Tidak ingin menjadi bahan gosip satu kantor. Nafisa meminta agar Gilang menurunkannya di pinggir jalan saja.
"Pak, Nafis turun sini saja." Nafisa meminta Gilang agar menghentikan laju mobilnya.
"Naf, gue bukan bokap, Lu bisa nggak kalau lagi nggak di kantor jangan panggil gue, Pak berasa tua banget gue," ujar Gilang.
"Biar lebih sopan, Pak," balas Nafisa.
"Ya kalau di luar kantor nggak apa, tapi kalau di luar jangan," ucap Gilang.
"Baiklah," balas Nafisa.
"Kamu mau ngapain turun di jalan?" tanya Gilang.
"Takut ada yang lihat nanti jadi bahan gosip kan nggak enak, Pak, eh ... Kak," jawab Nafisa.
"Kalau nggak enak kasih kucing saja, Naf." Gilang masih tetap melajukan mobilnya.
"Kak," ucap Nafisa.
"Enggak usah pedulikan omongan orang." Gilang tak menghiraukan ucapan Nafisa. Dia tetap melajukan mobilnya yang kini sudah masuk kedalam parkiran kantor.
"Ah, kalau ada yang bisa bahaya nih," lirih Nafisa sambil menatap sekeliling.
"Aman, ayo, turun!" ajak Gilang.
Nafisa keluar mobil dengan mengendap-endap seperti maling yang takut ketahuan.
"Ayo!" Gilang menarik tangan Nafisa mengajaknya masuk ke dalam.
Nafisa menutup wajahnya dengan satu tangannya. 'Kacau banget nih orang satu, habis deh riwayat ku, setelah ini pasti grup ramai. Kenapa juga tadi aku harus ikut dia.' Nafisa memaki dirinya sendiri karena nebeng dengan Gilang.
"Pagi, Pak Gilang," sapa karyawan saat berpapasan.
"Pagi juga," balas Gilang dengan tersenyum ramah.
"Itu bukankah OB baru?"
"Iya, siapa sih dia berani-beraninya deketin Pak Gilang. Dia kan target gue."
"Ha-ha-ha, kasihan lu, masa kalah sama OB."
"Haist ... jangan samakan aku dengan OB ya, itu beda level."
"Sama saja, sama-sama jadi babu."
"Tuh mulut kalau ngomong suka bener."
"Dahlah, Lu nggak usah halu terlalu tinggi. Pak Gilang nggak akan ngelirik, Lu bukan tipenya."
"Sue, Lu."
"Masih pagi jangan pada ghibah, bubar." Salah satu staf membubarkan para karyawan yang pada ngerumpi. Biasalah ya emak-emak kalau ketemu pasti ada aja yang di obrolin.
Mendengar teguran dari staf, mereka langsung membubarkan diri masuk ke dalam ruangan masing-masing.
*
*
*
Di tempat lain
Rutinitas pagi sebelum berangkat ke kantor yaitu sarapan bersama. Mami Elina, Papi Faisal dan Ghazy kini mereka menikmati sarapan bersama.
"Gha, kamu kan sudah dewasa, tapi sampai sekarang sikap mu tak kunjung ada perubahan jangan salahkan Papi jika Papi harus mengambil tindakan. Papi akan menjodohkan mu. Papi tidak butuh persetujuan mu," ucap Papi Faisal dengan tegas. Kemudian beliau berdiri dari duduknya meninggalkan meja makan bergegas berangkat ke kantor.
Setelah kepergian Papinya. Ghazy menghampiri Maminya. "Segitu semangatnya Mami dan Papi ingin menjodohkan Ghazy," ucap Ghazy.
"Mami dan Papi melakukan itu demi kebaikan, kamu," balas Mami Elina.
"Kebaikan Ghazy atau kebaikan Mami dan Papi." Setelah berkata Ghazy langsung pergi begitu saja dengan perasaan kecewa pada ke dua orang tuanya yang kekeh ingin menjodohkannya.
'Kenapa sih dari dulu selalu saja memaksa untuk di mengerti, tapi tak pernah bisa memahami perasaan orang lain. Gue ini kan bukan robot yang bisa di setting sesuai keinginan pemiliknya,' batin Ghazy sambil memukul-mukul setir mobilnya meluapkan amarahnya. Andai tuh setir bisa ngomong mungkin dia akan protes karena kesakitan di pukulin Ghazy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments