Maria menunggu Felysia semalaman, sesekali dia mengusap keringat di dahi Felysia. Edward membuka pintu secara perlahan. Terlihat raut wajah yang kacau. Edward berjalan mendekati Maria,"apa yang sebenarnya terjadi?"
Maria berdiri dan mengajak Edward keluar kamar.
"Apa kata Dokter tadi?"Edward bertanya dengan hati-hati
"Dokter bilang, kandungannya masih bisa dipertahankan,"
"Maksud mu?Felysia hamil?"
Maria menjawab dengan anggukan kepala,"tapi, selama ini dia tidak mengalami gejala orang hamil. Dia tidak muntah-muntah dan mual, jadi aku tidak tahu kalau dia menyembunyikan kehamilannya,"
"Ini sungguh tidak masuk akal, dia pasti bersembunyi saat hendak muntah, mungkin dia berniat menyembunyikannya sampai melahirkan nanti,"
Maria menggelengkan kepalanya,"selain muntah orang hamil juga sensitif terhadap bau, tapi dia sama sekali tidak menampakkannya, hanya dia terlihat kurus dan lemas saja akhir-akhir ini. Biasanya kalau wanita hamil tidak mengalami gejala muntah-muntah, gejala itu akan dialami sang lelaki,"
"Maksudmu ayah dari si anak?"
Maria mengangguk,"apa akhir-akhir ini Tuan Muda mengalami hal yang aneh?"
Edward mengerutkan keningnya kemudian bibirnya terbuka dengan sangat lebar,"apa jangan-jangan,,,"
"Jangan-jangan apa?"tanya Maria penasaran
"Jangan-jangan penyakit aneh yang dialami Tuan Muda selama ini adalah kehamilan Felysia,"
"Maksud mu?"
"Tuan Muda akhir-akhir ini sering mual dan muntah saat makan, bahkan di depan makanan favoritnya. Dia juga sensitif terhadap bau parfum yang baru saja aku beli sampai aku di belikan parfum yang tidak mengganggu indra penciumannya. Dia juga lebih sensitif, bahkan akhir-akhir ini sering menangis gegara nonton drama, padahal selama ini dia tidak suka nonton drama
"Apa Tuan Muda ngidam juga?"
"Iya, hampir setiap hari dia minta mangga muda milik tetangga depan rumah,"
Maria hampir tertawa mendengar cerita Edward, dia bersyukur sekaligus merasa lega dengan apa yang dialami Tuan Muda.
Maria menahan tawa sambil melirik ke arah Felysia yang terbaring lemas,"syukurlah Tuan Muda yang merasakan kesusahan hamilmu, Nak,"saat mengucap itu, Felysia menggerakkan jemarinya. Dia perlahan membuka mata. Maria segera menghampirinya begitu pula dengan Edward
"Bagaimana keadaan mu, Felysia?"tanya Edward sedikit panik
Felysia mengedipkan mata perlahan tanda dia mulai membaik. Edward menghembuskan nafas lega. Maria tersenyum dan memegang jemari Felysia yang melemah.
"Kenapa Kami tidak cerita?"
"Bibi sudah tahu?"
Maria mengangguk dan tersenyum,"syukurlah Kamu dan janinmu dapat di selamatkan. Kalian bertahan dengan baik,"
"Maaf, sebenarnya Aku tidak ingin merepotkan kalian semua,"
"Apa Kamu berniat menyembunyikan semua ini sampai melahirkan nanti?"
Felysia tersenyum melihat wajah lucu Edward.
"Apa Kamu sama sekali tidak ingin mencari Ayahnya?"tanya Edward kemudian di cubit keras oleh Maria dan dipukul pundaknya dua kali,"aku bertanya demi anak yang akam dilahirkannya, apa salahku?"
"Itu pertanyaan yang sensitif,"
"Tidak apa-apa, Bibi. Paman benar, tapi Paman, Aku berniat akan merawat anak ini sendiri. Aku sama sekali tidak mengetahui status suamiku, siapa namanya, orang seperti apa dia dan seberapa inginnya dia mengharapkan kehadiran anak ini. Aku hanya ingin memberikan kehidupan keluarga yang utuh dengan penuh kasih sayang dimana aku yang akan jadi figur ibu sekaligus Ayahnya,"
Maria dan Edward mendengarkan dengan hati yang trenyuh. Mereka mengetahui kenyataannya tapi takut untuk mengungkapkannya. Mereka diam karena ini untuk keselamatan Felysia dan anaknya.
"Bibi, Apa aku boleh meminta sesuatu?"
"Katakanlah, akan Bibi kasih apa yang kamu minta, karena selama ini Kamu tidak pernah meminta apapun pada kami ataupun pimpinan panti asuhan terdahulu,"
Felysia diam sejenak lalu menghela nafas,"aku akan ikut pergi ke ibu kota temoat dimana anak-anak panti asuhan yang sudah dewasa akan melakukan pelatihan kerja selama 6 bulan,"
Edward dan Maria saling berpandangan. Mereka bingung harus menjawab bagaimana. Di satu sisi itu rencana yang bagus untuk menghindarkan Felysia dari Tuan Besar dan Tuan Muda yang ada disini, di sisi lain mereka bingung siapa yang akan menjaga Felysia disana sampai proses melahirkannya nanti.
"Boleh saja, tapi Kamu kesana harus didampingi seseorang, bagaimana menurut mu Edward? adakah seseorang disana yang Kamu kenal untuk menjadi teman Felysia disana?"
"Aku rasa Sherin dan Fernando cukup mampu menjadi teman Felysia. Aku akan menghubungi mereka sekarang juga,"
"Iya itu ide yang bagus, Kamu kenal dengan Serin kan Felysia? dia sebaya denganmu, waktu kecil kalian sering sekali bermain bertiga,"
Felysia mengangguk setuju,"iya, Terimakasih Bibi Maria, Paman Edward sudah mau mengabulkan permintaan ku,"
"Tidak perlu sungkan, permintaan mu tidak begitu sulit untuk Kami, benarkan Maria,"
"Iya, Berjanjilah pada Kami, Kamu harus senantiasa berhati-hati dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Ini adalah kehamilan mu pertama kali. Kalau butuh sesuatu bicaralah pada Sherin, dia cukup memiliki pengalaman dalam mendampingi orang hamil,"
"Benar, dia adalah seorang asisten bidan di ibu kota, pastinya dia sangat paham dalam merawat orang hamil dibandingkan dengan kami,"
Felysia tersenyum mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya,"sekali lagi terimakasih,"
Maria dan Edward hanya bisa tersenyum dan memeluk Felysia bersamaan.
***
Lucas tengah duduk melamun diantara gerombolan teman tongkrongannya. Teman-teman yang sedang asyik bermain dengan para wanita penghibur dan beberapa alkohol dimeja. Sebagian ada yang menyanyi dan tertawa terbahak-bahak mencela satu dengan yang lain.
"Oi, Lucas, ada apa denganmu?kenapa Kamu daritadi memegangi perut dan hidungmu?bahkan aku tawari minuman juga tidak mau?"
"Akhir-akhir ini aku sedang aneh, Roy,"
"Aneh kenapa?"
"Aku sering muntah-muntah di pagi hari, usai makan aku Muntahkan semua makanan itu, bahkan aku mudah sensitif dengan perasaan dan bau. Anehnya lagi aku selalu menginginkan mangga muda milik tetangga,"
"Apa maksudmu dengan mangga muda milik tetangga, jangan menggunakan kata kiasan yang ambigu donk,"
Lucas menjitak kepala Roy tidak terlalu keras, tapi Roy refleks mengeluarkan nama-nama hewan dikebun binatang.
"Aku serius, Woi,"
"Maaf-maaf, aneh sekali penyakit Kau ini, udah periksa ke dokter belum?"
"Sudah, tapi kata dokter tubuh ku kelampau sehat, tidak sakit apapun, dari cek lab sampai citi scan tidak ada masalah dalam tubuhku,"
"Eh, Bro jangan-jangan Kamu main wanita, terus salah satu wanita yang kamu tiduri itu sedang hamil, terus gejala hamilnya berpindah padamu karena kamu tidak bertanggung jawab,"ejek Denis mencuri dengar pembicaraan Roy dan Lucas
"Apa maksudmu bicara seperti pada seorang Tuang Muda nan suci,"teriak Roy tidak terima sahabatnya di cela.
Lucas diam sejenak, memahami perkataan Denis,"coba katakan sekali lagi,"pintanya dengan suara sedikit geram
Roy yang paham betul tabiat Lucas langsung menengahi,"tidak perlu Kamu pikirkan Lucas, Denis mungkin sudah mabuk jadi dia bicara ngelantur,"
"Apa maksudmu! ini kenyataan. Kakakku saja saat ini sedang mengalami hal serupa, karena Kakak iparku sedang hamil,"sanggah Denis menepis dengan kasar tangan Roy.
Lucas kemudian berdiri dan pergi meninggalkan Roy dan Denis.
Roy dan Denis saling berpandangan dan akhirnya melanjutkan kegiatan mereka daripada menyusul Lucas yang sudah jauh pergi.
Lucas berkali-kali menelpon Edward namun tidak diangkat teleponnya. Dia masuk ke mobil dan segera melajukan mobik dengan cepat menuju panti asuhan.
Di tengah-tengah perjalanan Kakek menelepon, menyuruhnya untuk pulang, tapi Lucas menolak.
"Pulanglah, Felysia, cucuku perempuan datang,"kata Kakek dari seberang telepon
Lucas menghentikan mobilnya dan mengatur kembali pikirannya. Saat ini dia hendak pergi menjemput Felysia tapi kenapa Felysia jadi cucu perempuan Kakek dan sekarang ada di rumah?
Lucas kemudian memutar kembali kemudinya dan berbalik arah. Kali ini dia melajukan mobilnya ke rumah gedongan di desa itu sambil berharap Felysia yang Kakek katakan adalah Felysia yang ingin dia temui.
Kakek sedang berhadapan dengan seorang gadis yang mengaku sebagai cucu perempuannya, Felysia.
Felysia yang sekarang ada dihadapan Sang Kakek bukan Felysia asli. Dia adalah Felysia yang dibawa Bibi Rugby untuk membohongi Sang Kakek, supaya tidak mencari-cari Felysia lagi.
"Apa Kamu yang membawanya kesini Rugby?"
"Iya, Kakek. Apa Kakek tidak percaya padaku?Dulu Felysia juga pernah bermain dengan Bibi kan? Bibi senang bisa menemukan mu lebih dulu,"kata Rugby dengan memeluk erat.
"Iya, Bibi,"Felysia palsu bali memeluk erat Bibi Rugby
Lucas membuka pintu depan tanpa mengetuknya. Dia berjalan dengan cepat dan segera memastikan tamu yang mengaku Felysia, cucu perempuan Kakek.
Betapa kecewanya Lucas saat mengetahui Felysia yang ingin dia temui bukan Felysia yang berada dihadapannya saat ini,"kamu bukan Felysia,"kata-kata itu spontan keluar dari mulut Lucas
Bibi Rugby terkejut dan berdiri menampar Lucas,"apa maksudmu tiba-tiba masuk, menuduhku membawa Felysia palsu. Lihatlah tes DNA yang aku bawa ini. 99,9% dia Felysia asli. Kamu tidak menghargai jerih payahku dalam menemukan keponakan ku sendiri?"
Bekas tamparan Bibi Rugby berhasil mewarnai merah pipi Lucas. Felysia palsu berusaha menarik tangan Bibi Rugby berakting melerai pertengkaran itu. Lucas mengepalkan kedua tangannya. Dia berbalik, menundukkan kepalanya pada Kakek dan pamit pergi meninggalkan mereka semua ke kamar.
Sang Kakek hanya bisa menghela nafas dengan berat.
"Lihatlah cucu asuh Kakek. Cucu adopsi aja sudah belagak jadi Tuan rumah disini!"teriak Bibi Rugby
"Hentikan ucapan mu, Rugby!"Kakek membentak anaknya
Rugby adalah menantu nya. Dia menikah dengan anak keduanya. Setelah anak keduanya meninggal Kakek memberikan sebuah toko untuk dia kelola tapi entah mengapa tiba-tiba dia membawa anak kakak nya yang telah lama hilang.
Kakek nampak berpikir keras. Rambut coklat dan mata birunya sangat mirip tapi garis wajahnya berbeda dengan anak pertamanya. Seingat Kakek cucu perempuan nya waktu kecil sangat mirip dengan Ayahnya yakni anak pertamanya.
Namun dia merasa kalah dengan bukti tes DNA yang Rugby bawa. Dia juga tidak bisa menolak dengan mentah-mentah gadis yang tengah duduk dihadapannya,"untuk saat ini, Felysia silakan istirahat dulu dikamar yang sudah disediakan. Rugby tolong bantu antar dia. Besok pagi kita akan adakan makan keluarga bersama di ruang makan untuk merayakan kembalimu ke rumah.
Rugby dan Felysia palsu membungkukkan badan, ijin meninggalkan Kakek. Mereka tersenyum jahat saat membelakangi sang Kakek, seakan puas bisa berhasil membodohi Kakek
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
2023-10-30
1