Eps 5

Di Kedai kopi

   Ghazy dan kedua temannya menikmati waktu malam dengan nongkrong di sebuah kedai kopi, tapi di tempat tersebut bukan hanya ada mereka bertiga, melainkan ada juga tiga perempuan yang menemani mereka ngopi.

  "Kamu kenapa, Sayang?" tanya seorang wanita cantik yang berada di samping Ghazy.

  "Tidak apa," jawab Ghazy.

  "Lalu kenapa sejak tadi diam saja seperti orang gelisah gitu," ujarnya.

 "Gue nggak apa, Azkia sayang," balas Ghazy sambil mengelus lembut kepala Azkia.

Azkia atau biasa di panggil Kia -- wanita cantik, berkulit putih, berhidung mancung, kekasih Ghazy.

 "Mungkin jatahnya kurang kali, Ki," sahut Iqbal.

 "Begini-begini gue masih fresh, nggak kayak lu Bambang," balas Ghazy.

  "Buah kali masih fresh," sambung Gilang.

  "Kalian ini ngomong apaan sih," omel Ghazy.

 "Ki, emang beneran Ghazy belum pernah sama sekali?" tanya Iqbal.

  Azkia menggelengkan kepalanya.

 "Sudahlah, jangan bahas begituan lagi." Ghazy menyuruh para sahabatnya berhenti membicarakan sesuatu yang tidak bermutu itu.

 *

  *

  *

Di tempat lain

 Nafisa sedang antri membeli nasi goreng langganannya. Karena malas memasak jadi Nafis pilih praktis saja tinggal makan.

  "Nafisa, nasi gorengnya biasa?" tanya Pedagang nasi goreng yang sudah hapal dengan Nafisa.

  "Iya, Mang," jawab Nafisa.

 "Ibu, gimana kabarnya, Nak?" tanya Mang Kodir.

  "Alhamdulillah sehat, Mang," jawab Nafisa.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit pesanan Nafisa sudah siap.

  "Ini pesanannya, Nak." Mang Kodir memberikan kantong plastik pada Nafisa.

 "Terima kasih ya, Mang." Nafisa menerima plastik tersebut kemudian melangkah pergi dari tempat Mang Kodir.

 Tak jauh dari tempat nasi goreng Nafisa menghentikan langkahnya. 'Ayah, andai saja Ayah menunggu Nafis mungkin kejadian itu tidak akan terjadi, saat ini pasti Ayah masih bersama Nafis bercanda, tertawa bersama sambil menunggu pembeli datang. Nafis, kangen saat-saat kita bersama. Sekarang Nafis merasa sendiri karena Ibu bekerja terkadang pulang, kadang enggak,' lirih Nafisa sambil memandangi toko yang dulu pernah dia gunakan untuk berjualan. Kini toko tersebut di sewa pedangan Es teh jumbo.

 Setelah puas memandangi toko tersebut Nafisa melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi baru beberapa langkah tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya.

   "Hai, manis." Dua orang laki-laki berbadan lumayan besar tiba-tiba datang menghadang langkah Nafisa.

  "Astaghfirullah." Nafisa begitu terkejut saat melihat dua preman di depannya. "Kalian mau apa?" tanya Nafisa dengan setenang mungkin meskipun dalam hati dia takut sekali. Nafisa terus berdoa dalam hati semoga ada pertolongan Allah.

  "Ayolah! kita main sebentar, cantik." Kedua preman tersebut berkata sambil mengangkat tangannya ingin memegang wajah Nafisa dengan cepat Nafisa menangkis tangan tersebut.

  'Ya Allah lindungilah hambamu ini. Nafis takut," batin Nafisa. Tak henti-hentinya dia memanjatkan doa pada Sang Kuasa.

  "Wah ... ternyata dia punya nyali juga. Kamu jangan berani menolak kami," ucap salah satu preman dengan tegas.

 "Pergilah aku tidak ada urusan dengan kalian. Jika kalian ingin makan nih aku kasih." Nafisa ingin memberikan makanannya pada dua preman tersebut.

 "Kami tidak butuh makanan mu itu, tapi kami ingin kamu," ucap preman dengan nada bicara yang sok manis. Preman tersebut semakin mendekat ke arah Nafisa.

