Sarang dan Ketua Agung

Kukuruyuk … Kukuruyuk… Kukuruyuk… (Suara ayam di pagi hari)

Cahaya matahari yang menyilaukan mata masuk menembus mataku yang masih tertutup rapat. Tiba - tiba aku terbangun dan tersadar bahwa telah melewati malam tanpa memikirkan apapun. Aku yang kaget dan tidak menyangka akan ketiduran disini. Kemudian aku duduk sejenak dan melihat keadaan sekililing. Sepertinya tidak ada sesuatu yang terjadi. Lalu aku bergegas membereskan barangku dan memakai jubah dan segera keluar dari kamar.

Aku baru sadar bahwa ternyata aku di rumah ini sendirian. Kondisi rumah yang sunyi dan tidak ada tanda kehidupan apapun. Aku mencoba memanggil dan mencari kakek di seluruh sudut rumah. Kemudian saat aku hendak keluar rumah terdapat sepucuk kertas yang sudah ditempel di depan pintu. Setelah membacanya aku tahu bahwa Kakek sedang keluar dan akan kembali pada malam hari lagi. Selain itu, dia mempersilahkan aku melanjutkan perjalanan. Namun, sebelum itu, kakek memberikan saran agar keluar lewat jalan lain dan tidak melewati jalan kemarin serta beberapa kantung teh rosela.

Aku segera meninggalkan rumah kakek dan membawa hadiah pemberiannya. Sesampainya di pekarangan rumah kakek, kini nampak jelas pemandangan disekitar pekarangannya. Aku baru sadar ternyata tempat ini sangat luas sekali. Aku mulai yakin bahwa kakek bukanlah orang biasa. Lalu aku melewati jalan yang berlawanan dengan jalan yang kulewati kemarin. Setelah melewati pekarangan kakek, jalan setapak mulai terlihat di tutupi rumput. Namun, anehnya hutan ini terlihat terawat. Padahal ini adalah hutan liar yang tidak ada pemiliknya. Beberapa hal yang aneh adalah penataan pohon yang sangat simetris, tertatanya pengelompokkan jenis tanaman, dan terawatnya rumput disekitar sini.

Beberapa jam setelah melewati hutan dan kebun yang indah tadi, aku tiba disebuah dnding pagar tanaman yang sangat tinggi.  Aku berpikir ini adalah ujung dari jalan setapak ini karena tidak ada jalan lain selain harus melewati ini.

“Tidak ada cara lain selain menghancurkan dinding pagar ini”, gumamku. Saat hendak menghancurkannya tiba tiba diinding itu terbuka kebawah seperti ada yang menariknya dari bawah. Hal ini mencurigakan bagiku karena seperti telah direncanakan untuk menyambutku.

Ternyata firasatku benar, tidak lama kemudian munculah sekelompok prajurit mengenakan baju zirah dan rompi kerajaan. Aku telah siap memegang pedangku dan menariknya dari sarung. Namun, mereka malah membukakan jalan bagiku dan menyambutku layaknya seorang tamu kerajaan. Aku yang tidak ingin gegabah memutuskan untuk mengikuti alur penyambutan ini. Pedang yang tadi telah siap menghunus kini beristirahat kembali di sarungnya.

Aku berjalan di lorong yang dikelilingi oleh tumbuhan merambat sehingga tidak dapat melihat keadaan luar. Tempat yang sempit dan kalah jumlah membuatku urung untuk menyerang langsung. Selain itu, aku masih belum tahu maksud dari semua ini. Oleh karena itu, mengikuti alurnya merupakan pilihan terbaik untuk saat ini.

Sesampainya di ujung lorong terdapat sebuah gerbang besar yang dijaga oleh banyak prajurit. Hatiku mulai berdegup kencang karena kini aku sudah bisa menebak kemanakah mereka membawaku. Lalu gerbang dibuka dan disana telah tersedia pengawal yang terus mendampingiku masuk ke dalam. “Waah bagusnya, ternyata ini yang disebut dengan sarang”, kataku dengan takjub melihat yang ada di balik gerbang itu.

Di sana terdapat sebuah istana yang desainnya menyerupai pohon. Pada sekeliling rumah pohon itu terdapat berbagai macam bangunan mirip sarang lebah dan banyak lainnya. Selain itu, pada pekarangan sarang terdapat banyak tumbuhan dan taman dari segala jenis tumbuhan. Tempat ini terlihat tidak nyata dan seperti negeri para peri di dalam dongeng. Kemudian para pengawal tadi menuntunku untuk memasuki sarang. Mereka membawau masuk dan mempersilahkanku untuk masuk kedalam sebuah ruangan dengan gerbang berwarna perak. Para prajurit yang berjaga segera membukakan gerbang tersebut.

“Yang mulia mohon izin hampa untuk mengantarkan tamu agung anda”, lapor salah satu pengawal kepada seseorang yang duduk diatas kursi kayu yang berbentuk menyerupai singgasana. “Silahkan bawa masuk”, jawab orang itu. Lalu aku dituntun masuk ke subuah tempat yang sangat luas dan hanya terdapat satu kursi di ujung depan ruangan.  Pengawal itu menuntunku hingga sampai di tengah ruangan.

“Selamat datang di sarang Mr. Finneas Tsumanov, terimakasih atas bantuanmu kemarin. Mohon maaf aku tidak bisa memberi hadiah lebih dari teh rosela itu”, sungguh suara yang tak asing bagiku.

“Hamba sungguh merasa terhormat Yang mulia Ketua agung Zacky Mikhael”, jawabku kepada orang itu yang ternyata adalah Ketua Agung Westernwood alias kakek tua yang kutolong kemarin.

“Senang bertemu denganmu Mr. Fin, aku tidak meyangka kau yang akan mendatangiku sendiri”, ujarnya dengan penuh arti.

“Hamba juga senang Yang Mulia, tapi ada perlu apa sampai saya harus dipanggil kesini. Seperti yang anda tahu saya hanyalah seorang pengelana miskin.

“Ya aku tahu itu, tapi aku tahu kau bukanlah sekedar petualang. Oleh karena itu, aku akan meminta tolong kepadamu untuk kali ini jika kau berkenan”.

“Maafkan hamba jika lancang, tapi hamba tidak akan menjalankan misi apapun karena hamba hanyalah pengelana yang bebas”, jawabku dengan hati hati.

“Hmm… Baiklah kalau begitu, tapi aku sebenarnya ingin memberi tahu bahwa aku tahu orang yang menjadi dalang peristiwa tiga tahun lalu. Namun, sepertinya percuma karena sudah tidak penting lagi sepertinya”, katanya penuh dengan intimidasi. Seketika aku pun terkejut. “Bagaimana mungkin orang ini tahu kejadian itu, ataukah ini hanya gertakan saja”, gumamku dalam hati.

“Perlukah aku memanggil dengan nama aslimu Mr…”

“Cukup! Baiklah aku akan membantumu, tapi janji adalah hutang dan aku tidak akan memaafkan pengkhianatan”, jawabku sambil berapi api.

“Oh Aku anggap itu berarti iya. Sekarang aku punya misi untukmu, yaitu temukan pengkhianat kerajaan ini. Aku tidak ingin membuat asumsi liar dan menuduh pemimpin kastil lainnya. Namun, kurasa kau adalah orang yang tepat”, jelas Ketua Agung kepadaku.

“Apa alasannya kau memilihku?” sahutku yag tidak lagi sungkan karena ketegangan tadi. “Mereka berada dalam lingkungan Medis sihir sehingga kaulah orang yang cocok untuk hal ini”, tegas Ketua Agung yang membuatku aga terkejut dan terdiam.

“Aku tahu kau pasti terkejut, tapi investigasi awal memang sepeti itu”, jelasnya sekali lagi.

“Berarti apakah Aku harus ke sana Yang mulia”, tanyaku yang sudah tahu ke mana arah pembahasannya.

“Ya, disana telah ada tangan kananku yang juga orang dalam kastil. Pakai kalung ini agar ia tahu kaulah orang yang kusuruh”, sembari memberikan kalung bergambar clover berwarna perak.

“Baiklah akan kulaksanakan dan kutagih janjimu nanti”, tegasku kepada Ketua Agung itu. Lalu aku pun memnta izin pergi meninggalkan sarang dan dibantu pengawal menagntarku sampai perbatasan Westernwood. Tujuanku kini jelas, yaitu mengungkap peristiwa yang telah lalu.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!