Dendam Mafia Culun (Lin Chun Song)
Siang itu, di sudut kota Yichang...
Seorang remaja terbujur tak berdaya mendapat perlakuan semena-mena dari ke 5 kawan yang tengah asyik melakukan perundungan terhadapnya.
Kacamata milik pemuda tersebut jatuh, Yu Jin, salah satu dari pemuda yang menyerangnya dengan cepat menginjak benda tersebut hingga hancur, dan ke 4 kawan lainya tampak senang menertawakan Lin Chun Song dalam ketidak berdayaan yang tengah ia rasakan.
"Payah!" cibir Yang Peng dengan sinisnya, Zhou Ming menendang perut Asong yang penuh dengan lemak.
Asong menunjukan penderitaan yang sangat memperihatinkan akibat perlakuan buruk ke 5 kawannya tersebut.
Ia mencoba bangkit berkali-kali. Namun, aksinya selalu di gagalkan oleh mereka.
"Kenapa kalian tega sekali?" isaknya sambil menyeka deras air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya yang gembil.
Tiba-tiba terdengar derap langkah kaki, seseorang dengan gagah berani memberikan lontaran kalimat peringatan terhadap para pemuda tersebut.
"Hei...hentikan perbuatan kalian!" teriaknya, ke 5 pemuda bar-bar itu langsung melirik secara serentak kearah sumber suara.
Seorang pria yang usianya lebih matang dari mereka dengan penuh tekad, berani menghentikan aksi tak terpuji yang sedang berlangsung.
Lantas hal itu tak membuat Yu Jin dan ke 4 kawannya gentar, mereka tertantang di buatnya.
"Mau jadi pahlawan kau ya?!" Yu Jin menatapnya dengan garang dan seringai terbit di sudut bibirnya.
Pria tersebut mengamati gerak tubuhnya dengan kedua mata yang memicing penuh tantangan, lalu menunjuk ke 5 nya.
"Kau, kau, kau, dan kalian semua adalah pengecut! Berani-beraninya kalian menindas orang lemah seperti si gendut itu!" ujar pria berusia 40 tahunan itu.
"Lalu? Apa urusannya denganmu?!" tanya Liu Er penuh tantangan.
"Lawan aku!" tantang pria bernama Zhou Jie Lun atau sering di sapa (Jay) kepada ke 5 pemuda bar-bar tersebut.
Kelimanya tampak saling lirik satu sama lain, seakan menyanggupi ucapan Jay.
"Baik, siapa takut! Meski kau jauh lebih matang dan dewasa dari kami, jangan kau pikir kami akan mundur!" Yu Jin maju paling depan sambil memasang ancang-ancang dengan tangan kosong, dan ke 4 lainnya menggenggam masing-masing sebilah kayu kokoh.
"Letakan benda itu! Aku tak ingin melihat ada kecurangan diantara kalian! Kita bertarung dengan tangan kosong tanpa memegang senjata apapun!" teriak Jay dengan lantangnya, ke 4 kawan Yu Jin meletakan balok kayu tersebut, lalu mengangkat tangan mereka secara serentak, setelah itu bertepuk tangan dengan wajah mengejek kearah Jay.
Yu Jin sebagai ketua geng, ia maju terlebih dulu melawan Jay, dengan penuh semangat yang membara Jay mampu melumpuhkan serangan yang di berikan Yu Jin tanpa cedera sedikitpun, dan Yu Jin harus menerima kesakitan yang bertubi-tubi.
Ke 4 kawan lainnya tak terima melihat penderitaan Yu Jin, mereka memutuskan untuk memberi serangan secara serentak kearah Jay dari berbagai sudut.
Dengan keahlian bela diri yang dikuasai olehnya, mereka dengan mudah terkalahkan.
Jay mengangkat tubuh Liu Er, lalu memutarnya membuat tubuh ke 3 kawannya terbanting tak beraturan.
Setelahnya ia melempar tubuh Liu Er ke sembarang arah tanpa belas kasihan, mereka mengalami pendarahan dan cedera yang cukup serius di beberapa bagian tubuh.
Terdengar erangan dan rintihan saling bersahutan, pada akhirnya mereka menyerah dan mengakui kehebatan Jay.
"Apa kalian masih berani menantangku, hah?!" Jay kembali menyoroti wajah-wajah tak berdaya itu satu-persatu.
"Ampun paman, ampun!" jawab Yu Jin yang sudah babak belur.
"Maafkan kesalahan kami, paman," timpal Zhou Ming, dan ke 3 kawan lainnya turut meminta pengampunan dan kata maaf.
"Jangan meminta maaf padaku, tapi meminta maaflah padanya!" Jay menunjuk Asong yang saat itu tengah terduduk sambil menahan rasa sakit di anggota tubuhnya karena ulah mereka.
Yu Jin dan ke lima kawan lainnya serentak meminta maaf kepada Asong meski dengan keterpaksaan. Asong yang masih menahan dongkol, ia menandai wajah kelimanya, sambil memicingkan kedua mata.
Setelah itu, Yu Jin dan kawan-kawannya langsung bergegas pergi, mereka tak ingin mencari perkara lagi dengan Asong yang berada dalam lindungan Jay.
Asong bangkit dari duduknya, ia tertunduk di hadapan Jay saat ini.
"Terimakasih, paman, karena kau sudah mau menolongku," ucap pemuda bertubuh gempal itu, Jay menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Aku bisa mengubahnya!" batin Jay, ia melihat potensi yang ada pada diri Asong.