Dua preman tersebut memegang tangan Nafisa satu sebentar kiri, satu lagi tangan kanan.

 Nafis berusaha memberontak dan melepaskan tangannya dari genggaman kedua preman tersebut, tapi tenaganya kalah kuat. Nafis tidak menyerah begitu saja. Dia tetap berusaha agar bisa melepaskan tangannya dari genggaman preman itu sambil berteriak meminta tolong entah kenapa tidak biasanya jalanan sepi jadi sangat sulit mencari bantuan.

 Setelah berjuang dengan sekuat tenaga akhirnya Nafisa bisa lepas dari genggaman preman tersebut. Nafisa lari sekencang-kencangnya tiba-tiba ada mobil yang melintas Nafisa segera melambaikan tangan ingin meminta bantuan.

"Woi ... tunggu! jangan kabur," teriak kedua preman tersebut sambil mengejar Nafisa.

 Nafisa terus berlari hingga kini jarak antara dia dan preman semakin dekat. Nafisa berteriak meminta tolong, tapi mobil yang lewat melaju begitu saja tak menghiraukan ucapan dan lambaian tangan Nafisa.

 'Ya Allah harus kemana aku mencari pertolongan, disini sepi sekali,' batin Nafisa dengan derai air mata.

Nafisa terus berjuang menyelamatkan dirinya, tapi tiba-tiba dia terjatuh karena kakinya tersandung batu. Preman tersebut tertawa bahagia karena kini dia bisa menangkap Nafisa lagi.

 "Sudahlah, cantik kamu ikut saja dengan kami," ucap salah satu preman. Dia ingin menyentuh wajah Nafisa, tapi tiba-tiba preman itu di kejutkan dengan pukulan dari arah belakang. Preman itu menoleh kemudian membalas pukulan orang tersebut jadilah mereka bertiga baku hantam.

Sedangkan Nafisa duduk di pinggiran jalan menangis sesenggukan. Tak berselang lama ada seseorang yang menghampirinya.

"Kamu, baik-baik saja?" tanya orang tersebut.

Nafisa hanya mengangguk kemudian mendongakkan kepalanya melihat seseorang yang menolongnya. "Pak Ghazy," ucap Nafisa.

"Kamu, OB. Kamu ngapain malam-malam sendirian di sini?" tanya Ghazy.

"Nafis beli nasi goreng, Pak," jawab Nafisa.

"Oh, mari saya antar pulang," ucap Ghazy.

Nafisa mengangguk, menyetujui ajakan Ghazy dari pada nanti dia di kejar preman lagi.

"Rumah kamu dimana?" tanya Ghazy. Kini mereka sudah berada di dalam mobil.

"Lurus saja, Pak nanti belok ke kiri," jawab Nafisa.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Nafisa.

"Kita berhenti di depan, Pak itu rumah saya," ucap Nafisa.

"Iya," balas Ghazy.

"Wajah, Bapak berdarah biar saya obati terlebih dahulu," ujar Nafisa sebelum keluar dari mobil.

"Tidak perlu, nanti biar saya obati sendiri." Ghazy menolak tawaran Nafisa.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, Pak," ucap Nafisa kemudian keluar dari mobil.

Setelah Nafisa keluar Ghazy melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.

Satu jam perjalanan kini Ghazy tiba di rumahnya.

"Au," keluh Ghazy saat memegang wajahnya yang tadi terkena pukulan. Ghazy berjalan masuk ke rumah sambil memegangi wajahnya.

"Astaga, Ghazy kamu berantem lagi," teriak Mami Elina saat melihat wajah Ghazy memar.

"Tidak, Mi," balas Ghazy.

"Kalau enggak berantem lalu kenapa itu muka bisa bonyok begitu," ucap Mami Elina.

"It __." Ghazy harus menahan ucapannya karena di sahut oleh papinya.

"Sampai kapan sih kamu seperti ini, inget sekarang kamu itu direktur jadi jagalah sikap dimana pun kamu berada," sahut Papi Faisal memberikan wejangan pada putranya.

"Ghazy tuh selalu saja salah di mata Mami dan Papi. Kalian nggak pernah mau dengar penjelasan Ghazy," ucap Ghazy lalu berjalan menuju kamar meninggalkan kedua orang tuanya.

