Bab 13

Felysia berjalan beriringan dengan Bibi Maria. Bibi Maria berkali-kali melirik ke arah Felysia yang berjalan dengan pikiran melayang kemana-mana.

"Fel,,,"panggil Bibi Maria sambil menyentuh lengan Felysia, karena itu panggilan ketiga darinya.

"Eh ah iya, Bi ada apa?"tanya Felysia tergagap memperbaiki tatapannya seperti dan berusaha mengembalikan pikirannya yang melayang entah kemana.

"Bibi sudah memanggilmu tiga kali berturut-turut lho, lagi memikirkan apa sih?"Bibi Maria bertanya menyelidik. Dia masih terkejut waktu melihat Felysia bertemu dengan Lucas, makanya tanpa pikir panjang dia langsung memanggil Felysia yang memberikan buah pir untuk laki-laki itu.

"Bukan hal yang penting kok, Bi,"jawab singkat Felysia sambil menyisipkan rambutnya yang terurai ke telinga dan merapikan rambutnya yang tidak begitu berantakan karena salah tingkah dengan pertanyaan yang diajukan Bibi Maria

Bibi Maria mengamati reaksi Felysia. Dia menghembuskan nafas dengan berat berusaha menahan diri untuk banyak bertanya pada anak gadis kesayangannya itu.

"Siapa laki-laki yang bersamamu tadi?apa Kamu kenal dekat dengannya?"

Felysia menggelengkan kepalanya,"dia orang yang tidak aku kenal tapi suaranya terasa familiar di telingaku. Aku hanya merasa aneh, Dimana aku pernah bertemu dengannya?"

Hati Bibi Maria bergetar, dia tidak tahu harus menimpali perkataan Felysia bagaimana. Dia tidak mungkin bilang ke Felysia kalau laki-laki itu lah yang terlibat hubungan satu malam dengannya, lagian tidak ada bukti juga mereka pernah bertemu di hotel tersebut. Felysia juga tidak melihat wajah Lucas apalagi namanya.

"Apa tadi Kamu sudah berkenalan?"

Felysia tersenyum dan menggelengkan kepalanya,"belum, tadi waktu dia hendak mengucapkan namanya Bibi Maria memanggilku,"

Bibi Maria menghembuskan nafas lega 'syukurlah aku datang tepat waktu. Maaf ya Felysia ini demi keselamatan mu, ini salah satu caraku untuk melindungi mu' batin Bibi Maria sambil mengelus-elus rambut Felysia yang panjang.

"Oh iya, Bibi rasa rambutmu sudah mulai panjang, bukannya kamu tidak suka memiliki rambut panjang?"

Felysia diam tidak menjawab. Dia sedang hamil, jadi tidak mungkin dia potong rambut. Dia berniat potong rambutnya usai melahirkan. Dia juga belum berani bilang ke Bibi kalau sedang hamil.

"Tidak apa-apa Bibi, tiba-tiba saja Felysia ingin memanjangkan rambut,"

Bibi Maria tersenyum tanpa menaruh curiga terhadap Felysia.

Mereka kemudian kembali bergabung ke perayaan penyambutan donatur di panti asuhan, tidak sengaja mereka melihat seorang Kakek tengah celingak-celinguk mencari sesuatu. Mereka berjalan menghampiri Kakek itu.

"Kakek sedang apa?"tanya Felysia ramah

"Aku hanya tersesat, tadi aku baru saja keluar dari labirin taman setelah berputar-putar kurang lebih satu jam. Sekarang saya ingin istirahat dulu disini,"jawab Kakek mengambil tempat duduk yang berada di depannya

Felysia tersenyum dengan pengakuan sang Kakek. Bibi Maria tampak melihat ponselnya yang daritadi berdering. Melihat tingkah Bibi yang sedang bingung Felysia menyuruh Bibi untuk meninggalkannya dengan Kakek itu.

"Percayakan Kakek ini padaku, Bibi. Bibi lakukan saja tugas mendesak itu,"

"Benarkah?syukurlah, terimakasih ya. Bibi sangat tertolong ada Kamu disini,"

Felysia mengangguk, Bibi pun melepas tangan Felysia dan pergi meninggalkan mereka berdua. Perhatian Felysia kembali pada Kakek yang terlihat sedikit pucat dan berkali-kali menelan ludah memandangi es jeruk yang ada di teko.

