Westernwood, 221
Aku sendiri lagi. Ya itulah yang seharusnya kuucap beberapa tahun yang lalu. Semua yang kupunya telah hilang satu persatu. Bahkan diriku sendiri telah hilang secara perlahan di dunia ini. Semua harapan dan tanggung jawab hancur seketika seperti ombak yang menyapu istana pasir dipantai. Secerca harapan baru terlihat cerah dimataku. Namun, sekilas dia sirna dilahap mendung yang kelam. Beginilah nasibku sekarang yang tidak punya teman dan tempat tinggal. Berkelana satu kota ke kota lainnya untuk mendapat sedikit uang untuk sekedar membeli kebutuhan pribadi.
Hari ini aku memasuki Kota Westernwood. Kota ini dikenal sebagai Kota paling hijau di seluruh Kerajaan. Bangunan di kota ini umumnya masih menggunakan kayu pohon. Bahkan beberapa dari mereka hidup diatas pohon atau di tengah hutan. Sebagian besar penduduk di kota ini berprofesi sebagai petani dan berkebun. Semua hasil panen di kerajaan bahkan hampr seluruhnya dipasok dari kota ini. Selain itu, Westernwood adalah tempat budidaya dan tumbuhnya tanaman tanaman herbal yang diperlukan medis hingga tumbuhan pangan. Hampir seluruh tanaman yang diperlukan bidang kesehatan kerajaan ada di sini. Oleh sebab itu, Westrenwood adalah surga bagi mereka yang kelaparan dan sakit, seperti para musafir dan pengungsi.
Westernwood merupakan satu satunya kota besar yang tidak memiliki kastil di kerajaan. Pemerintahan di kota ini dipimpin oleh Ketua Agung yang tinggal dalam benteng alam yang bernama The Nature Hive. Tempat itu sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan kastil megah di berbagai kota lainnya. Benteng alam ini malah cenderung menyerupai Rumah pohon besar yang mempunyai halaman sebesar hutan. Jadi seluruh halaman benteng ini adalah hutan dan kebun. Sedangkan Ketua Agung tinggal di pusat benteng yaitu di rumah pohon yang bernama “Sarang”.
Semua tentang Westernwood ini sungguh cocok dengan keadaanku sekarang. Tunawis ma sepertiku memang cocok untuk tinggal disini sembari mengumpulkan uang untuk memulai semuanya kembali. Ketika aku datang disini tempat pertama yang kukunjungi adalah pusat kesehatan, yakni klinik kesehatan kota. Seperti yang kuperkirakan, bahwa sangat sedikit sekali pasien yang mengantri disini. Hampir seluruh penduduk memiliki daya tahan tubuh yang kuat karena lingkungan yang masih asri dan belum banyak tercemar. Setelah mengantri selama lima menit, akhirnya aku dipangil juga.
“Silahkan duduk, Siapa nama anda dan sebutkan keluhan anda?” kata seorang perawat muda yang menanganiku.
“Nama saya Finneas Tsumanov, saya tidak ada keluhan, tapi hanya minta larutan vitamin C. Karena saya ini musafir dan butuh sekali suplai vitamin C agar daya tahan tubuh tetap terjaga”.
“Baiklah permohonan sudah kami terima silahkan cap sihir di sini dan sini”, pinta perawat tersebut kepadaku seraya menyodorkan kertas permohonan pasien. Kemudian aku menyodokan telunjukkku dan membuat cap sihir di tempat yang telah disebutkan.
“Terima kasih, silahkan tunggu sebentar di ruang sebelah”, ujar perwat itu sambil tersenyum ramah kepadaku. Lalu aku beranjak pergi menuju ruangan sebelah. Ruangan ini cukup sempit hanya cukup untuk dua kursi tunggu kayu yang berhadap hadapan. Untungnya sekarang sedang kosong sehingga masih longgar dan nyaman. Setelah menunggu sekitar satu menit seorang pelayan wanita membawa botol ramuan berjalan mendekatiku dan memberikannya kepadaku. Kemudian aku memberinya uang untuk membayar dan pergi keluar dari tempat itu.
Kali ini aku tengah mencari keberadaan tanaman herbal liar yang bebas diambil. Lalu aku mencari di hutan kota. Setelah berhasil mengitarinya ternyata aku tidak menemukannya malah disana terdapat bunga bunga yang indah dan pepohon yang berbuah lebat. Aku mengambil beberapa apel dan jeruk yang kutemui. Karena waktu sudah memasuki tengah hari, maka aku pun bertanya kepada seorang ibu yang sedang menyirami tanamn di depan rumah pohonnya.
