Lucas duduk disalah satu sudut ruang tunggu di sebuah toko dalam Mall. Sesekali dia mengomentari baju yang sedang dipilih Felysia (palsu) dengan tampang kurang menyenangkan. Felysia(palsu) cuek saja, karena yang terpenting dia bisa mengajak jalan orang tampan.
Lucas menunggu dengan bermain ponsel. Dia membaca semua laporan yang dikirim lewat email. Felysia(palsu) mendekati Lucas,"apa Kamu bosan?"
"Iya,"
"Kenapa?padahal berbelanja adalah kegiatan yang paling menyenangkan,"
"Itu bagi kaum hawa, tapi bagi para lelaki belanja adalah kegiatan paling banyak membuang waktu,"
"Ayolah, Sayang. Sesekali kita healing. Sesekali Kamu harus tahu cara menghabiskan uang, bukan hanya menghasilkan uang,"
Lucas mengerutkan keningnya. Dia sedikit heran dengan tingkah Felysia(palsu). Katanya dia hidup susah selama puluhan tahun, tapi begitu masuk ke Mall, dia seakan-akan tahu seluk beluk isi Mall disini.
"Aku jadi curiga, apa benar Kamu hidup susah selama ini?"tanya Lucas menyelidik
Felysia(palsu) menghentikan kegiatannya memilih-milih pakaian dan mendekati Lucas."Kamu tahu, aku sangat kesusahan. Ingin ini ingin itu tidak bisa mendapatkannya. Aku hanya bisa mengamati teman-teman ku yang berbelanja ini itu saat aku menemani mereka jalan-jalan,"
Lucas terdiam, dia menghindar sorot mata Felysia(palsu) yang memelas. Entah mengapa apa yang dilakukan Felysia(palsu) itu hanya akting, jadi Lucas susah untuk berempati terhadap nya.
"Kamu masih lama memilih-milih bajunya?"
"Iya?kenapa, Sayang?"
"Aku mau ke toilet dulu,"
Felysia(palsu) mengangguk dan tersenyum manis, namun Lucas tidak mengindahkannya lalu pergi tanpa membalas senyumannya.
Felysia(palsu) mendapatkan telepon dari Bibi Rugby,"halo ada apa Mami?kenapa telepon di saat aku sedang bersama Lucas?"jawab Felysia(palsu) dengan nada kesal
"Kamu harus senantiasa hati-hati dalam bertindak! Lucas itu orang yang sangat peka. Jika kamu ketahuan tamatlah riwayat Mami!"
"Pokoknya Mami tenang saja. Tidak akan ada yang tahu kalau aku itu anak Mami. Anakmu ini terlahir jadi anak yang pintar membaca situasi. Jadi, Mami yang tenang ya. Percayakan semua padaku,"Felysia(palsu) langsung menutup telepon dan kembali memilih-milih baju kesukaannya.
Di tempat lain Lucas berjalan-jalan di Mall dengan perlahan. Dia memang sengaja mencari alasan ke Toilet, tapi sebenarnya dia sangat bosan menunggui Felysia(palsu) berbelanja. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling toko-toko pakaian di Mall.
Tidak disangka dia melihat sosok Edward dengan seorang wanita seumuran Edward berjalan masuk ke toko pakaian anak, tanpa sadar Edward berjalan mengikuti mereka.
"Aku sudah tidak sabar lagi menimang cucu,"
"Iya Edward, pasti anaknya Felysia akan lahir dengan sempurna. Kalau terlahir cewek dia akan lahir dengan cantiknya seperti Mama nya dan kalau terlahir laki-laki dia akan terlahir tampan seperti ayahnya,"
"Iya benar, Maria. Mereka sungguh Pasangan yang serasi, tapi sayang mereka tidak saling mengenal,,,"
"Edward,"sapa Lucas menyela ditengah-tengah pembicaraan mereka berdua
"Tu-Tuan Muda,"Edward menjawab dengan sedikit gagap karena terkejut
"Kalian sedang berbelanja baju anak-anak ya? buat siapa?"
"Ah ini, Kami hanya berkeliling Mall hanya untuk melihat ini itu saja. Tidak ada yang penting,"
"Tapi, tadi aku mendengar kalian menyebutkan nama Felysia apa aku salah dengar?"
