***
Maria bertemu dengan seseorang yang saat ini tengah dekat dengannya. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
"Apa maksudmu Edward?"tanya Maria setengah berteriak
"Aku mohon jangan berteriak, aku pun tidak menyangka. Ini harus aku lakukan, supaya Aku bisa bertahan hidup,"
"Tapi, Kamu bertahan hidup dengan mengorbankan nyawa seseorang,"
"Aku tahu ini salah, tapi Nyawa yang aku korbankan telah banyak menyiksa orang-orang di sekitarnya termasuk Kamu dan Felysia. Anggap saja ini hukuman yang diberikan Tuhan untuknya,"
"Tapi, bagaimana denganmu?apa Kamu akan selamat dari hukuman penjara?kalau kamu dipenjara bagaimana dengan rencana pernikahan kita? umur ku sudah tidak muda lagi untuk menunggu mu keluar dari penjara,"
"Maria, apa kamu tidak ingin membalaskan dendam Felysia putri yang sudah kita anggap anak kita sendiri?hanya kita yang tahu siapa laki-laki yang tidur dengan Felysia. Jika terjadi sesuatu padaku, aku titip Felysia. Jaga dia dan jaga cinta kita. Aku pun juga bodoh telah mempercayakan Richard menjemput Lucas,"
"Aku juga salah tidak mencegah Richard untuk memanfaatkan Felysia,"
"Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Anggap saja kita diberi kesempatan pada Tuhan untuk membalas semua perbuatan Richard melalui tanganku,"
"Berjanjilah, Kamu harus berhati-hati dan tidak terluka,"Maria berpesan dengan mulut bergetar.
Edward mengangguk dan mengecup kening Maria dengan lembut.
Mereka kemudian berpelukan dan masuk ke dalam kamar, melepas semua kerinduan sebelum berpisah untuk selamanya.
Sore hari, waktu yang tepat untuk menyirami bunga-bunga di taman. Felysia membawa ember berisi air untuk menyirami bunga-bunga di taman.
"Sudah kuduga, melihat kalian dapat memperbaiki hati yang sedang kusut,"ujar Felysia di depan bunga-bunga yang mekar dengan warna warni.
Biasanya dia menyirami bunga dengan di temani Bibi Maria. Namun karena dia tahu Bibi Maria sedang pergi bersama Paman Edward jadi dia sendirian mengurus taman di panti asuhan tersebut.
Suasana pantai asuhan sangat damai, saat ini sebagian anak-anak mungkin sedang berbaris antri mandi, sebagian lagi sibuk menyiapkan makan malam. Mereka adalah anak-anak yang mandiri. Bahkan anak-anak yang sudah SMA pun berinisiatif mencari pekerjaan sambilan untuk membantu keuangan panti asuhan. Mereka sungguh menganggap keluarga satu sama lain meski tidak ada ikatan hubungan darah sekalipun.
"Kak Felysia,"panggil anak gadis dengan senyum cerah dan rambut basahnya
"Cindy, apa kamu baru saja selesai mandi?"
"Iya, Kak Felysia. Kak Felysia sedang menyirami bunga-bunga ini?"
Felysia meraih handuk yang dibawa gadis itu dan mengusap-usap ke kepala gadis itu,"kamu harus mengeringkan rambutmu yang basah usai keramas, jika kamu biarkan basah dan kering sendiri rambut mu akan susah di sisir dan akhirnya banyak yang rontok,"
Gadis itu memonyongkan bibirnya,"iya, iya Kak Felysia. Kak Felysia aku biarkan mengomel tentang rambutku yang basah karena bunga-bunga di taman ini bisa cantik berkat tangan Kak Felysia yang merawatnya,"
Felysia tersenyum, inilah salah satu alasan dia mengikuti perintah Richard. Dia mau mengorbankan diri supaya anak-anak panti asuhan yang lain tidak menjadi korban. Dia mau melindungi anak panti dengan sekuat tenaga.
Dia berharap waktu cepat berlalu supaya dia bisa melupakan kejadian pahit yang baru saja dia alami. Dia ingin terus bisa membuat bahagia anak-anak panti dan juga bibi Maria
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments