Satu jam perjalanan kini Ghazy dan Nafisa tiba di rumah sakit.
"Pak, Nafis malu," ucap Nafisa.
"Kamu tutupin saja tuh muka dengan plastik," balas Ghazy.
"Astaghfirullah, tega sekali si Pak Bos," ucap Nafisa.
"Lha kan tadi, kamu bilang malu," balas Ghazy.
"Iya, tapi kan nggak gitu juga kali, Pak." Nafisa jadi badmood.
"Eh, tunggu jangan turun dulu Mami telpon." Ghazy menahan Nafisa agar tidak keluar mobil terlebih dahulu.
"Assalamualaikum, Mi," ucap Ghazy saat sambungan telepon terhubung.
" ..... "
"Ghazy sudah tiba di parkiran rumah sakit," jawab Ghazy.
" ....."
"Iya, Mi," balas Ghazy kemudian menutup sambungan teleponnya.
"Kenapa, Pak?" tanya Nafis.
"Kita di suruh segera masuk karena penghulu sudah tiba," jawab Ghazy.
Mereka bergegas keluar mobil melangkah menuju ruangan Papi Faisal. Sepanjang jalan menuju ruangan Nafisa terus saja menundukkan kepalanya.
"Assalamualaikum," ucap Nafisa dan Ghazy di depan pintu.
"Wa'alaikumussalam," balas semua yang ada di dalam ruangan.
"Masya'Allah cantiknya anak Ibu," ucap Bu Anjani saat melihat putrinya masuk kedalam.
"Ibu." Nafisa jadi tersipu malu.
"Bisa kita mulai sekarang?" tanya penghulu.
"Iya, Pak," jawab Mami Elina. Karena semua sudah siap. Pengantin ada, para saksi juga ada. Di karenakan orang tua Nafisa sudah tiada jadi di walikan hakim.
"Sudah siap, Nak Ghazy?" tanya Penghulu.
"Sebentar, Pak. Apa saya bisa lihat dulu nama calon istri saya." Sebelum mengucap ijab kabul Ghazy meminta ijin untuk melihat nama Nafisa dan orang tuanya terlebih dahulu karena Ghazy belum mengetahui nama lengkap serta wali Nafisa.
"Boleh." Penghulu memberikan selembar kertas yang ada tulisan nama Nafisa serta walinya.
Penghulu sudah mengetahui semuanya dari Mama Elina jadi beliau tidak banyak bertanya.
"Ini, Pak." Ghazy mengembalikan lembaran kertas tersebut pada penghulu.
"Sudah siap, Nak Ghazy?" Penghulu bertanya kembali setelah Ghazy menghafal nama Nafisa dan Ayahnya.
"Insya'Allah," jawab Ghazy.
"Baiklah, saya mulai ya." Penghulu dan Ghazy berjabat tangan kemudian penghulu mulai membacakan khutbah nikah.
'Ya Allah, inikah takdir yang Engkau janjikan padaku. Menikah tanpa cinta, membina rumah tangga dengan seseorang yang baru ku jumpai. Ya Allah, bagaimana aku harus menjalani semua ini. Hamba pasrahkan semuanya pada-Mu, hamba mohon tuntun hamba untuk menjalani kehidupan yang akan datang,' batin Nafisa.
"Sah," ucap semua saksi.
Entah harus bahagia atau sedih, tapi ada kelegaan dalam hati keduanya.
"Silakan di cium tangan suaminya," ucap penghulu.
Nafisa pun mengulurkan tangannya menyalami Ghazy.
"Cium kening istrinya," ujar penghulu lagi.
Dengan gugup Ghazy melakukan sesuai ucapan penghulu. Kemudian melanjutkan sesi selanjutnya sesuai arahan penghulu. Setelah semua selesai penghulu berpamitan pulang serta para saksi dan dokter yang menjadi saksi pun kembali tugas.
Setelah semua pergi Ghazy dan Nafisa menghampiri Papi Faisal menyalami tangan beliau.
"Terima kasih ya, Nak Nafis," ucap Papi Faisal.
"Sama-sama, Pak," balas Nafisa dengan tersenyum kecil meskipun dalam hatinya menangis. Kemudian Nafisa dan Ghazy berganti menghampiri Mami Elina dan Bu Anjani yang duduk di sofa.
"Selamat ya, Nak." Mami Elina memeluk Nafisa.
"Terima kasih, Nyonya," balas Nafisa.
