Jam pulang kerja tiba. Semua para karyawan berhamburan keluar dari kantor. Gilang dan Ghazy pun sama mereka berdua pulang menggunakan mobil Gilang. Akan tetapi tiba-tiba Gilang menghentikan laju mobilnya kemudian membuka jendela mobil.
"Loh, Naf kok kamu masih disini belum pulang?" tanya Gilang saat melihat Azmia berdiri sendirian di halte bus depan kantor.
"Iya, Pak. Saya sedang nunggu angkot," jawab Nafisa.
"Memangnya Adelia kemana?" tanya Gilang.
"Adel lembur, Pak," jawab Nafisa.
"Ayo, naik bareng saya." Gilang menawarkan tumpangan pada Nafisa.
"Tidak perlu, Pak. Saya bisa naik angkot." Nafisa menolak ajakan Gilang. Dia merasa tak enak hati jika harus pulang bersama atasannya apalagi jika ada netizen julid yang melihat Nafis khawatir jadi bahan gosip.
"Disini susah cari angkot Nafisa. Cepat! masuk tidak ada penolakan." Gilang berkata dengan tegas kemudian membuka pintu mobil agar Nafisa masuk.
Memang betul sih yang di ucapkan Gilang. Jarang sekali angkot lewat di depan perusahaan. Ada sih, tapi hanya beberapa kali saja. Karena kebanyakan para karyawan membawa kendaraan masing-masing atau di jemput.
Karena tak ada pilihan lagi. Nafisa menerima tawaran Gilang yang mengajaknya pulang bareng.
Nafisa masuk ke dalam mobil, tapi di sedikit terkejut saat melihat ada seseorang di belakang ternyata ada bosnya. Nafis pikir Gilang seorang diri di dalam mobil. Nafis pun menyapanya dengan ramah. "Selamat sore, Pak," sapa Nafisa.
"Sore juga," balas Ghazy tanpa menatap ke arah Nafisa.
Setelah Nafisa masuk Gilang melanjutkan perjalanan menuju rumah Nafisa terlebih dahulu.
"Gimana kabar ibu kamu, Naf?" tanya Gilang membuka obrolan.
"Alhamdulillah, baik," jawab Nafisa.
"Ibu masih bekerja, Naf?"
"Alhamdulillah masih, Pak. Karena kata Ibu kalau berdiam diri di rumah keingat ayah," jawab Nafisa.
"Pak, Nafis turun di depan toko ALT saja," ucap Nafisa.
"Lho, kenapa, Naf?" tanya Gilang yang heran karena jarak antara toko ALT itu masih sangat jauh dari rumah Nafisa.
"Nafisa ingin membeli buku dulu, Pak," jawab Nafisa.
"Oh, mau di temenin nggak?" tanya Gilang dengan tertawa kecil.
"Ehem." Suara dehemen dari kursi belakang.
"Tidak perlu, Pak," balas Nafisa. Dia jadi ngeri-ngeri sedap saat mendengar deheman Ghazy yang seperti memberikan isyarat. Padahal dia juga nggak mungkin mau pergi bersama Gilang.
"Lu keselek, Gha?" tanya Gilang mendengar Ghazy berdehem.
"Nggak," jawab Ghazy singkat, padat, jelas.
Tak terasa kini mereka tiba di depan ruko berlantai dua. Gilang menghentikan mobilnya tepat depan ruko tersebut.
"Terima kasih ya, Pak," ucap Nafisa sebelum keluar dari mobil. Dia tak lupa mengucapkan rasa terima kasih setelah mendapatkan tumpangan saru Gilang.
"Sama-sama, Naf," balas Gilang.
Setelah itu Nafisa keluar dari mobil Gilang.
Kemudian melangkah masuk ke toko buku. Sedangkan Gilang melanjutkan perjalanan mengantarkan Ghazy.
"Lu, mau pulang ke rumah atau gimana?" tanya Gilang.
"Ke apartemen aja," jawab Ghazy.
Malas ranya jika harus pulang ke rumah pasti Maminya paduan suara terus. Lebih baik pulng ke apartemen tempat ternyaman Ghazy karena di apartemen Ghazy hanya sendiri.
"Memangnya tuh OB nggak punya kendaraan sendiri?" tanya Ghazy.
"Tidak, jangankan kendaraan rumahnya saja di jual untuk biaya pengobatan Ayahnya saat di rumah sakit," jelas Gilang.
"Bukannya, Lu bilang si penabrak tanggung jawab?"
"Iya, tapi dia hanya ngasih ATM tanpa memberi tahu PINnya, jadi Ibu Nafis terpaksa menjual rumah, lalu uang sisa untuk pengobatan mereka belikan rumah lagi yang lebih kecil dari pada dulu." Gilang menceritakan sedikit tentang kehidupan Nafisa.
(Gilang -- Kakak kelas Nafisa saat SMA jadi dia tahulah sedikit informasi mengenai Nafisa)
"Sedekat itu lu sama tuh OB?"
"Enggak juga, tapi karena kita pernah satu sekolah jadi pasti dengarlah cerita-cerita dari anak-anak alumni," jawab Gilang. Sekarang itu jaman sudah canggih ada kabar dikit juga cepat sekali menyebarnya.
"Oh." Hanya itu yang keluar dari mulut Ghazy.
Tak terasa kini mobil Gilang sudah tiba di depan gerbang apartemen.
"Lu, mau mampir dulu nggak?" tanya Ghazy.
"Enggak, gue mau langsung pulang saja," jawab Gilang.
"Jangan lupa nanti malam di tempat biasa." Ghazy mengingatkan pada Gilang.
"Iya," balas Gilang.
Setelah Ghazy turun Gilang melajukan mobilnya melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
*
*
*
Di kamar no 115
'Apa itu dia? Ah ... tapi nggak mungkin dia. Gue harus nyari tahu nih yang sebenarnya. Jika itu beneran dia, apa yang harus gue lakuin. Andai saja saat itu Mama dan Papa nggak nyuruh aku pergi keluar negeri pasti aku bisa mengetahui semuanya.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Aira Azzahra Humaira
ah dasar ngasih ATM doang gak ngasih sandinya sama juga bo'ong gak bisa di pakek
2024-09-23
0
sur yati
ya ialah dia Lo bego pa tolol ngasih ATM GK ngasih pin ma ja dam dam Lo GK punya perasaan Lo jahatnya
2024-04-23
0
o2m860270
ayo ghazy cari tau tentang nafisa..biar km bisa tangung jawab..
2023-10-06
1