Keringat dingin mengucur di dahi Edward dia bingung harus menjawab bagaimana. Maria yang melihat itu langsung mengambil alih pembicaraan,"iya, Anda tidak salah dengar. Ada apa? apa Anda mengenal Felysia?"
Lucas tidak menjawab, dia bingung harus menceritakan darimana asal muasal dia bisa kenal dengan Felysia,"bagaimana keadaan nya?"
"Dia baik-baik saja, ada seseorang yang melindungi nya disana, lumayan dapat mengurangi rasa khawatir Kami,"
"Memangnya Felysia kemana?"
"Lucas,,,"panggil Felysia(palsu) dengan kerasnya. Wajah Lucas memerah, semua mata tertuju padanya.
Maria yang kesal melihat Lucas sedang jalan dengan seorang wanita di sebuah Mall langsung nyeletuk,"dimanapun Felysia berada, Kami bisa mempercayakan keselamatannya pada pemuda itu,"Maria pergi dengan menarik lengan Edward kuat-kuat.
Edward yang bingung harus bagaimana hanya bisa membungkuk kikuk sebelum benar-benar pergi meninggalkan Lucas.
Bagai tersambar petir di siang hari. Mendengar Felysia sedang bersama laki-laki lain, membuat dirinya marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Lucas ingin menyusul Maria dan Edward, namun lengannya ditahan Felysia(palsu).
"Kamu kenapa sih tarik-tarik lengan aku?Aku minta tolong padamu untuk lepaskan tanganku,"
"Tidak mau, nanti kalau aku lepaskan Kamu pergi tanpa kata-kata lagi. Ijinnya ke kamar mandi tapi ini sudah jauh dari kamar mandi,"
Lucas merasa panas di sekujur tubuhnya. Dia merasa ingin marah tapi disana tempat umum,"sekarang tolong ikuti kata-kata ku selama Aku bicara baik-baik,"
Felysia(palsu) merasa takut dengan perubahan raut muka Lucas yang garang.
"Aku katakan padamu, saat ini aku bukanlah orang pengangguran yang bisa seenaknya saja kamu bisa tarik kesana kemari. Maaf aku harus pergi, ada pekerjaan yang harus segera aku kerjakan,"
Felysia(palsu) melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan Lucas pergi dengan perasaan kecewa.
***
Felysia membongkar pakaian yang dia bawa dan memindahkan nya di lemari. Hari ini, hari pertama Felysia, Sherin dan Fernando pergi ke ibu kota bersama anak-anak panti yang akan memulai pelatihan kerja besok.
Fernando memasang wajah dingin sedang Sherin sejak tadi asyik mengobrol dengan Felysia,"Sherin, apa aku ada salah dengan kakakmu?"tanya Felysia sedikit berbisik
Sherin menggelengkan kepalanya dan balik berbisik,"besok aku tanyakan, Kak. Aku juga heran, dulu Kak Fernando begitu lengket dengan Kak Felysia, tapi kenapa sekarang jadi pendiam seperti ini?"
Tiba-tiba ponsel Sherin berdering. Sherin berdiri dan membungkukkan badan ke Felysia, izin untuk mengangkat telepon di luar.
Felysia mengangguk dan melirik ke arah Fernando yang tetap diam membisu sembari menata-nata perabotan.'Kenapa Kamu meninggalkan ku sendiri dengan Fernando. Aku kan jadi berada di posisi canggung'batin Felysia dengan wajah hampir menangis.
Felysia mencari-cari kotak untuk meletakkan barang-barang yang belum mau dipakai. Dia melihat kotak besar berada di atas lemari. Dia berdiri dan berjalan ke arah lemari.
Fernando mengamati gerak-gerik Felysia dengan waspada.
Felysia berjinjit untuk meraih kotak tersebut namun tangannya tidak sampai, Fernando berjaga di belakangnya dan meraih pundak Felysia.
"Hati-hati, Kamu kan sedang hamil. Apa Kamu sama sekali tidak memikirkan keselamatan mu sendiri?"ucap Fernando
"Ma-Maaf,"Felysia segera menjaga jarak dari Fernando yang terlihat marah
"Kak Fernando!"teriak Sherin,"kenapa, Kak Fernando tidak bisa berkata sedikit lembut dengan Kak Felysia?"
Fernando melengos dan mengambil kotak itu lalu meletakkannya di depan Felysia.
