Pos Perbatasan

Siang yang terik menyelimuti Kota Bates. Hiruk pikuk pengunjung semakin ramai. Banyak diantara mereka adalah para kolektor dan pedagang yang sedang bertransaksi. Sebagian lagi adalah para penjelajah yang sedang singgah dan menjual beberpa koleksi mereka. Selain itu, banyak sekali grup petualang yang mampir untuk beristirahat atau sedang menjalankan misi. Biasanya dalam satu grup akan terdiri dari empat sampai lima orang. Susunan grup petualang pun harus jelas karena mempengaruhi peran mereka saat perjalanan. Dalam satu grup petualang dapat terdiri dari, ksatria, porter, penyihir, fighter, hunter dan tabib. Adapun beberapa grup memiliki assassin serta kolektor.

Aku masih menggendong gadis ini menuju teman temannya. Jika diperhatikan dengan seksama ternyata dia lebih cantik dari yang kupikirkan. Rambut hitam legam dengan kuncir dibelakang, mata biru yang indah, dan tubuh yang ideal. Kecantikannya bahkan terpancar saat dia sedang kelelahan dan tersipu malu. JIka dilihat lagi dia berusia sekitar enam belas atau tujuh belas tahun. Usia yang cukup muda untuk seorang gadis mampu keluar wilayah kota yang dtinggalinya.

Kulihat dia sudah tidak sungkan lagi denganku. Aku berinisiatif membuka pembicaraan yang sedari tadi sangatlah tenang.

“Hei apakah kau masih sadar” tanyaku memastikan dia tidak pingsan kehabisan darah.

“Yah aku hanya lemas saja dan sepertinya kain perban ini sudah dipenuhi oleh darahku” ujarnya sambil melihat ke arah kakinya.

“Eh kalo boleh tahu apa yang membuat kalian datang kesini” selidikku lagi.

“Kami ini adalah grup petualang yang sedang menjalankan misi untuk mencari tumbuhan legendaris dari pegunungan naga” ungkapnya dengan jelas.

“Apa? Jadi kau seorang petualang ya. Pantas saja bisa sampai kesini” ujarku lagi.

“Benar, lalu sekarang aku dan teman temanku harus menyeberang ke Kota Besar Astro untuk mencari informasi tentang tumbuhan langka itu sekaligus mencari disini. Namun, ternyata tidak ada juga. Hal ini yang membuat kami harus mencari tahu di Astro” jelasnya panjang lebar. Aku pun hanya mendengar ocehannya dan penjelasan gadis itu. Kini dia tampak lebih bersemangat daripada saat kejadian yang lalu.

“Hei namaku Lucy, namamu siapa?” Tanya gadis itu sambil berbisik di telingaku.

“Namaku Fin, salam kenal Lucy” jawabku sambil fokus melihat kea rah jalanan yang ramai dilewati orang.

“Hei Fin, terima kasih atas bantuanmu senang bertemu denganmu” katanya sambil tersenyum manis.

“Ya aku juga Lucy” balasku singkat.

Setelah melewati banyak kerumunan orang yang memadati kota ini akhirnya kami sampai di pos perbatasan. Disana terlihat banyak sekali orang yang ingin melintasi perbatasan sehingga kami harus mencari teman temannya Lucy. Pencarian ini membuat kami lelah sehingga Lucy minta untuk diturunkan agar dapat melemaskan tubuh. Aku menawarkannya sebotol air kepadanya dan diterimanya dengan senyum tipis diwajahnya. Dia menenggak air dengan sangat cepat seperti orang yang sangat haus.

“Hahh akhirnya tenggorokanku basah lagi, terima kasih Kak Fin” jawabnya dan membuatku sedikit terkejut. “Kenapa tiba tiba memanggilku dengan Kak. Kau cukup panggil Fin saja” ujarku sambil agak tersipu malu.

“Habis sudah terlihat jelas, kan! Kakak lebih dewasa dan tua dariku. Jadi mulai sekarang aku akan memanggilmu Kak Fin. Kalo kau tidak mau akan kupanggil Paman Fin. Bagaimana?” jawabnya dengan ekspresi sedang mengejek.

“J jangan panggil saja Kak Fin. Aku ini masih muda bukan om - om” kataku yang terpaksa mengiyakannya dan dibalas dengan wajah tengil imutnya itu.

