Seperti biasa Nafisa mengawali harinya dengan bekerja membersihkan kantor bersama para sahabat OB nya.
"Naf, kapan kamu main ke rumah aku?" tanya temannya.
"Nanti kalau ada waktu ya, minggu-minggu ini aku banyak kerjaan di rumah," jawab Nafisa.
"Ok, deh aku tunggu ya," ucap temannya.
"Insya'Allah," balas Nafisa.
Mereka berdua bekerja sambil mengobrol supaya tidak terasa lelahnya.
"Selamat pagi," sapa Gilang saat masuk kantor.
"Selamat pagi juga, Pak Gilang," balas para karyawan.
Hanya Gilang yang menyapa para karyawannya sedangkan Ghazy hanya tersenyum kecil.
Ghazy dan Gilang berjalan masuk dalam ruangan.
"Lu, ngapa, Zy dari tadi nggak semangat gitu?" tanya Gilang.
"Mami ngancem gue nikah. Ini kan sudah bukan jaman Siti Nurbaya masih aja di jodoh-jodohkan," jawab Ghazy.
"Kalau lu di jodohin lalu Azkia gimana?" tanya Gilang.
"Nah itu yang lagi gue pikirin," jawab Ghazy.
"Enggak ada angin, nggak ada ujan kenapa tiba-tiba Mami pengen jodohin, Lu?" Gilang penasaran.
"Gara-gara gue pulang larut malam tiap hari. Mami kasih gue waktu selama satu minggu jika dalam satu minggu gue masih pulang malam terpaksa gue harus ikutin ke inginan Mami dan Papi." Ghazy menceritakan alasan Maminya ingin menikahkannya.
"Ya udah, Lu diam-diam aja di rumah selama satu minggu, mencoba menjadi anak baik," ujar Gilang.
"Mana bisa begitu, lu kan tahu Azkia tiap hari minta ketemuan," balas Ghazy.
"Sabar kawan ini adalah cobaan," ucap Gilang sambil menepuk bahu Ghazy.
"Au, ah." Ghazy menyingkirkan tangan Gilang dari bahunya.
"Kenapa, Lu nggak coba aja ajak Kia lagi menemui Mami dan Papi." Gilang memberikan saran.
"Gue takut Mami mengusirnya," balas Ghazy.
"Mami, Lu nggak sekejam itu kali. Enggak ada salahnya kan di coba dulu," ujar Gilang.
"Baiklah, nanti gue bicarakan dulu dengan Azkia," balas Ghazy.
"Oh, iya gue baru enggeh muka, Lu kenapa tuh?" tanya Gilang saat mengamati wajah Ghazy memar.
"Oh, ini hanya luka kecil saja," jawab Ghazy.
"Lu, perang?" Gilang mengintrogasi Ghazy.
"Iya dikit," jawab Ghazy.
"Ngapain?"
"Enggak apa." Ghazy nggak mau menceritakan ke Gilang tentang kejadian semalam.
'Apa dia malu ya kalau berkata jujur, jika wajahnya memar karena bantuin aku semalam,' batin Nafisa. Dia yang sedang membersihkan lantai depan ruangan Ghazy tanpa sengaja mendengarkan obrolan Ghazy dan Gilang.
"Naf, kalau sudah selesai ngepel tolong buatkan kopi untuk Pak Ghazy dan Pak Gilang ya," ucap sekretaris Ghazy.
"Baik, Mba," balas Nafisa.
Selesai mengepel Nafisa menuju pantry membuatkan kopi untuk Ghazy dan Gilang, serta teh hangat untuk sekretaris Ghazy.
"Naf, kamu sudah selesai ngepel lantai atas?" tanya Dona -- salah satu OB.
"Sudah, Don. Memangnya kenapa?" Nafisa balik bertanya.
"Enggak apa," jawab Dona.
"Itu kopi untuk siapa?"
"Buat Pak Ghazy dan Pak Gilang," jawab Nafisa.
"Oh."
"Aku ke ruangan Pak Ghazy dulu ya," ucap Nafisa pamit pada Dona.
"Iya, Naf," balas Dona.
Setelah pesanan siap Nafisa segera mengantarkannya ke ruangan Ghazy.
"Mba ini tehnya." Nafisa memberikan Teh manis hangat pada Sekretaris Ghazy.
"Terima kasih, Naf."
"Sama-sama, Mba."
Setelah memberikan teh pada sekretaris Ghazy. Nafisa mengantarkan kopi ke ruangan Pak Bosnya.
"Permisi, Pak," ucap Nafisa di depan pintu ruangan Ghazy.
"Masuk," balas Gilang dari dalam ruangan.
Setelah mendengar jawaban dari dalam ruangan Nafisa membuka pintu kemudian melangkah masuk ke dalam. "Permisi, Pak. Saya ingin antarkan kopi," ujar Nafis.
"Iya, Naf," balas Gilang.
Nafisa melangkah menuju meja Ghazy kemudian menaruh secangkir kopi di samping Ghazy, secangkir lagi di berikan pada Gilang.
"Makasih, Naf," ucap Gilang.
"Sama-sama, Pak," balas Nafisa. Kemudian melangkahkan kaki keluar dari ruangan Ghazy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Fitrian Delli
jgn terlalu byk iklan sampe 20 menit enggak seru tau
2024-03-24
0
Wida Listiani
lanjutt
2023-10-12
2