"Lainkali, minta tolong jika memang Kamu tidak bisa meraihnya,"Fernando pergi setelah berkata seperti itu pada Felysia
"Maaf ya, Kak Felysia. Biar aku kejar Kak Fernando,"
"Tidak perlu. Benar kata Fernando, aku yang salah,"
Sherin menghela nafas, dia menyuruh Felysia untuk duduk dan bergegas mengejar Fernando.
"Kak Fernando! Berhenti!"Perintah Sherin
Fernando berhenti dan berbalik,"apa?"
"Kak Fernando ada masalah apa sih dengan Kak Felysia? kenapa Kak Fernando bersikap dingin dan kasar dengan Kak Felysia. Bukannya Kakak begitu mengaguminya?"
"Sekarang sudah tidak. Wanita yang aku kira bisa menjaga kesuciannya sampai menikah nanti, ternyata sama saja dengan wanita lain,"gumam Fernando terdengar lirih namun Sherin dapat mendengarnya
Sherin menampar Fernando sekuat tenaga. Fernando memegangi pipinya yang memanas,"apa maksud mu menampar ku, demi wanita ja,,,"
Sherin menampar Fernando sekali lagi.
"Kamu berani ya sama Kakak,"Fernando mengangkat tangannya namun tangan itu ditahan oleh Felysia
"Hentikan pertikaian kalian. Fernando, mari bicara denganku. Sherin tolong bantu anak-anak untuk persiapan pelatihan besok,"perintah Felysia
"Tapi Kak,,,"Sherin hendak menolak namun Felysia dengan cepat menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Sherin akhirnya pergi meninggalkan Fernando dan Felysia berdua,"Kak Fernando jangan macam-macam sama Kak Felysia ya, lawannya aku,"Sherin menunjuk-nunjuk Fernando.
Fernando acuh tak acuh mengalihkan pandangan ke arah lain.
Felysia membelakangi Fernando,"kamu boleh pergi sekarang,"
"Bukannya Kamu mau membuat pembelaan?"
"Aku tidak perlu menjelaskan apa yang tidak ingin Kamu dengar kan. Kamu sudah memiliki asumsi sendiri tentang ku, jadi nilai lah aku sesukamu,"
"Apa Kamu akan terima aja jika di salah pahami seseorang?"
"Aku akan bercerita jika orang itu sudah tidak salah paham dengan aku,"
Fernando pergi meninggalkan Felysia sendiri. Dia mendengar semua yang diperdebatkan Fernando dan Sherin tadi, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah tidak memiliki tenaga untuk menjelaskan. Dia mengelus-elus perutnya yang mulai keram.
Sherin menunggu Fernando dikamar nya.
"Mau apalagi?"tanya Fernando kesal
"Kak Felysia tidak salah apa-apa. Kak Felysia di jebak Paman Richard. Jika Kak Fernando menyalahkan Kak Felysia karena jebakan Paman kita, Kak Fernando termasuk orang yang tidak punya hati,"
"Apa maksudmu?"Fernando mencengkeram kedua pundak adiknya itu dengan tatapan penuh amarah.
Sherin menepis tangan Fernando dan mulai bercerita kisah pilu Felysia ke Fernando.
Setelah mendengar cerita Sherin panjang lebar, Fernando langsung menjatuhkan diri ke lantai. Tatapannya kosong dan pikirannya melayang entah kemana. Dia tersadar dia telah marah pada orang yang seharusnya dikasihani. Dia sangat menyesal, tanpa sadar air matanya jatuh.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang Sherin. Felysia pasti membenciku,"
"Tidak Kak, Kak Felysia orang baik. Dia pasti mau mengerti kalau Kak Fernando hanya salah paham,"
"Kamu tidak tahu, betapa kasarnya tadi aku bicara padanya,"
Sherin diam, dia tahu betul orang seperti apa Fernando.
Keesokan harinya Fernando berlutut di hadapan Felysia. Dia meminta maaf dengan manahan air mata, karena akan sangat malu kalau dia menangis didepan orang yang disukainya.
Felysia tersenyum lega, kesalah pahaman itu terselesaikan dengan baik.
Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan perlakuan Fernando ke Felysia semakin manis. Dia begitu menjaga Felysia dan bayi yang ada dikandungannya. Dia sama sekali tidak membiarkan Felysia melakukan pekerjaan berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments