"Naf, makan siang bareng yuk!" ajak Adel karena jam istirahat sudah tiba.
Nafisa mengangguk kemudian mereka makan siang bersama di kantin kantor.
"Gimana tadi membersihkan ruangan pak Bos?" tanya Adel yang penasaran karena selama dia kerja sama sekali belum pernah masuk ruangan Pak Bos.
"Ya gitu deh," jawab Nafisa.
"Nafisa," panggil Gilang saat tiba di kantin.
"Pak Gilang," balas Nafisa.
"Boleh gabung nggak, Naf semua meja penuh," ucap Gilang.
"Boleh, Pak." Bukan Nafisa yang menjawab melainkan Adel.
"Terima kasih." Setelah mendapat persetujuan Gilang duduk samping Nafisa.
"Oh, iya, Naf ngomong-ngomong alumni, kamu nggak pernah buat acara reuni?" tanya Gilang.
"Kalau jadi sih bulan depan katanya mau ada reuni, Pak," jawab Nafisa.
"Angkatan Pak Gilang tahun lalu buat acara di restoran FZ ya?" tanya Adel.
"Iya, Del. Kok kamu tahu, Del?" Gilang balik bertanya.
"Kan sepupu Adel seangkatan dengan Pak Gilang," jawab Adel.
"Oh, pantas."
"Pak Gilang kok sendirian, Pak Ghazy nya mana?" tanya Adel.
"Dia ada di ruangannya lagi makan siang dengan bebeb tercinta," jawab Gilang.
"Oh. Kalau, Pak Gilang sudah punya pacar belum?" tanya Adel.
Mendengar pertanyaan Adel membuat Gilang tersedak saat makan.
"Pak Gilang nggak apa-apa?" tanya Nafisa sambil memberikan segelas minum.
"Makasih, Naf." Gilang mengambil minum yang di berikan Nafisa.
"Maaf, Pak," ucap Adel.
"Enggak apa," balas Gilang. Kemudian mereka melanjutkan makannya hingga habis tak bersisa.
"Nafisa, Adel, Saya duluan ya," ucap Gilang pamit pada kedua adek kelasnya.
"Iya, Pak," balas Adel dan Nafisa bersama.
"Gue bayar dulu ya, Del," ucap Nafisa.
"Iya, Naf," balas Adel.
Nafisa berjalan menuju kasir membayar makanannya dan Adel.
"Bu, Nafis sudah," ujar Nafisa.
"Iya, Mba Nafis," balas Bu Kantin.
"Jadi berapa, Bu?" tanya Nafisa.
"Sudah di bayar, Mba," jawab Bu Kantin.
"Siapa yang bayar, Bu? Nafis baru kesini."
"Pak Gilang yang bayarin, Mba," jawab Bu Kantin.
"Oh, baiklah kalau begitu, makasih ya, Bu," ujar Nafisa.
"Iya, Mba Nafis," balas Bu Kantin.
Nafisa kembali ke mejanya menghampiri Adel.
"Sudah, Naf?" tanya Adel saat melihat Nafisa kembali.
Nafis hanya membalas dengan anggukan kepala.
"Nih, uang kamu tadi makanannya sudah di bayar Pak Gilang." Nafisa memberikan selembar uang berwarna biru pada Adel.
"Alhamdulillah, rezeki. Uang gue jadi utuh hari ini." Adel mencium uangnya yang tak berubah warna.
"Dasar, lu."
Jam istirahat selesai Nafisa dan Adel mulai melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda karena jam istirahat.
***
Di tempat lain
"Lu, tadi makan dimana, Lang?" tanya Ghazy saat Gilang masuk ke dalam ruangannya.
"Di kantin bareng Nafisa," jawab Gilang. Meskipun dia orang atasan, tapi Gilang tak pernah malu untuk makan di kantin bersama para karyawan lainnya, justru dia senang bisa membaur bersama yang lain karena pada hakikatnya semua manusia itu sama di mata Allah.
"Lu, naksir sama tuh cewek?" selidik Ghazy, tapi tatapannya fokus pada layar laptop di depannya.
"Enggak juga sih, tapi gue tuh salut banget sama dia, Gha," jawab Gilang.
"Salut kok sama OB aneh, Lu," ujar Ghazy.
"Dia memang OB, tapi jangan salah dia itu anaknya jenius. Dulu saat sekolah dia itu juara kelas, setiap ada perlombaan sekolah dia ikut dan sering juara membawa nama baik sekolah, hanya saja nasibnya yang tak seberuntung orang-orang. Karena dengan keadaan keluarga yang serba pas-pasan membuat Nafisa harus menghentikan pendidikannya sampai SMA saja. Dia itu saat masih duduk di bangku sekolah suka membantu orangtuanya berjualan nasi goreng di trotoar yang tak jauh dari alun-alun kota." Gilang menceritakan tentang Nafisa.
"Hebat juga ternyata tuh, OB. Apa sekarang dia sudah tak jualan lagi?" tanya Ghazy.
"Tidak, semenjak Ayahnya meninggal karena kecelakaan ibu Nafisa memilih bekerja di rumah orang sebagai asisten rumah tangga," jawab Gilang.
"Kasihan sekali."
"Iya, tega sekali itu yang nabrak karena pergi begitu saja tanpa melihat keadaan si korban," ucap Gilang.
"Apa dia korban tabrak lari?" tanya Ghazy.
"Kata Nafis sih, orang tersebut tanggung jawab mengantarkan ayah Nafis ke rumah sakit, tapi si penabrak hanya memberikan kartu ATM kemudian pergi begitu saja tanpa melihat kembali keadaan korban," jelas Gilang.
Deg
Mendengar penuturan Gilang. Jantung Ghazy langsung berdetak cepat, dia teringat kejadian beberapa tahun yang lalu. 'Itu nggak mungkin,' batin Ghazy.
"Lu, kenapa, Zy muka lu kok pucet gitu?" tanya Gilang yang bingung dengan perubahan wajah Ghazy yang tiba-tiba pucet.
"Enggak apa mungkin gue kecapean," jawab Ghazy.
"Lu sih kalau malam pacaran terus," ujar Gilang.
"Lu juga sama," balas Ghazy.
"Dah, sana lu kembali ke ruangan." Ghazy mengusir Gilang agar pergi dari ruangannya..
"Iya-iya, orang aneh banget sih," keluh Gilang. kemudian bergegas keluar dari ruangan Ghazy sebelum mendapatkan serangan pulpen melayang.
'Kira-kira tadi Ghazy kenapa ya.' Gilang berfikir sambil berjalan menuju ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments