Bab 20

Ada yang luka tapi tak berdarah. Suara retakan di hati Lucas terdengar renyah dan menyakitkan. Lucas melihat Felysia menerima bunga yang diberikan Fernando. Dia sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia membalikkan badan, dalam hatinya berkata,"jika Kamu dan anak Kita bisa bahagia dengan orang lain, Aku rela melepaskan mu dan mendoakan kebahagiaan mu.'

Lucas kemudian berjalan pergi meninggalkan taman yang telah banyak berkerumun orang-orang. Adegan itu dilihat banyak orang sampai terdengar suara wanita paruh baya mengacaukannya.

"Fernando!"teriak wanita paruh baya setelah turun dari mobil mewahnya. Wanita itu berjalan dengan angkuhnya melewati Lucas dan para pengunjung taman lainnya,"bukankah Mama sudah memperingatkan mu sebelumnya?"

"Mama,"ucap lirih Fernando, tangannya mengepal seolah menahan amarah.

Wanita itu adalah orang yang berpengaruh di ibu kota. Ibu Tiri Fernando dan Ibu kandung Sherin. Sherin, keluarga satu ayah beda ibu dengan Fernando.

"Mama, kenapa datang kesini dan mengacaukan semuanya?"tanya Sherin lirih sambil menarik tangan Mamanya supaya kembali masuk mobil.

Mama Sherin menepis tangan Sherin dan berjalan mendekati Felysia. Wanita itu menatap tajam Felysia,"wanita murahan, tidak pantas bersanding dengan putra tampanku,"katanya menusuk hati

Meski dari kejauhan Lucas dapat mendengar kata makian itu. Dia kemudian berlari mendekati Felysia,"aku rasa, Nyonya hanya perlu membawa anak Nyonya tanpa harus merendahkan anak orang lain,"ucap Lucas yang sudah berada di depan Felysia. Dia menarik Felysia di belakang tubuhnya yang kekar.

"Siapa lagi ini yang datang? ternyata wanita j*l*ng seperti mu mudah sekali dalam menggaet banyak lelaki dalam hitungan bulan kamu tinggal disini!"

"Hentikan ucapan Nyonya sekarang juga, atau Aku akan membuat Nyonya malu di depan umum,"

"Memangnya apa yang akan dilakukan anak ingusan seperti mu? Kamu tidak tahu siapa Aku kan,"

Lucas menatap tajam wanita itu. Lampu sorot jalan menyinari jelas wanita paruh baya itu. Semua warga yang menyaksikan tampak antusias melihat pertengkaran orang yang paling terkenal di ibukota. Lucas tersenyum jahat,"siapa orang-orang disini tidak mengenal Nyonya Margaret?"

Wanita itu tersenyum puas, dia senang namanya dikenal oleh seseorang yang bahkan tidak dia kenal.

Lucas mendekat kan bibirnya ke telinga wanita itu,"tapi, apa mereka tahu skandal hubungan gelapmu dengan salah satu klienku, Nyonya Margaret atau perlu aku panggil Nyonya Robinson?"

Wanita itu mendorong Lucas menjauh darinya. Wajahnya berubah pucat dan mendengus kesal.

Margaret mengamati dengan detail keseluruhan wajah Lucas dan mengingat kembali dimana dia pernah bertatap muka. Suatu ketika dia pernah diajak Robinson untuk menandatangani sebuah kontrak jual-beli tanah. Sekelebat wajah tampan Lucas berada di depannya. Mulut wanita itu terbuka lebar seakan tidak percaya, bahwa laki-laki yang menandatangani kontrak dengan Robinson adalah laki-laki yang sedang berada di hadapannya saat ini.

Jika sampai skandal hubungan gelapnya terungkap ke publik, dia bisa kehilangan keduanya, yaitu harta waris Ayah Fernando dan menjadi istri sah Robinson.

Margaret mengambil satu langkah mundur,"Fernando, lebih baik Kamu pulang sekarang. Ayahmu daritadi memanggil-manggil namamu,"

"Benarkah?apa Ayah sudah sadar?"tanya Fernando dengan wajah terkejut sekaligus bahagia begitu pula dengan Sherin.

Margaret tidak menjawab dan langsung pergi menuju mobilnya.

"Felysia, maafkan aku. Aku tidak perlu memikirkan kata-kata Mama ku tadi. Kamu hanya perlu memikirkan jawabannya secara perlahan,"Fernando menggenggam erat tangan Felysia

Lucas melepaskan genggaman tangan mereka,"lebih baik Kamu cepat pulang, sebelum Mama mu berbuat hal yang akan merugikan Felysia,"ucap Lucas dengan wajah tidak suka

Fernando kesal, namun dia membenarkan kata-kata Lucas. Dia pun ijin pulang ke Felysia. Felysia tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menganggukkan kepala dan tersenyum tipis.

Fernando melihat nya dengan tatapan sedih. Dia ingin merengkuh Felysia namun terbayang-bayang Sang Ayah yang sudah sadar dari koma nya. Fernando lalu pergi dengan berat hati.

Lucas merangkul Felysia dari samping. Tubuhnya masih bergetar ketakutan,"bolehkah aku mengantar mu pulang?Aku rasa Kamu tidak bisa pulang dengan kondisi mu saat ini,"

Felysia mengangguk pelan dan mengikuti Lucas yang menuntunnya dengan sangat hati-hati. Para pengunjung yang berada di taman mulai pergi satu persatu. Mereka sedikit menyayangkan adegan lamaran yang kacau tadi. Tidak sedikit diantara mereka yang mengharapkan jawaban dari Felysia, tapi ada juga yang lega karena Felysia tidak menjawab lamaran tersebut.

Siapapun memiliki pemikiran berbeda-beda. Mereka bebas berpikir dengan cara pikir mereka masing-masing. Suasana taman sudah sepi, karena malam semakin larut. Keheningan yang mencekam di Taman menandakan waktunya orang-orang untuk tidur malam.

Lucas menuntun Felysia dengan lembut. Wangi rambut Felysia membuat jantungnya berdebar-debar. Dia tidak menyangka dapat merengkuh wanita itu kembali setelah sekian lama. Sebentar lagi Dia dapat mengetahui tempat tinggal Felysia di ibu kota. Dia sudah tidak sabar lagi untuk menjadi lebih dekat dengan Felysia dan Casia.

***

Matahari pagi memancarkan sinarnya dengan begitu cerah. Casia kecil sedang asyik sarapan pagi di taman belakang rumah. Tidak terasa Casia sudah berumur satu tahun. Anak kecil itu sekarang sudah bisa berjalan dan sedikit berkata-kata. Pertumbuhan nya sangat cepat sampai orang-orang di sekitarnya memanggilnya anak ajaib.

Sudah setahun lama usai kejadian lamaran itu. Fernando tidak pernah datang setelah Ayahnya siuman, tapi tetap rutin mengirim kabar ke Felysia. Felysia juga sudah melupakan lamaran itu. Dia tidak pernah menjawab lamaran tersebut, meski Fernando selalu menanyakannya.

"Dasar Fernando tidak peka, apa Dia sadar kalau Mama tirinya itu sudah hampir seperti nenek penyihir. Aku tidak akan membiarkan cucuku yang cantik ini di rawat oleh nenek penyihir,"maki Maria sambil mengaduk-aduk sop untuk sarapan pagi

Felysia tersenyum mendengar celotehan Maria.

"Nenek penyihil itu apa?"tanya Casia dengan kata-kata celatnya

"Nanti malam, Nenek Maria akan ceritakan padamu,"

"Bibi, jangan mengajarkan Felysia hal yang buruk,"

"Apanya yang buruk?Aku hanya mengenalkannya dengan penyihir. Lagian Felysia, mau sampai kapan Kamu memanggilku Bibi. Anakmu saja memanggil ku Nenek, kalau Kamu memanggilku Bibi terus urutannya bagaimana?"omel Maria

Felysia tersenyum, dia tahu omelah Maria itu wujud dari kasih sayangnya.

Casia turun dari kursi dan keluar dari ruang makan. Kemudian masuk dengan di gendong laki-laki tampan dan tubuh kekar. Wajah mereka semakin sama persis seperti Ayah dan anak. Lucas masuk dengan menggendong Casia. Sungguh pemandangan yang enak dipandang mata.

Maria dan Felysia terharu melihat kedekatan mereka setiap hari. Setelah tahu rumah yang ditempati Felysia di ibukota hampir setiap hari dia datang berkunjung. Dia berkunjung dengan berbagai hadiah yang dia borong waktu itu.

"Selamat, pagi,"sapa Lucas dengan senyum menawan.

Maria membalasnya dengan senyuman lalu melirik Felysia yang wajahnya berubah menjadi merah merona,"pagi juga," sapa balik Felysia

"Ayah, kata Nenek Malia ada nenek-nenek sepelti penyihil,"kata Casia

Maria dan Felysia terkejut mendengar Casia memanggil Lucas, Ayah.

"Casia, kenapa Kamu memanggilnya Paman Lucas, Ayah?"

"Kata olang-olang Paman Lucas milip sekali denganku. Kata meleka juga Paman Lucas tidak pantas dipanggil Paman kalena masih tellihat tampan dan muda, jadi Aku di suluh meleka memanggilnya Ayah. Tapi tentu saja Aku meminta ijin dulu pada Paman. Iyakan , Ayah,"jelas Casia dengan memburu takut di marahi Nenek dan Ibunya

"Iya, Aku rasa aku sudah pantas menjadi Ayah. Apalagi menjadi Ayahnya anak yang cantiknya seperti Casia ini,"ucap Lucas sambil menyatukan hidungnya yang mancung ke hidungnya Casia yang mancung. Casia dan Lucas tertawa bersamaan saat mereka menggesekkan ujung hidung mancung.

"Lihatlah, sampai tawa dan kebiasaannya mereka pun sama. Takdir memang tidak bisa ditipu,"Maria meremas pundak Felysia dan berkata lirih.

Hati Felysia bergetar melihat keakraban mereka. Satu tahun yang lalu Felysia memutuskan untuk bertanya langsung tentang Lucas ke Maria dan Edward.

Maria dan Edward pun bercerita dengan detail ke Felysia. Felysia kemudian memohon pada mereka berdua untuk tetap menjaga rahasia ini dan mengizinkan Lucas datang berkunjung untuk menemui Casia. Lagipula Felysia membutuhkan bantuan Lucas, karena Casia sering menangis jika tidak di gendong Lucas.

"Casia, ikut Nenek sebentar ya. Ada yang ingin Ayah dan Ibu bicarakan,"Lucas mencium pipi Casia dan menyerahkannya pada Maria

Maria menatap ke arah Felysia meminta persetujuannya. Felysia mengangguk sambil tersenyum.

Maria kemudian menggendong Casia pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bagaimana kabarmu?"tanya Lucas dengan senyuman lembut

"Bukankah setiap hari Kamu kesini dan menanyakan hal yang sama?"

"Apa pertanyaan ku membosankan?"

Felysia menggelengkan kepalanya.

"Apa Aku boleh bercerita padamu?"

"Tentang apa?"

"Tentang rahasia yang selama ini aku pendam,"

Felysia terdiam, dia takut kalau Lucas akan bercerita tentang hubungan satu malam mereka.

"Apa hubungannya rahasia mu denganku? Aku tidak perlu menceritakan rahasiamu ke sembarang orang,"

"Bagiku Kamu bukanlah orang lain dan Kamu ada bagian dari rahasiaku,"

Felysia berdiri berusaha menghindar dari Lucas. Lucas menarik lengan Felysia dan memeluknya dari belakang,"apa Kamu tidak merasakan hal yang sama seperti ku?"

"Merasakan apa?"

Lucas kemudian membalik tubuh Felysia dan memeluknya,"dengarkan jantungku. Bukankah berdebar sangat kencang,"

Felysia diam tidak menjawab.

"Tahukah Kamu, hanya Kamu lah, wanita yang membuat jantung berdetak secepat ini. Apa sampai ini Kamu masih belum menangkap maksutku?"

Felysia diam dengan wajah merah merona. Tidak bisa dipungkiri. Felysia sudah menyimpan perasaannya pada Lucas dari satu tahun terakhir ini. Alasannya bukan karena hubungan satu malam mereka, tapi karena Lucas selalu ada untuknya dan Casia. Perhatiannya yang tulus dan kelembutannya yang nyata, membuat dia sangat nyaman dan merasa terlindungi.

Lucas juga yang selalu membantu kegiatan anak-anak panti asuhan usai melakukan pelatihan kerja.

"Apa Kamu meminta ku untuk memberikan tambahan waktu?"

Felysia menggelengkan kepalanya.

Lucas tersenyum dan mengecup kening Felysia lalu memeluknya,"Aku mencintai mu Felysia, lebih dari apa yang Kamu bayangkan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!