Kami beristirahat sejenak sambil melihat orang orang dikerumunan antrian. Lucy belum melihat tanda tanda kehadiran temannya yang lain. Jika mereka telah berhasil menyeberang ke Astro, maka aku harus mengantarkannya kesana. Kami sudah berdiskusi dan akan segera mengantri menuju Astro. Namun, saat hendak mengantri tiba tiba tiga orang yang tengah berlari ke arah kami sambil memanggil nama Lucy.

“Lucy! Lucy… Lucy…” teriak mereka. Aku yang sekilas mendengar langsung berbalik arah dan menggandeng Lucy agar tidak lepas dari jangkauanku. Lucy yang menyadarinya juga segera berbalik dan segera menghampiri mereka dengan langkah yang pincang.

“Lucy….!” Panggil temannya

“Teman teman!” jawab Lucy sambil melambaikan tangannya kedepan.

“Lucy…!” panggil temannya lagi yang kini telah dekat dan hendak memeluk Lucy.

“Teman teman!” sahut Lucy lagi. Lalu merekapun bertemu dan sungguh pertemuan yang mengharukan diantara mereka membuatku tersentuk. Namun, ternyata tidak seperti yang dibanyangkan.

Pletak! (Bunyi akibat pukulan di area kepala)

“Aduhhh!!!” ucap Lucy seketika ketika temannya memukulnya. Terlihat teman yang lain juga menunjukkan wajah hendak memarahinya. Lucy yang tadi senang bertemu dengan temannya kini merasa seperti diintimidasi.

“Lucy, kemana saja kau kok lama sekali” kata temannya yang berbadan besar.

“Bukankah kau tadi ingin pergi ke toilet, tapi kenapa lama sekali” sahut temannya yang lain.

“Sekarang bahkan kau bersama om om ini. Apa kau telah berbuat sesuatu yang merepotkan lagi” tatap seorang gadis yang lebih tinggi dari Lucy serta pesona kedewasaan yang lebih darinya. Lucy terlihat kewalahan dan semakin terdesak mendengar cercaan pertanyaan temannya. Kemudian aku mendekati mereka dan menjelaskan semuanya. Setelah mendengarkan penjelasanku emosi merekapun reda dan rasa lega mulai terpancar.

“Haaah (Suara menghempuskan nafas) Jadi seperti itu ya! Kalo begitu kami minta maaf Lucy karena memarahimu. Kami tidak tahu jika kau sedang kesulitan. Lain kali kami akan menunggumu dan kita akan tetap bersama” ujar pria bertubuh besar.

“Aku juga minta maaf teman teman karena selalu merepotkan semuanya” ujar Lucy yang kemudian disambut oleh pelukan hangat dari teman temannya.

“Ehem, bukannya ingin mengusik pertemuan yang mengharukan ini, tapi ini sudah saatnya aku mohon pamit” ujarku agar menarik perhatian mereka semua.

“Oh iya kami hampir lupa, kami berterima kasih atas semua bantuanmu Tuan, maaf atas semua yang telah terjadi dna tanpa bantuan anda pasti kami sudah panik karena terpisah dan keadaan Lucy yang pincang ini” ujar pria bertubuh besar yang sepertinya adalah ketua grup ini. Lalu Lucy pergi kearahku dan menggenggam kedua tanganku.

“Kak Fin terima kasih ya, Aku sangat senang bisa bertemu denganmu. Sayangnya kita harus berpisah dulu disini. Semoga suatu saat nanti kita bertemu lagi” ucapnya dan memberiku kode untuk mendekatkan kepalaku. Terlihat seolah dia ingin membisikkan sesuatu kepadaku.

Cup… (Bunyi kecupan di pipi) Hal ini membuat wajahku memerah dan hatiku berdegup kencang.

“Terima kasih dan sampai jumpa” bisiknya pelan di telingaku dan terasa sangat lembut. Dia kemudian melambaikan tangan kearahkku dengan senyuman manisnya lalu pergi bersama teman temannya.

Aku masih berdiri mematung disana seolah tidak percaya akan mendapat kecupan dari seorang gadis yang baru saja kukenal. Setelah beberapa lama mematung akupun beranjak kembali ke penginapan. Selama perjalanan masih terbayang senyuman gadis itu yang membuat hatiku berdetak lebih kencang. Namun, aku harus segera melupakannya dan fokus ke misi.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!