa sekaligus,” monolog seseorang yang memandang kejadian itu dari jauh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!