Ku Terima Dengan Bismillah
"Ayah ...," teriak seorang perempuan muda berlari menghampiri lelaki paruh baya yang tergeletak di tengah jalan dengan keadaan yang memprihatinkan.
"Ayah, bangun yah. Jangan tinggalin Nafis, Yah." Nafisa menggoyang-goyangkan tubuh Ayahnya yang kini berada di pangkuannya.
"Ayah-ayah pasti kuat, Ayah bertahan ya, Yah. Nafis akan bawa Ayah ke rumah sakit sabar sebentar lagi ya," ucap Nafisa sambil mengelus lembut kepala Ayahnya.
"Keluar," teriak semua orang yang ada di tempat kejadian.
Karena takut di amuk warga seseorang yang berada di dalam mobil pun membuka pintu lalu keluar dari mobil.
"Saya akan tanggung jawab, Pak. Bawa orang itu masuk ke dalam mobil saya," ucapnya sambil memohon agar tidak di amuk warga setempat.
"Cepat bawa korban masuk ke dalam mobil," teriak salah satu warga memberikan instruksi pada warga lain.
Empat orang menggotong Ayah Nafisa masuk ke dalam mobil di ikuti Nafisa dan satu warga untuk memastikan jika Nafisa dan Ayahnya benar-benar di antarkan ke rumah sakit.
"Ayah bertahan ya sebentar lagi kita tiba di rumah sakit." Selama di perjalan Nafisa terus saja berbicara pada Ayahnya. Air matanya tak henti-hentinya terus mengalir. Hatinya begitu hancur saat melihat pahlawan kesayangannya terkulai lemah tak berdaya.
Tiga puluh menit perjalanan kini Nafisa tiba di rumah sakit. Warga yang mengantar Nafisa langsung keluar mobil berteriak memanggil dokter. Dua perawat menghampiri mobil dengan membawa brankar. Mereka segera mengeluarkan Ayah Nafisa dari dalam mobil, lalu kedua perawat membawa korban ke IGD.
"Nak, Nafis bapak pulang dulu ya, nanti bapak sampaikan ke Ibu mu agar kesini," ucap warga yang membatu Nafisa.
"Terima kasih ya, Pak," balas Nafisa.
"Sama-sama, Nak Nafis," ujar warga.
"Tolong jangan tinggalkan dia. Kamu harus bertanggung jawab atas kejadian ini," ucap Pak warga.
"Baik, Pak," balasnya.
"Makanya lain kali kalau bawa mobil hati-hati. Anak muda jaman sekarang bawa mobil ugal-ugalan nggak mikirin keselamatan yang bisa merugikan orang lain," ucap Bapak Warga.
"Iya, Pak. Maaf tadi saya lalai," balas anak muda tersebut.
"Siapa namamu?"
"Nama saya Ghazy, Pak," balasnya.
"Oh, iya-iya. Ya sudah kalau begitu saya pulang terlebih dahulu, titip Nafis."
"Baik, Pak."
Setelah berpamitan warga pulang dari rumah sakit menggunakan taksi. Kebetulan beliau mengenal keluarga Nafisa.
'Si*l gara-gara si gilang gue jadi berada di sini. Jika Papa dan Mama sampai tahu pasti bakal dapet ceramahan lagi nih,' batin Ghazy.
'Awas saja jika Ayah kenapa-napa gue nggak bakal maafin dia,' batin Nafisa.
'Ya Allah, semoga Ayah baik-baik saja, Nafis masih butuh Ayah untuk berada di samping Nafis. Ya Allah jika bisa di tuker biarkan Nafis saja yang merasakan kenikmatan sakit itu, semoga Ayah segera siuman, amin,' batin Nafis sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
'Tuh, anak ngapain sih,' batin Ghazy saat melihat Nafis.
Waktu terus berputar setelah menunggu sekitar tiga puluh menit dokter keluar dari ruang IGD. Mendengar suara pintu terbuka Nafisa langsung bergegas berdiri dari duduknya menghampiri Dokter yang keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaan Ayah saya, Dok?" tanya Nafisa dengan harap-harap cemas.
"Pasien mengalami luka yang lumayan parah sehingga mengakibatkan beliau koma," jawab Dokter.
Nafis menangis tersedu-sedu mendengar jawaban Dokter.
"Sabar ya, kita tunggu dua jam lagi jika tidak ada perkembangan maka terpaksa kita akan melakukan tindakan operasi," ucap Dokter.
"Tolong berikan penanganan yang terbaik untuk pasien, Dok," sahut Ghazy dari arah belakang Nafisa.
"Itu pasti. Kalau begitu saya permisi dulu." Dokter pamit meninggalkan ruang IGD.
Setelah dokter pergi Nafis kembali duduk di kursi tunggu.
"Maafin gua, ini untuk biaya pengobatan bokap, Lu." Ghazy berkata sambil memberi kartu ATM pada Nafis.
"Aku tidak butuh ini, aku cuma butuh Ayah kembali pulih." Nafisa menolak menerima ATM pemberian Ghazy.
"Makanya, Lu terima ini untuk pengobatan bokap lu supaya cepat pulih. Maaf gue nggak bisa lama-lama di sini. Sekali lagi maafkan gue. Gue harus pergi sekarang." Setelah memberikan atm pada Nafisa, Ghazy langsung pergi dari rumah sakit.
*
*
*
**
Di tempat lain
"Assalamualaikum, Bu Anjani, Bu," teriak seseorang di depan pintu rumah Bu Anjani.
"Wa'alaikumussalam, iya sebentar," balas Bu Anjani dari dalam rumah.
"Ada apa, Pak?" tanya Bu Anjani setelah membukakan pintu terlihat seorang bapak-bapak berdiri di depan pintunya.
"Maaf, Bu menganggu saya hanya ingin memberi kabar kalau Pak Hamzah kecelakaan," jawab Pak Dodi.
"Innalilahi, sekarang suami saya dimana, Pak?" tanya Bu Anjani dengan panik.
"Pak Hamzah ada di rumah sakit, Bu. Mari saya antar, Bu," ucap Pak Dodi.
"Baik, Pak, tapi tunggu sebentar saya ambil tas dulu," balas Bu Anjani.
Bu Anjani kembali masuk kedalam rumah mengambil tas. Setelah mengambil tas Bu Anjani keluar rumah menemui Pak Dodi.
"Ayo, Pak!" ucap Bu Anjani. Tak lupa dia mengunci pintu terlebih dahulu sebelum pergi.
"Iya, Bu," balas Pak Dodi.
Bu Anjani dan Pak Dodi pergi menggunakan motor.
**Tadi sebelum ke rumah Bu Anjani, Pak Dodi lebih dulu pulang ke rumahnya mengambil kendaraan.
Tak butuh waktu lama Bu Anjani dan Pak Dodi tiba di rumah sakit. Pak Dodi langsung mengantarkan Bu Anjani ke ruang tempat Pak Hamzah di rawat.
"Nafis," panggil Bu Anjani sambil berjalan menghampiri putrinya yang duduk di kursi tunggu.
"Ibu," balas Nafisa.
"Ayah, Bu," ucap Nafisa dengan menangis tersedu-sedu dalam pelukan ibunya.
"Iya, Nak. Sudah jangan menangis lagi ya. Ayah kamu pasti sembuh." Bu Anjani mencoba menyakinkan Nafisa jika Ayahnya pasti sembuh, meskipun dalam hatinya dia juga sangat was-was dengan keadaan suaminya, tapi dia harus terlihat tegar di depan putrinya.
Nafisa mengangguk.
"Bu Anjani maaf saya permisi pamit pulang dulu," ucap Pak Dodi.
"Iya, Pak Dodi terima kasih sudah mengantarkan saya ke sini."
"Iya, Bu. Sama-sama."
*
"Bagaimana ini bisa terjadi, Nak?" tanya Bu Anjani tentang kejadian kecelakaan suaminya.
"Tadi saat Nafis dan Ayah ingin pulang ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi hingga tak melihat Ayah menyebrang jalan. Ayah menyebrang jalan lebih dulu saat Nafis sedang mengunci pintu toko." Nafisa menceritakan kejadian kecelakaan Ayahnya.
"Lalu gimana keadaan Ayahmu sekarang?"
"Ayah masih koma, Bu," jawab Nafisa.
"Astaghfirullah." Ingin sekali rasanya dia menangis, tapi dia tak boleh lemah di depan putrinya. "Apa kamu tahu siapa orang yang menabrak?" tanya Bu Anjani.
"Iya, Bu. Dia baru saja pergi, tapi sebelum dia pergi dia menitipkan ini untuk biaya pengobatan Ayah." Nafisa memperlihatkan ATM yang di berikan Ghazy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Aira Azzahra Humaira
lanjut
2024-09-23
0
Nurmiati Aruan
mampir dulu
2024-07-29
1
LISA
Bagus ceritanya
2024-01-28
1