“Permisi Bu, saya mohon izin bertanya alamat!” ujarku dengan santun.
“Oh Boleh nak mau tanya apa?” jawab ibu itu dengan penuh perhatian.
“Saya ini kan pengelana, saya datang kesini untuk mencari tanaman herbal yang katanya dapat dipetik secara gratis disini”, tanyaku.
“Hmm… sepertinya tempat yang kau maksud itu hutan selatan yang penuh dengan tanaman obat, kalo disana ambil apapun boleh asal sesuai kebutuhan saja”, tutur ibu itu kepadaku.
“Oh hutan selatan ya, Kalau begitu terima kasih! Saya permisi dulu”, pamitku sambil memberi salam kepada ibu itu. “Hati hati nak, disana banyak sekali komplotan bandit”, tukas ibu itu yang memperingatkanku. Aku membalasnya dengan senyuman dan mengangguk pelan sambil berjalan mennggalkan tempat itu.
Setelah beberapa lama menyusuri jalan setapak sampailah aku di hutan selatan. Wilayah ini terlihat berbeda dari semua wilayah yang sudah kulewati di Westernwood. Suasananya lebih hening dan mencekam serta tidak terlihat ada rumah penduduk atau bisa dikatakan tidak berpenghuni. Kemudian aku mulai menjelajah hutan dan menemukan beberapa tumbuhan herbal seperti, jahe, sirih, temulawak, dll. Lalu kumasukkan kedalam tas rajutku. Aku hanya mengambil beberapa saja agar tumbuhannya dapat berkembang biak lebih banyak serta dapat berbagi dengan ornag lain yang membutuhkannya. Usai dari tempat itu aku mencoba untuk menjelajah hutan ini lebih dalam lagi sembari mencari tumbuhan herbal langka yang bernama Pimpinella pruatjan. Tumbuhan ini dipercaya sebagai Viagra tradisional dan banyak dicari dan dijual degan harga tinggi. Oleh karena itu aku ingin mencarinya.
Selama berjalan menyusuri hutan tidak terasa pepohonan semakin rimbun. Bahkan rumput dan ilalang mulai terlihat lebih tinggi dari yang tadi. Beruntungnya masih ada irag yang meninggalkan jeajak jalan walupun tipis dan samar terlihat. Lalu dari kejauhan Aku terdengar seperti suara orang minta tolong. Aku segera menuju tempat itu. Kemudian aku melihat seorang pria tua yang sedang ditawan oleh sekelompok bandit.
Kelompok bandit itu seluruhnya membawa senjata tajam dan terlihat mengancam pria tua itu. Lalu pria tua itu mulai memberi perlawanan dengan sihir penyerangan. Namun, nahasnya masih bisa dihindari dan ditangkis oleh para bandit itu. Lalu terlihat alah seorang bandit mengayunkan pedangnya untuk menyerang.
Klang (bunyi pedang yang terjatuh)
“Hei siapa kau beraninya mencampuri urusan kami?” ancam bandit itu kepadaku.
“Kalian tidak perlu tahu aku, tapi kupastikan jika kalian tidak menyerah maka kalian tidak akan dikenali lagi”, ujarku penuh kepastian. “Dasar pengelana miskin, terima serangan ini” merekapun menyerangku bersamaan.
Pertarunganpun tidak terelakkan antara aku dan sekelompok bandit yang menyerang pria tua itu. Mereka menyerang dengan bersamaan, tapi masih bisa kutangkis dan hindari. Lalu aku meloncat menuju salah satu bandit dan meninjunya hingga dia terkapar. Bandit lain yang mengetahui itu semakin marah dan menyerangku secara brutal. Dia mengayunkan pedangnya dengan liar. Aku sedikit kesulitan Karena pergerakannya yang sulit dibaca. Namun, aku dengan sigap mentekelnya dan membuatnya tak berkutik. Untuk bandit yang lainnya mereka kulumpuhkan dengan sihir air penyerangan. Mengetahui beberapa temannya tumbang para bandit lainnya pun kabur dan membawa temannya yang terkapar. Aku menghampiri pria tua itu dan menolongnya berdiri.
“Terima kasih nak, berkat kau aku selamat. Siapa namamu?” Tanya pria tua itu kepadaku.
“Panggil saja Fin Kek”, sahutku.
“Bisakah aku meminta tolong untuk mengantarku pulang, Nak”, pinta kakek itu dengan wajah memohon.
“Bisa Kek” jawabku mantap. Kemudian aku antar kakek itu pulang ke rumahnya yang ternyata ada di pusat Kota Westernwood.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments