Malam hari
"Ndo, jika memang nanti, Pak Faisal menanyakan jawaban. Ibu serahkan keputusan itu padamu. Kamu yang akan menjalankan, Nak," ucap Bu Anjani sambil mengelus lembut rambut putrinya yang terurai. Sebagai seorang Ibu. Beliau hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putrinya.
"Apa, Ibu tidak akan marah. Andai Nafisa menolak pinangan Pak Faisal?" tanya Nafisa.
"Tidak. Apapun keputusan mu Ibu akan mendukung mu. Ibu nggak mau kamu menikah terpaksa karena Ibu. Nak, menjalani rumah tangga itu butuh perjuangan, jadi jangan kamu mulai semuanya dengan keterpaksaan, tapi jalanilah dengan tulus ikhlas." Ibu Anjani memberikan sedikit wejangan pada putrinya. Anak semata wayang. Baginya Nafisa bukanlah sekedar buah hati, tapi Nafisa juga teman dan penyemangatnya, karena kini hanya Nafisa yang beliau punya.
"Iya, Bu."
*
*
*
Di tempat lain
Papi Faisal dan Mami Elina telah bersiap untuk berangkat ke rumah Bu Anjani dengan membawa beberapa bingkisan serta tak lupa cincin yang akan di gunakan sebagai pengikat antara Nafisa dan putranya.
Papi Faisal dan Mami Elina pergi tanpa Ghazy, karena Ghazy tak kunjung pulang.
"Apa tidak masalah jika putra kita tidak ikut?" tanya Mami Elina.
Mami Elina merasa heran dengan suaminya. Berniat ingin meminang perempuan, tapi calon laki-laki nya tidak ikut.
"Tak apa, Mi," jawab Papi Faisal. Memang agak lain ya Papi Faisal ini.
"Ayo!" Papi Faisal menyuruh istrinya masuk kedalam mobil.
Mami Elina mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil duduk di kursi belakang bersama suaminya.
Tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di kediaman Bu Anjani, ya meskipun sempat berliku-liku karena mengikuti mbah google.
"Pi, ini nggak salah?" tanya Mami Elina saat mobil terparkir di depan bangunan sederhana.
"Bener kok, Mi. Titiknya sesuai kok nih lihat." Papi Faisal memperlihatkan layar ponselnya.
"Ayo, Mi turun!" Papi Faisal menyuruh istrinya agar segera keluar dari mobil.
"Iya-iya, Pi." Mami Elina bergegas keluar dari mobil.
Setelah Papi Faisal dan Mami Elina keluar dari mobil. Mereka berdua melangkah menuju pintu.
"Assalamualaikum," ucap Papi Faisal di depan pintu rumah Bu Anjani.
"Wa'alaikumussalam," balas Bu Anjani dari dalam sambil membukakan pintu. Setelah pintu terbuka Bu Anjani menyalami Papi Faisal dan Mami Elina, kemudian mempersilakan tamunya masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
"Maaf, Tuan, Nyonya, beginilah keadaan saya," ucap Bu Anjani.
"Tidak apa, Bu," balas Papi Faisal.
Mami Elina menatap setiap sudut ruangan.
'Dari depan memang terlihat sangat lusuh, tapi ternyata dalamnya rapi banget,' batin Mami Elina.
"Permisi, Bu, Pak." Nafisa datang membawa nampan berisi minuman dan beberapa cemilan.
"Silakan, Tuan, Nyonya! Maaf hanya ini yang bisa saya jamukan." Bu Anjani mempersilakan tamunya untuk menikmati minuman yang Nafisa bawakan.
"Enggak apa-apa, Bu," balas Mami Elina.
"Perkenalkan, Tuan, Nyonya. Ini anak saya namanya Nafisa." Bu Anjani memperkenalkan Putri semata wayangnya.
Nafisa menyalami Papi Faisal dan Mami Elina, kemudian ia duduk bergabung bersama.
"Cantik," ucap Mami Elina.
"sepertinya saya sudah pernah melihat mu, Nak, tapi dimana ya?" Papi Faisal mengingat-ingat dimana dia bertemu Nafisa.
"Di rumah Indra, Pi," jawab Mami Elina.
"Bukan, Mi. Ya sudahlah lupakan saja," ucap Papi Faisal.
"Nak Nafisa pasti sudah tahu tentang kedatangan saya kesini. Saya tidak ingin basa-basi lagi di sini saya ingin mendengar jawaban Nak Nafisa. Apakah, Nak Nafisa bersedia untuk menikah dengan putra saya?" Papi Faisal langsung to the poin tanpa basa-basi lagi, tanpa mengulang kembali pembicaraan kemarin.
"Kenapa, Tuan memilih saya?" Nafisa balik bertanya.
"Saya juga nggak tahu, tapi dalam hati. Saya yakin jika, Nak Nafisa bisa membantu saya dalam membimbing Putra saya," jawab Papi Faisal.
"Maksudnya?"
"Jadi begini, Nak. Putra saya itu suka sekali nongkrong hingga pulang larut malam sudah berkali-kali saya menasehatinya, tapi tidak pernah di dengar. Makanya saya berniat menikahkannya mungkin dengan berumah tangga dia bisa berubah," jelas Papi Faisal.
"Tolong kami, Nafisa. Saya yakin kamu pasti bisa membawa putra kami dalam kebaikan," ucap Mami Elina.
Nafisa terdiam. Dia bingung harus bicara apa. Menolak tidak tega saat melihat kedua orang paruh baya berbicara dengan penuh harap pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Aira Azzahra Humaira
up
2024-09-24
0
Wida Listiani
lanjut
2023-10-26
1