Fatamorgana

...Mereka layaknya sebuah pelangi,  indah jika dilihat dari kejauhan. Namun saat aku berusaha mendekati aku tetap tidak merasakan apapun.”...

... ...

...-Zelia Safa Tsuraya-...

 Prang

“SAFA!” Sebuah bentakan keluar dari mulut seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah mamanya, Maudy.

Safa yang mendengar bentakan menggelegar dari sang mama mulai bergetar ketakutan. Ia langsung berjongkok untuk mengumpulkan pecahan gelas yang tidak sengaja tersenggol olehnya. Semakin dekat bunyi derap langkah kaki,  semakin membuatnya ketakutan hingga tanpa sadar ia menggenggam pecahan gelas yang ada ditangan. Sesaat tangannya seperti mati rasa karna rasa takut yang mendominasi tubuhnya. Darahnya mulai keluar dari sela-sela sobekan beling mulai mewarnai tangannya.

“Arghh,” erangnya menahan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Bukan, bukan karena luka itu.  Melainkan karena rasa sakit yang diakibatkan oleh sebuah tangan yang menjambak kuat rambutnya,  hingga ia merasa rambutnya akan terpisah dengan Kepalanya.

Safa mencoba mendogak melihat pelaku yang tidak lain adalah mamanya, “le-lepas-in, Ma. Sa-kit,” Mohonnya lirih sembari menahan ringinsan dan bulir airmata yang mendesak untuk keluar.

Wanita paruh baya itu tampak menampilkan smirk andalannya yang membuat Safa menelan ludahnya secara kasar, firasatnya mendadak tidak enak. Ternyata benar dugaannya, setelahnya ia merasakan benturan yang teramat kuat di kepala bagian belakangnya,  hingga kesadarannya direnggut paksa oleh kegelapan.

Maudy lagi-lagi tersenyum melihat pemandangan di depannya. “well, aku tidak salah bukan?  Ia yang meminta aku untuk melepaskannya.” Ujarnya tersenyum miring melihat anaknya yang pingsan karena kepalanya terbentur ke pinggir meja makan,  atau lebih tepatnya sengaja ia benturkan.

Maudy menatap lamat-lamat wajah pucat dengan telapak tangan yang sudah berwarna merah itu, “kamu cantik. Tapi sayangnya kamu hadir sebagai malapetaka untukku,” Ujarnya kemudian pergi tanpa berniat untuk memanggil dokter untuk mengurus sang anak.

 

...****...

Bulu mata lentik itu mengerjap perlahan,  mencoba menyesuaikan cahaya yang mencoba masuk ke dalam pandangannya. Gadis itu meringis merasakan sakit di kepala bagian belakangnya. Ia berusaha bangun,  menatap sekitar, “ah, ternyata di kamarku,”gumamnya sembari mengedarkan pandangan ke segala sudut ruangan ukuran 2×3 m² ini. Terbilang kecil memang jika dibandingkan ruangan lain di rumahnya. Ya,  inilah kehidupannya yang sebenarnya.  Dulu ia berharap bisa menjalani hari yang lebih baik di rumah ini dibandingkan saat ia tinggal di panti dulu.  Tapi nyatanya ia merasa lebih baik di panti dan lebih mendapatkan kehangatan di sana meskipun tempatnya sederhana, daripada tinggal di rumah megah namun tidak mendapatkan tempat di hati orang-orang yang menghuni rumah ini. Bahkan ia terlihat seperti anak pembantu,  bukan seperti anggota keluarga di sana.

Jangan bayangkan Safa akan mendapatkan fasilitas yang mewah,  sekolah yang elit dan kehormatan lainnya. Safa tidak memiliki semua itu,  karena semua itu mutlak hanya milik adik perempuan satu-satunya yang bahkan dianggap semua orang sebagai anak semata wayang di keluarga itu. Safa mendapatkan fasilitas seperti apa yang didapatkan oleh pembantu,  dengan kamar yang kecil,  baju yang sederhana,  dan kerjaan yang selalu menunggunya setiap waktu. Dulu Safa juga tidak bersekolah di sekolah elit,  ia hanya sekolah di sekolah negri pada umumnya. Tentu bukan atas nama anak dari seorang Abbas Putra Sanjaya,  melainkan sebagai anak dari Bi Titin, pembantu keluarga Sanjaya. Namun beberapa bulan lalu,  Safa merasa keberuntungan mulai berpihak kepadanya saat sang Papa menyuruhnya untuk sekolah di sekolah yang sama dengan adiknya,  walaupun dengan embel-embel sebagai anak beasiswa.

Namun pemikiran Safa tentang keberuntungan itu tidak bertahan lama, karena setelahnya ia semakin banyak mendapatkan perundungan, lebih parah dari yang dialaminya di sekolahnya yang lama.

“Alhamdulillah,  non sudah bangun.” Celetuk seorang wanita patuh baya yang hampir berkepala lima itu menarik Safa dari lamunannya. Ia adalah Bi Titin, wali Safa baik di kartu keluarga maupun walinya selama pendidikan. Bi Titin masuk sambil membawa segelas minuman dan makanan yang diletakkan di sebuah nampan hitam,  tidak lupa dengan senyum bahagia yang terpatri di wajahnya.

Safa lantas membalas senyum itu, “udah bi. O iya bi,  siapa yang mindahin safa ke sini, bi?” Tanyanya sopan.

Bi Titin terlihat meletakkan nampan yang tadi ia bawa di atas nakas di samping tempat tidur gadis itu. Kemudian mendudukkan diri di pinggir ranjang Safa, tangannya terangkat untuk memperbaiki Anak rambut Safa yang sedikit berantakan, “bibi sama mang Jojo tadi yang bawa non kesini. Bibi liat dari awal kejadiannya non,  tapi maaf bibi nggak bisa bantuin Non tadi,” lirihnya dengan mata yang siap untuk menumpahkan butiran-butiran beningnya.

Safa tersenyum,  sudah ia duga mereka yang membawanya ke kamar. Ini bukan kejadian yang pertama kalinya,  dan ia juga sudah hafal bagaimana watak keluarganya. Ada sakit yang tidak bisa dipungkiri,  namun ia tidak bisa melakukan sesuatu selain memendam perasaannya. Ia kembali menghela nafas, berusaha untuk mengontrol perasaannya, “tidak apa bi. Safa malah mau bilang makasih banget bibi sama mang Jojo karena udah mindahin Safa kesini.” Ujarnya tulus.

Senyum yang diberikan gadis itu akhirnya meruntuhkan pertahanan bi Titin. Airmata yang sedari tadi ia tahan,  keluar begitu saja.  Mengalir deras bagai sungai di tempat yang curam. Ia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya berada diposisi Safa. Ia segera menghapus airmata yang lancang keluar tanpa seizinnya itu, “semoga suatu saat kebahagiaan menghampiri, non. Bibi keluar dulu ya.” Ucapnya terakhir kemudian keluar dari kamar itu tanpa menunggu jawaban dari Safa.

      Safa tersenyum hambar, “apa aku pantas, Tuhan?” ucapnya membatin.

 

 

Terpopuler

Comments

ndaaa

ndaaa

ya Allah lgsung mewek dipart 2

2023-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!