"Kakek mau es?"

"Tidak! kata Dokter aku harus menghindari es terlebih dahulu,"

"Dokter nya 'kan tidak ada disini? Aku berjanji tidak akan bilang pada Dokter kalau Kakek sedang menikmati es disini,"

"Aku tahu Dokter tidak lihat tapi pasti cucuku,,,"

"Kakek, apa yang Kakek lakukan disini? Kakek pasti diam-diam menginginkan es di cuaca sepanas ini,"teriak seorang pemuda dari arah tamu undangan berada

"Lucas,,, tidak, Kakek hanya,,,mau mencicipinya sedikit,"gumam Kakek dengan suara hampir tidak terdengar

Lucas menghampiri Kakek dan terkejut melihat wanita itu sedang bersama Kakek. Lucas teringat kembali dengan kata-kata Kakek yang akan melenyapkan wanita yang berada di hotel bersamanya malam itu.

'Gawat apa Kakek sudah tahu kalau wanita itu yang ada di hotel bersamaku malam itu?Kenapa Kakek bisa tahu secepat itu?aku harus segera membuat alibi' batin Lucas dengan mempercepat langkahnya menuju sang Kakek

Kakek yang takut dengan laju cepatnya Lucas bersembunyi dibelakang tubuh Felysia yang sedikit tinggi darinya. Felysia sedikit bingung menghadapi situasi seperti itu.

"Ayolah, Kek kemari. Jangan bersembunyi dibalik seorang wanita. Apa Kakek tidak malu?"

"Buat apa Aku malu, toh akan lebih malu Kamu jika Kamu bersikeras merebut ku dari balik tubuh wanita ini,"

Lucas memandang Felysia dengan rasa malu dan menepuk dahinya,"iya, Kek aku pasti akan malu. Jadi, Kakek, aku mohon kemarilah. Jangan membuat aku lebih malu dihadapan wanita cantik ini,"

"Apa? Kamu bilang apa tadi? Kamu bilang wanita ini cantik?apa aku salah dengar?selama ini Kamu jarang sekali bilang para artis serta model di sekitar mu cantik. Kenapa hanya di depan wanita ini Kamu bilang cantik?"protes Kakek

Kakek heran mendengar ucapan cucunya yang tidak biasa. Beliau memandangi Felysia sekali lagi. Dia sangat terkejut melihat kecantikan wajah Felysia, rambut coklat pudar sebahu dengan mata biru hidung mancung dan wajah mungilnya. Menurut Kakek dia tidak hanya cantik, tapi hampir seperti malaikat. Wajah Felysia mengingatkannya pada seseorang.

Tiba-tiba dia teringat anak dan menantunya yang sudah meninggal. Jika cucunya masih ada pasti perpaduannya akan sama dengan wanita yang sekarang ini ada dihadapannya.

"Siapa Kamu?"tanya Kakek tanpa basa-basi

Lucas terkejut mendengar pertanyaan refleks yang dilontarkan Sang Kakek. Dia langsung menyela,"Kakek, dia hanyalah salah satu pengurus panti asuhan disini, benarkan?"Lucas mengedipkan sebelah matanya, memberi kode supaya Felysia mengiyakan ucapannya

"Saya Felysia, Kek. Pemimpin Panti Asuhan saat ini. Apa ada yang bisa saya bantu?"

Jawaban diluar dugaan dari Felysia membuat Lucas terkejut sekaligus lega.

Namun tidak dengan Kakek. Kakek masih menatapnya dengan tatapan rindu. Dia ingat betul cucunya hampir mirip seperti Felysia,"aku pernah memiliki cucu perempuan. Nama dan perawakannya persis seperti Kamu,"

Lucas terkejut mendengar kata-kata Kakek. dia pun melihat dengan seksama wajah Felysia dengan ciri-ciri yang pernah Kakek katakan padanya.

Felysia bingung melihat tatapan mereka berdua dan hanya bisa tersenyum canggung,"mana mungkin cucu Kakek seperti saya. Pasti dia akan tumbuh menjadi wanita elegan dan cantik,"Felysia melirik ke arah Lucas yang sedang melamun dan memberikan isyarat mata supaya membawa Kakeknya pergi dari sini sebelum dia teringat kembali dengan es itu.

Lucas yang peka mengerti dengan lirikan mata Felysia,"iya Kakek. Sekarang kita kembali ke teman-teman tamu undangan. Pasti mereka sedang menunggu kehadiran Kakek,"

"Mereka hanya mendekati Kakek karena keperluan bisnis tidak murni mendekati karena bakti sosiak di panti asuhan ini,"

"Apapun rencana mereka kita tetap tidak boleh membuat orang lain menunggu kan, Kek,"

Kakek diam dan berjalan mendahului Lucas. Lucas membungkukkan badan dan meminta maaf dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.

Felysia membalasnya dengan senyuman manis.

Tiba-tiba Kakek menghentikan langkahnya dan mengamati sekali lagi Felysia dari kejauhan,"Lucas, tolong selidiki tentang wanita itu. Aku yakin dia adalah cucu ku yang telah hilang beberapa tahun silam,"

"Tapi, Kek. Kakek kan tahu sendiri dia adalah pemimpin Panti asuhan ini jadi otomatis dia anak dari pemilik panti asuhan ini,,,"

"Tidak Lucas, feelingku selalu tepat,"

Lucas diam tidak menjawab. Dia sangat tahu sifat dan karakter Kakek. Kakek memang orang yang humoris tapi begitu dia berkata tegas, tidak ada siapapun yang berani melawan ucapannya.

Seorang wanita paruh baya tengah menggertakkan giginya dibalik tembok. Dia bersembunyi sejak Kakek berbicara dengan Felysia.

"Sial! kenapa Ayah harus bertemu dengan Felysia secepat ini! Aku sudah berusaha mencegah Kakek untuk datang ke perayaan panti asuhan ini, tapi Kakek bersikeras untuk datang. Aku harus secepat mungkin mencari sosok pengganti cucu Kakek, sebelum Felysia yang asli di nobatkan menjadi cucu nya yang hilang. Aku tidak bisa membunuh Felysia saat ini karena jabatan nya sebagai pemimpin panti asuhan. Aku harus main cantik untuk urusan saat ini,"ucap wanita itu dengan mencengkeram tembok

Edward kembali mendampingi Lucas dan Kakek dalam perayaan itu. Dia melihat Lucas berkali-kali menahan mual akibat sensitif bau yang dia alami akhir-akhir ini. Sampai saat ini Edward tidak mengetahui penyebab penyakit yang dialami Lucas.

'apa jangan-jangan Tuan Muda mengalami penyakit langka?'tanyanya dalam hati.

Dia pun menggelengkan kepalanya mengusir pemikiran yang tidak masuk akal itu.

Bibi Maria datang menghampiri Felysia yang tengah terduduk lemas usai membereskan peralatan makan para tamu undangan.

"Kamu sakit?"

Felysia menggelengkan kepalanya, menolak tangan Bibi yang hendak memegang dahinya.

"Wajah mu terlihat sangat pucat,"Bibi sangat khawatir melihat Felysia

Felysia tersenyum dan hendak berdiri namun tibay di pingsan tak sadarkan diri. Bibi Felysia teriak saking terkejutnya dan memanggil Edward yang tengah melepas kepergian Kakek dan Lucas.

Edward yang mendengar kan teriak tersebut langsung berlari masuk ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya dia melihat Felysia yang sudah tergeletak lemas tidak berdaya. Dia pun segera menggendong tubuh Felysia ke punggungnya dengan bantu Bibi Maria. Bibi Maria sedikit terkejut melihat darah segar mengalir di kaki kanan Felysia.

Bibi menyuruh Edward keluar kamar usai membaringkan Felysia dia kasur.

"Segera panggil Dokter, aku akan menyadarkan Felysia sebisa mungkin!"

Edward mengangguk dan bergegas pergi meninggalkan Felysia dan Bibi Maria.

Bibi Maria segera membersihkan darah yang mengalir tersebut 'apa jangan-jangan,,,' batin Bibi Maria.

Bibi Maria memeriksa lingkaran yang ada di kalender kamar Felysia. Betapa terkejutnya dia mengetahui tidak ada lingkaran di 2 bulan terakhir.

"Ya Ampun, Nak. Apa yang berusaha kamu sembunyikan dariku. Semoga saja Kamu dan anakmu baik-baik saja," ucap lirih Bibi Maria sembari merawat Felysia yang masih tidak sadarkan diri di kasur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!