Sesampainya di kamar Ghazy menutup pintu dengan begitu kencang sehingga membuat kedua orangtuanya semakin marah.

"Lihat tuh kelakuan anak kamu," ucap Papi Faisal.

"Anak aku anak kamu juga, Pi," balas Mami Elina.

"Namun, sikapnya berbeda jauh dariku."

Perdebatan kedua orang tua berlanjut meskipun yang di perdebatkan sudah masuk ke dalam kamar.

Episodes
1 Eps 1 Kecelakaan
2 Eps 2
3 Eps 3 Ingat sesuatu
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Eps 6 Rencana
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10 Panggilan Kakak
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14 Berkunjung
15 Eps 15
16 Eps 16 Keputusan
17 Eps 17 OB
18 Eps 18 Manikah
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22 Panggilan baru
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25 Jatuh
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28 Hukuman
29 Eps 29 Hukuman di mulai
30 Eps 30
31 Eps 31 Keluar KK
32 Eps 32
33 Eps 33
34 Part 34
35 Eps 35 Mengundurkan diri
36 Eps 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Eps 39
40 Eps 40 Somay
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Eps 43 Istri rasa pacar
44 Eps 44 si pengganggu
45 Eps 45
46 Eps 46
47 Eps 47 Pertama kali
48 Eps 48 Keberangkatan Ghazy
49 Eps 49
50 Eps 50
51 Eps 51 Cerita Nafisa
52 Eps 52
53 Eps 53 Kunjungan dadakan
54 Eps 54
55 Eps 55 Tkp
56 Eps 56 Titik terang
57 Eps 57 Lajut Misi
58 Eps 58
59 Eps 59
60 Eps 60
61 Eps 61 Laporan
62 Eps 62
63 Eps 63
64 Part 64
65 Eps 65
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68 Merayu
69 Eps 69 Minta maaf
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72 Keberangkatan Ghazy
73 Eps 73 Kejujuran Ghazy
74 Eps 74 Bukti
75 Part 75
76 Eps 76 Nasehat Aidan
77 Eps 77 Selamat
78 Eps 78 Pejuang Cinta
79 Eps 79
80 Eps 80
81 Eps 81
82 Eps 82 Janji
83 Eps 83 Trio wek-wek
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 87 Mulai bersih-bersih
87 Eps 87 Sesuai dugaan
88 Part 88
89 Eps 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Eps 1 Kecelakaan
2
Eps 2
3
Eps 3 Ingat sesuatu
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Eps 6 Rencana
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10 Panggilan Kakak
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14 Berkunjung
15
Eps 15
16
Eps 16 Keputusan
17
Eps 17 OB
18
Eps 18 Manikah
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22 Panggilan baru
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25 Jatuh
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28 Hukuman
29
Eps 29 Hukuman di mulai
30
Eps 30
31
Eps 31 Keluar KK
32
Eps 32
33
Eps 33
34
Part 34
35
Eps 35 Mengundurkan diri
36
Eps 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Eps 39
40
Eps 40 Somay
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Eps 43 Istri rasa pacar
44
Eps 44 si pengganggu
45
Eps 45
46
Eps 46
47
Eps 47 Pertama kali
48
Eps 48 Keberangkatan Ghazy
49
Eps 49
50
Eps 50
51
Eps 51 Cerita Nafisa
52
Eps 52
53
Eps 53 Kunjungan dadakan
54
Eps 54
55
Eps 55 Tkp
56
Eps 56 Titik terang
57
Eps 57 Lajut Misi
58
Eps 58
59
Eps 59
60
Eps 60
61
Eps 61 Laporan
62
Eps 62
63
Eps 63
64
Part 64
65
Eps 65
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68 Merayu
69
Eps 69 Minta maaf
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72 Keberangkatan Ghazy
73
Eps 73 Kejujuran Ghazy
74
Eps 74 Bukti
75
Part 75
76
Eps 76 Nasehat Aidan
77
Eps 77 Selamat
78
Eps 78 Pejuang Cinta
79
Eps 79
80
Eps 80
81
Eps 81
82
Eps 82 Janji
83
Eps 83 Trio wek-wek
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 87 Mulai bersih-bersih
87
Eps 87 Sesuai dugaan
88
Part 88
89
Eps 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!