"Eh ... Kamu kan sudah menjadi menantu saya jadi panggil saya Mami," ucap Mami Elina.
"Baik, Nyonya. Eh ... Mami," balas Nafisa.
"Mi, Ghazy harus pergi sekarang karena ada meeting dengan klien," ucap Ghazy.
"Tidak bisa, kamu harus mengantarkan Nafisa pulang terlebih dahulu!" Mami Elina tidak mengizinkan Ghazy pergi.
"Mi." Ghazy memohon agar Maminya mengizinkannya pergi.
"Tidak perlu memasang wajah seperti itu. Mami nggak akan kasihan. Sana pulang dengan Nafisa supaya dia ganti pakaian," ujar Mami Elina.
"Baiklah." Lagi-lagi Ghazy harus pasrah dengan keadaan.
"Bu, jika Nak Ghazy tidak bisa mengantarkan Nafis pulang tak apa, biar Nafisa pulang dengan saya," sahut Bu Anjani.
"Jangan, Bu. Biarkan Nafis di antara Ghazy. Mereka kan kini sudah sah menjadi suami istri jadi sudah tanggung jawab Ghazy sebagai suami mengantarkan istrinya," balas Mami Elina sambil mengedipkan sebelah matanya sebagai isyarat.
"Iya, Bu." Bu Anjani yang mengerti isyarat Mami Elina, ia pun mendukung Ghazy mengantarkan Nafisa ke rumah.
"Ghazy pulang dulu," pamit Ghazy pada Mami, Bu Anjani dan Papi Paisal ikuti Nafisa dari belakang.
"Assalamualaikum," ucap Nafisa sebelum melangkah keluar ruangan.
"Wa'alaikumussalam," balas semua.
"Jika, Bapak ingin ke kantor silakan! Nafis bisa pulang menggunakan taksi," ucap Nafisa saat perjalanan menuju parkiran mobil.
"Saya nggak mungkin pergi ke kantor dengan berpakaian seperti ini," balas Ghazy sambil melihat dirinya yang berpakaian pengantin berwarna putih.
Nafisa hanya menanggapinya dengan senyuman kecil.
"Masuk!" Ghazy menyuruh Nafis agar segera masuk kedalam mobil.
"Pak, apa sekarang saya harus ikut dengan, Bapak, tapi kalau saya tinggal bersama Pak Ghazy bagaimana dengan nasib Ibu saya. Nafis tidak tega ninggalin Ibu sendirian di rumah," ucap Nafisa.
"Itu bisa di bahas nanti,' balas Ghazy.
Tak terasa kini mereka tiba di rumah Nafisa.
"Masuk, Pak!" Nafisa mempersilakan Ghazy masuk kedalam.
Ghazy pun mengikuti langkah Nafisa masuk ke dalam rumah.
"Pak, Saya ke kamar dulu ya," ucap Nafisa sambil melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Bapak ngapain ngikutin saya?" tanya Nafisa saat melihat Ghazy mengikutinya dari belakang.
"Ya kan saya suami kamu. Terserah saya dong," jawab Ghazy.
"Iya, deh."
Sesampainya di kamar Nafisa membuka pintu masuk kedalam.
"Ini kamar, Kamu?" tanya Ghazy.
"Iya, Pak. Kenapa? Bapak tidak biasa ya tidur di kamar kecil seperti tempat saya ini," jawab Nafisa.
"Tidak, bukan seperti itu. Maksud saya __." Ghazy harus menahan ucapannya karena Nafisa lebih dulu menyahutnya.
"Enggak apa kok, Pak. Memang beginilah keadaan saya. Maklum saja saya kan bukan terlahir dari keluarga kaya seperti Bapak. Saya hanya OB dan Ibu hanya seorang art memiliki gubuk seperti ini pun saya sudah bersyukur," ujar Nafisa.
"Jika Bapak tidak berkenan, Bapak boleh pergi. Nafis bisa sendiri," lanjutnya.
"Saya keluar dulu," ujar Ghazy. Dia nggak tahu harus berkata apalagi dari pada salah mengucap lebih baik dia keluar dari kamar Nafisa.
Nafis membalasnya dengan anggukan kepala.
Setelah kepergian Ghazy. Nafis duduk di pinggir kasur, mengambil bingkai foto yang berada di meja samping ranjang . 'Ayah, hari ini Nafisa menikah. Apa, Ayah melihatnya?' Nafis berkata sambil memandangi foto mendiang Ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Miranti Ranti
kk upnya jgn lma2
2023-11-16
1