Jay tahu, ia sering melihat pemuda itu berjalan sendirian melewati markasnya.
Ia kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang-orang, sering di manfaatkan, bahkan ia sering mendapat hinaan dan caci maki dari para gadis seusianya, karena fisiknya yang tak menarik.
Hal itu membuat Jay tergerak hatinya untuk melindungi Asong, dan kali ini ia memiliki rencana untuk mengubah Asong.
"Hei gendut, mau sampai kapan kau di perlakukan seperti ini, hah?!" Jay berkaca pinggang sambil membelalakan kedua matanya dengan garang, Asong tertunduk dan menggeleng, lalu kembali terisak.
"Jangan cengeng! Kau ini laki-laki!" bentak Jay, Asong hanya bisa menelan saliva dengan susah payah.
"A...aku memang pecundang, paman, aku lemah, aku gampang dimanfaatkan, sebaiknya aku mati saja, hajar saja aku, paman!" Asong berlutut di hadapan Jay.
Ia benar-benar merasakan keputus asaan yang luar biasa, bahkan ia kerap kali mencoba untuk melukai dirinya sendiri saking merasa tak di hargai, terlebih ia hidup sebatang kara, kedua orang tua Asong sudah lama pergi di saat tragedi bencana alam menerjang beberapa tahun silam.
Asong merupakan putra tunggal seorang konglomerat, ia tak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Hidupnya sejahtera, loyal, dan apapun biasa ia dapatkan dengan mudah.
Namun, setelah kepergian orang tuanya, seluruh harta dan asetnya di rampas oleh sang Bibi, hingga kini Asong hidup lontang lantung tak tentu arah tujuan.
Ia hanya dijadikan alas oleh anggota genk jalanan, mereka selalu bertindak tak patut padanya.
Mereka memperlakukan Asong laiknya seekor anjing peliharaan.
"Aku yakin, kau pasti bisa membalaskan semua rasa sakit hatimu pada orang-orang yang sudah menindas dirimu!" Jay menepuk kasar pundak Asong, pemuda gendut itu hanya bisa mengangguk sambil menghela napas kasarnya berulang kali.
"Ya mungkin kalau aku bisa sehebat paman, tetapi aku tak bisa seperti paman!" balasnya, Jay terkekeh mendengar ucapannya.
"Siapa bilang kau tak bisa sepertiku? Kalau kau mau, aku bisa saja mengubahmu dari kucing jalanan menjadi singa yang garang," kata Jay, Asong terkejut mendengar ucapannya.
"Apakah paman serius? Paman bersedia membantuku supaya aku kuat dan tangguh sepertimu?"
"Ya!" jawab Jay mengangguk dengan pasti, dan wajahnya terlihat serius.
"Ayo, ikutlah denganku!" ajak Jay, Asong membuntutinya dari belakang.
Mereka berdua berjalan menyusuri jalanan perkotaan.
Jay bak penguasa wilayah, semua yang berpapasan dengannya tunduk dan memberi hormat.
Asong berada di belakangnya, ia tahu Jay bukanlah orang sembarangan.
Jay membawanya ke sebuah markas, keadaannya begitu gelap gulita.
Jay bertepuk tangan, lampu-lampu itu menyala dengan sendirinya.
Beberapa anak buah yang menjadi kaki tangan Jay menunduk dan memberi hormat padanya.
Asong di buat takjub melihat isi ruangan tersebut, semuanya terkesan mewah dan classy.
Barang-barang yang berharga fantastis, beberapa alat perjudian, botol-botol minuman keras dengan merek ternama.
Terang saja, sebagai ketua anggota Mafia, ia mendapatkan semua itu dengan jalan sesat.
Mereka kerap kali melakukan perampokan, pemerasan, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya yang jelas melawan hukum, tetapi mereka memiliki rasa peduli dan empati yang besar terhadap kaum lemah dan miskin untuk memenuhi hak-hak mereka sebagai rakyat kecil yang tertindas, dan terasing, hidup dalam ketidak adilan, Jay beserta anggotanya menggunakan cara kotor untuk mengatasi itu semua.
Mereka menjadi seperti itu bukan tanpa sebab, Jay dan anak buahnya memiliki riwayat masa lalu yang kelam, tak berbeda jauh seperti apa yang di alami oleh Asong saat ini.
Jay tertawa dengan suara yang menggelegar ketika ia mendapatkan Asong, secara otomatis Asong di rekrut menjadi anggotanya, meski harus melalui proses yang cukup panjang.
Jay tak ingin ada yang ditutup-tutupi di hadapan Asong, tiap kali ia bertanya tentang semua harta yang di dapatkan Jay, dengan jujur Jay menjawabnya.
Asong merasa tindakan Jay kurang patut, meski tujuannya baik tetapi beresiko besar dan tentunya sangat berbahaya.
"Sudahlah, kau tak usah menggurui aku! Kau bocah tahu apa?!" Jay berusaha mengiming-imingi Asong dengan kemewahan, dan potensi yang akan ia peroleh jika Asong menyetujui usulnya untuk menjadi salah satu anggotanya.
Asong menggelengkan kepala, ia menolak secara terang-terangan untuk menjadi anggota Jay.
Dengan cepat Jay menendang tubuhnya hingga jatuh tersungkur mengenai lantai.
"Sam, kurung dia!" titahnya kepada salah satu anak buahnya.
"Siap Tuan!" Sam di bantu 2 orang lainnya menyeret tubuh Asong, lalu menyekapnya di sebuah ruangan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments