Westernwood, 221
Perjalanan panjang telah kulewati dengan berjalan kaki selama hampir satu pekan. Keadan jalan dan bentang alam di Westernwood membuatku tergiur mengumpulkan tumbuhan tumbuhan endemik disana. Selain itu, beberapa bibit tumbuhan dapat dijual dengan harga tinggi. Semua perlengkapan dan kebutuhanku untuk perjalanan kali ini sudah terpenuhi bahkan obat obatan dan uang. Walaupun memang ada unsur bantuan dari Ketua Agung. Namun, tetap saja itu sangat diperlukan karena dialah yang memberikan misi kali ini.
Puluhan hutan kulewati dan mungkin jutaan pohon kujumpai kini aku sampai di perbatasan Westernwood. Pada perbatasan ini terdapat kota singgah yang didiami oleh banyak pengelana, pedagang, dan para kurir. Orang - orang menyebutnya “Bates” sebuah daerah yang menjadi kota singgah antara Westernwood dengan Kota besar Astro. Daerah ini banyak dibangun toko pengepul, toko pandai besi, dan, pelayanan ekspedisi. Selain itu, banyak juga bar dan penginapan yang lumayan mewah karena banyak sekali orang singgah disini lebih dari tiga hari.
Aku yang baru memasuki kota segera menuju ke sebuah toko pengepul. Kemudian aku menjual beberapa bibit tanaman ataupun beberapa tumbuhan obat yang mempunyai nilai jual lumayan tinggi. Setelah berhasil menjualnya, aku mencari penginapan termurah. Beberapa bolak balik mengitari kota akhirnya aku menemukan sebuah penginapan yang paling murah. Tanpa pikir panjang akupun memasukinya dan langsung menuju resepsionis.
“Selamat Pagi! Ada yang bisa saya bantu Tuan!” sambut respsionis wanita berambut pendek sebahu.
“Ah iya saya ingin pesan satu kamar untuk tiga hari” jawabku santai.
“Berapa kasur yang anda inginkan?” tanyanya lagi kepadaku.
“Satu kasur saja” jawabku kembali. “Baiklah kalo begitu harganya adalah 4 koin emas dan 2 koin perak” sontak aku langsung mengelurkan dan menghitung uangku. Lalu aku berikan kepadanya.
“Silahkan anda ikut teman saya yang akan menunjukkan kamarnya” ujar resepsionis itu sambil menunjuk dengan sopan kepada seorang pelayan pria disebelahnya. Pelayan itu membawakan semua barang bawaanku dan berjalan melewati tangga penginapan. Penginapan ini bergaya sederhana dan nyaman. Hiasan ukiran kayu dan perabotannya pun sangat sederhana.
Lalu sampailah ke sebuah kamar di lantai tiga, yakni lantai paling tinggi di penginapan ini. Pelayan membuka pintu menggunakan kunci khusus yang telah diberi sihir pengikat sehingga orang lain tidak dapat membukanya selain penyewa kamar dan petugas. Kemudian pelayan itu mempersilahkan aku untuk masuk duluan. Aku melihat sekeliling kamar terdapat satu kasur, meja, lemari pakaian, kamar mandi, dan sebuah kursi. Setelah meletakkan semua barangku pelayan itu memberikan kunci kamar kepadaku.
“Jika anda butuh sesuatu, maka tinggal pencet tombol yang terdapat di kunci ini Tuan” ujarnya.
“Baiklah, terima kasih” jawabku kepadanya sampil memberikan sebuah tips berupa satu kantung kecil jahe.
“Terima kasih banyak Tuan saya sangat senang menerimanya. Saya kembali dulu” ujar pelayan itu yang bergegas keluar dari kamar.
Aku membereskan barang bawaanku kedalam lemari dan rak yang ada dimeja. Lalu aku mencoba membuka jendela yang sejak tadi tertutup. Ketika membuka korden masuk seberkas sinar matahari. Aku baru sadar bahwa kamar ini menghadap kearah timur. Oleh sebab itu, cahaya matahari di pagi hari begitu menusuk tajam masuk ke kamar saat jendela dibuka.
Kemudian aku mencoba melihat pemandangan Kota Bates dari sini. Walaupun hanya tiga lantai, namun cukup untuk melihat kemegahan Kota Besar Astro. Selain itu, terlihat siluet pegunungan naga disebelah Timur laut serta hiruk pikuk keramaian Kota Bates di pagi hari ini. Menurutku pemandangan ini cukup indah meskipun masih terngiang keindahan “Sarang” dan hutan di Westernwood. Karena cukup lelah akupun tertidur.
Setelah istirahat dengan cukup akupun bangun dari kasur. Lalu melihat jam di kaar yang menunjukkan jam dua belas siang yang artinya adalah waktu makan siang. Aku segera menuju ke restoran kecil yang ada di dalam penginapan. Kemudian aku bergegas menuju pelayan dan mengambil jatah makan siang secara gratis. Ketika hendak menuju ke meja tiba tiba seorang gadis menabrakku hingga makananku terjatuh.
Bruakk (Bunyi tumbukan tabrakan)
Klang… Klang… Klang… (Bunyi piring dari logam yang terjatuh dilantai)
Pyar… (Suara gelas yang pecah berantakan di lantai)
“Aduuh…” rintih gadis itu seraya memegang lututnya. Saat kulihat ternyata lututnya terkena serpihan gelas kaca hingga menyebabkan luka yang cukup dalam. Kemudian aku bergegas menenangkannya dan membopongnya menjauhi bekas serpihan gelas. Lalu pergi membasuh tangan dan menuju kamar untuk mengambil tas daruratku. Setelah sampai di gadis itu, aku mengeluarkan botol berisi air dan kemudian mengucurkannya di atas lukanya. Lalu aku meminta seorang pelayan untuk memberikanku sedikit alkohol murni. Untungnya penginapan itu memilikinya dan memberikanku sebanyak tutup botol. Kemudian aku mengeluarkan sebuah pinset dan mencelupkannya ke alkohol. Setelah kurasa cukup kegerakkan menuju serpihan kaca yang menancap dalam dilukanya.
“Aww… Ah… sakit sekali” rintihnya sambil menutup matanya.
“Tenang jangan bergerak, ini hanya sebentar saja tahan dirimu” ujarku agar menenangkannya dan tidak banyak gerak.
Akhirnya serpihan itu terambil kini aku mengambil sabut kapas dari buah kapas yang kutemukan di Westernwood. Lalu aku celupkan dalam alkohol dan mengusapkan secara perlahan ke lukanya. Terlihat wajah gadis itu kesakitan karena rasa perih reaksi luka yang terkena alkohol. Setelah kurasa cukup aku mengambil botol minyak rosemary didalam tasku. Lalu aku menyobek bajuku yang bersih dan kutetesi dengan minyak rosemary sembari memberikannnya ke luka itu. Terakhir aku memperban lutut anak itu dengan sobekan bajuku yang telah tertetesi dengan minyak rosemary.
“Nah sudah selesai” ujarku dengan hati yang puas.
Gadis itu mencoba berdiri dari lantai. Aku dengan segera menolongnya dan menutunnya duduk di kursi. Dia mencoba menenangkan drinya dengan menghela nafas dalam dalam.
“Hufft… Terima kasih atas bantuannya dan aku minta maaf karena kecerobohanku. Aku hanyalah seorang pengelana biasa jadi mintalah sesukamu akan kuturuti selama itu bukan tentang uang” katanya dengan perasaan menyesal dan malu.
“Ah tidak usah ini hanyalah hal yang memang harus dilakukan dalam pertolongan pertama dalam kecelakaan. Jadi aku memberikannya karena ini darurat dan kemanusiaan. Lagipula ini juga salahku yang berljalan tanpa melihat kedepan” ujarku sambil menggaruk garuk kepala.
“Kau baik sekali, aku tidak menyangka ada orang sebaik ini” katanya dengan senyuman yang manis.
“Ah iya ngomong - ngomong kenapa tadi kau terburu - buru?” Tanyaku.
“Sebenarnya tadi aku ingin segera bergabung dengan teman temanku karena mereka akan segera menyeberang ke Astro. Waktu itu aku keluar dari kamar mandi dan segera mengejar mereka yang telah menunggu di pos perbatasan. Namun, aku tidak melihatmu melintas dengan membawa makanan dan berakhir seperti ini” ujarnya dengan sedih sembari menunjukkan kakinya yang terluka dan tidak bisa berjalan untuk sementara.
“Oh seperti itu, kalo begitu akan kuantar kau kesana” ujarku menawarkan bantuan.
“Tapi aku baru saja menabrakmu dan kau menolongku. Aku tidak mau merepotkanmu lagi” ujarnya.
“Sudahlah aku tidak masalah. Sekarang yang terpenting adalah kau bergabung dengan temanmu” ujarku sambil meyakinkannnya.
“Apakah Itu boleh?” Tanyanya sambil tersipu malu yang kujawab dengan anggukan. Lalu diapun setuju untuk kuantar ke temannya. Dia mencoba berdiri, tetapi aku menawarkan punggungku untuk menggendongnya. Dia pun naik ke atas punggungku sambil wajahnya memerah yang membuatnya semakin imut dan manis. Lalu kamipun meninggalkan penginapan dan mencari teman teman gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments