Maintown, 224
Malam yang sunyi dan tenang menyelimuti Kota Maintown. Keheningan malam dan sinar rembulan menjadi penenang malam ini. Cahaya bulan yang terpantul di jendela kastil menambah keindahan bangunan yang menjadi ikon kota itu. Penduduk kota mulai menjalani aktifitas malamnya. Beberapa bar dan kafe masih buka sampai larut. Taman kota mulai dipenuhi oleh sekelompok remaja yang datang saling perpasangan. Gerbang kastil kerajaan pun sudah ditutup dengan penjagaan ketat diluarnya.
Semua itu berbanding terbalik dengan suasana di kamp pengungsian penduduk miskin yang menderita sakit berat. Keadaan menjadi buruk karena suplai obat dan pasokan makanan serta air bersih yang mulai menipis. Mereka terisolir dari dunia luar dan hanya dijaga oleh beberapa sukarelawan. Para sukarelawan ini terdiri dari gabungan elemen masyarakat yang prihatin dengan peraturan para penguasa di Maintown. Beberapa aksi demonstrasi telah dilakukan, tetapi belum ada respon positif dari pihak yang bersangkutan.Akhirnya mereka membantu dengan kemampuan mereka dan persediaan yang terbatas.
“Nyoya Fritz, apakah saya boleh masuk untuk pemeriksaan”, kata seorang wanita muda yang sangat cantik dan anggun berpakaian jas tabib sihir.
“Silahkan masuk, saya sedang berbaring saja”, jawab wanita paruh baya didalam salah satu tenda pengungsian itu dengan lirih. Kemudian wanita muda itu pun masuk kedalam tenda.
“Permisi, Bagaimana kabarnya Nyonya Fritz apa ada keluhan lain?” tanyanya penuh kelembutan.
“Ya, Ms. Sasha saya kehabisan obat pereda nyeri. Lambung saya sudah sangat perih sekali dan obatnya pun hari ini adalah terakhir. Saya tidak tahu besok harus minum obat apa?” ujar Nyoya Fritz sambil menahan perih di lambung dan sedih sekaligus.
“Mohon maaf, kami belum mendapat pasokan tambahan lagi, Namn, kami usahakan besok pagi sudah datang. Lalu untuk mengatasi keluhan ibu sementara pakai botol ini. Saya sudah mengisinya dengan air panas, Air ini saya ambil dari sungai tadi meskipun airnya kurang sehat tapi ini bisa dipakai karena tidak diminum. Anda cukup menaruhnya di perut yang terasa perih dan sekitar ulu hati”, jawab wanita itu dengan sangat jelas. Ia pun memberikan botol itu kepada Nyonya Frotz dan menaruhnya diperutnya. Lalu Nyonya Firtz berterima kasih kepadanya dan melanjutkan istirahatnya.
Ms. Sasha keluar dari tenda dengan wajah yang cukup murung. Hal ini sangat wajar karena kurangnya pasokan dan tenanga yang mengurus kamp ini sehingga banyak sekali keluhan dari penduduk.Bahkan ada yang semakin paran hingga meninggal dunia di kamp ini. DIa berpikir keras dan berjalan kesan kemari seperti sedang bingung dan gelisah.
“Bagiamana ini? Ini bukanlah yang kuharapkan, namun kini sepertinya aku akan gagal”, gumamnya dari tadi.
Para relawan lainnya pun sama. Mereka tidak tahu harus meminta bantuan kemana dan kepada siapa lagi. Malam yang muram tengah menyelimuti kamp pengungsian. Mereka yng telah dibuang keluarganya karena penyakit yang mematikan atau menukar, serta para penderita penyakit langka. Semua total mecapai ratusan dan hanya diurus oleh belasan sukarelawan.
Para relawan ini diketuai oleh Ms. Sasha seorang bangsawan yang prihatin dengan kondisi penduduk yang menyedihkan.Ia merupakan salah satu lulusan terbaik akademi Magimed. Ia bersama para relawan yang kebanyakan terdiri dari juniornya dulu saat masih ada di akademi Magimed. Jadi semua relawan disini paham mengenai penanganan sihir dan medis. Mereka telah berusaha selama hamper setahun dan tidak pernah menyerah. Namun, kini keadaan mereka mulai sulit karena banyak relawan yang menyerah dan kendala pasokan makanan, obat, dan tenaga medis yang minim.
“Ketua…Ketua…”, tiba tiba datang salah seorang relawan yang berteriak memanggil Sasha dengan tergesa gesa. Kemudian dia berhenti di depan Sasha yang sedang duduk di atas batu. Nafasnya terlihat terengah engah serta sembari memegangi lututnya.
“Ada apa Matt?” Tanya Sasha yang sudah beranjak dari duduknya. “Orang itu… hah hah hah… orang itu hah hah hah… datang lagi”, jawabnya sambil terangah - engah.
“Orang itu, maksudmu pria bayangan itu”, Sasha bertanya balik.
“Ya, benar”, jawab Matt yang mulai mengatur nafasnya kembali. “Ia ada di depan gerbang sekarang”, lanjutnya. Lalu Sasha bergegas menuju gerbang.
Sesampainya di sana ia melihat seorang pria mengenakan pakaian serta hitam dengan menggunakan masker dan topi sihir hitam. Lalu dia menghampiri orang tersebut.
“Hai Pria banyangan, ada apa gerangan kau datang kesini”, tanyanya kepada pria itu. Kemudian pria itu menepukkan tangannya dan seketika dari latas turunlah beberapa karung yang jumlahnya lumayan banyak. Lalu pria itu memberikan isyarat kepada Sasha agar segera mengambilnya dan membagikannya kepada para penduduk. Sasha yang sudah faham dengan kode itu langsung menyuruh para relawan untuk membawa karung tersebut dan mengelompokkan sesuai kebutuhannya. Setelah itu dia meminta mereka untuk segera membagikannya.
Sementara itu, Pria bayangan sedang memeriksa seluruh penduduk yang dirawat disini. Dia melihat ada beberapa yang keadannya mulai memburuk. Kemudian dia memeriksanya dan memberikan suntikan dengan racikan yang telah diberikan sebelumnya. Dia tampak begitu sigap dan cekatan mengurus banyak orang sekaligus. Melihat itu semua membuat semnagat para relawan dan Sasha mulai bangkit lagi. Kini mulai ada senyum yang terpancar di wajah mereka begitupun juga Sasha. Wajahnya yang tadi murung kini tampak sumringah dan semangat terpancar dari parasnya yang cantik. Namun, tiba tiba ada suatu kejadian di sebuah tenda.
“Ketua bantu saya di sana ada yang kejang kejang”, laporan dari salah satu relawan. Sasha segera menuju kesana diikuti oleh pria bayangan. Sampai disana Pria itu segera mengeluarkan suntik dan merapalkan beberapa mantra sihir lalu disuntikkan ke pasien tersebut. Seketika ornag itupun diam dan tenang kembali. Semua yang melihat hal itu langsung berterima kasih kepada pria bayangan itu.
Lalu pria itu bergegas menuju tenda lainnya. Sasha masih memperhatikan kelihaian pria itu, sudah dua minggu berlalu pria itu tidak datang dan kini langsung membawa banyak pasokan makanan, medis, dan bahkan pakaian. Selain itu, dia bisa merawat dan menangani pasien. Para relawan perempuan banyak yang jatuh hati kepada pria itu.
“Hei ketua, bukankah pria itu sangat menarik. Apakah kau mengenalinya?” tanya salah seorang relawan wanita kepada Sasha yang sedang terbengong.
“Ah iya tentu saja, tapi sayangnya aku tak tahu siapa dia”, sahut Sasha.
“Yah padahal kalau ketua kenal kita mau minta tolong dikenalin”, sahut wanita itu.
Malam yang kelam kini berubah menjadi lebih ceria dan terang. Sasha sangat terbantu oleh pria itu. Namun, sayangnya dia tidak tahu alasannya membantu. Oleh karena itu, Sasha masih memantau gerak gerik dari pria banyangan itu terlebih lagi identitasnya sangat misterius. Walau begitu Sasha masih kagum dengannya serta memandangi pria itu dengan seksama. Sementara itu, Pria itu sebenarnya tengah waspada dan seperti sedang mencari sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments