Singkat cerita...
Asong kini menjalani hari pertama kuliah, ia mengambil jurusan manajemen bisnis.
Pulang pergi dirinya selalu di kawal oleh beberapa anak buah, apapun kebutuhannya dapat terpenuhi tanpa kekurangan sesuatu apapun.
Ia pandai bermanipulasi, tak ada satu orangpun yang mencurigai jika ia adalah seorang ketua Mafia yang paling berbahaya di Negaranya
Asong yang semula bertubuh gendut, jelek, dan di penuhi dengan jerawat di wajahnya, kini tumbuh menjadi sosok yang di gilai banyak wanita.
Namun, sayang, tak ada satupun yang mampu menarik perhatiannya, Asong menjadikan semua itu untuk hiburan semata.
Asong mampu mempertahankan image ganda dalam kehidupannya sehari-hari. Di kampus, dia adalah mahasiswa yang cerdas, menarik, dan karismatik, serta aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, termasuk organisasi yang berhubungan dengan kemanusiaan.
Para sahabat sangat mengagumi sosok dirinya dan ia menjadi salah satu mahasiswa paling populer. Tapi di balik semua itu, dia adalah sang pemimpin Mafia yang di juluki dengan tangan besi.
"Hai Asong," sapa para wanita yang mencoba merayunya, tak sedikit pula yang menawarkan diri untuk menjadi patner cinta satu malam, tetapi ia sama sekali tak tergiur untuk melakukan itu meski mereka bertelang-jang di hadapannya sekalipun.
Hingga takdir kembali mempertemukan Asong dengan Shaly, gadis yang pernah menghina dirinya.
Shaly tumbuh menjadi wanita nakal dan bi-nal, bahkan ia bekerja di tempat hiburan malam.
Ketika Asong dan beberapa anak buahnya berkumpul, terutama setelah operasi besar yang sukses, mereka sering merayakannya dengan minuman tequila.
Mereka mengangkat gelas, dan tertawa bersama. Meskipun image penjahat melekat pada diri masing-masing, tetapi mereka juga manusia biasa yang terkadang memiliki selera humor ketika tengah berkumpul bersama.
"Tuan, Kau lihat wanita yang mengenakan baju merah itu?" Lu Han menepuk pundak Asong lalu menunjuk kearah objek yang ia lihat di sudut keramaian sana, membuat Asong menoleh dan terkesima.
"Sepertinya aku sudah tak asing lagi dengan wajahnya," batin Asong, seketika pikirannya flashback beberapa tahun lalu.
"Ya, aku ingat betul dia adalah Shaly." Asong melempar seringainya, ia ingin memberi pembalasan kepada Shaly.
Asong beranjak dari duduknya, kemudian ia berjalan melalui wanita berpakaian seksi itu.
Shaly sudah lupa dengan wujud dan wajah Asong, ia melihat sosok pria tampan yang berjalan kearahnya.
Kedua matanya seakan tak mampu berkedip barang sedikitpun, senyuman menggoda terbit dari sudut bibirnya.
"Hai tampan," sapanya, Asong mendelikan mata kearahnya, lalu berhenti tepat di depan Shaly berdiri saat ini.
Asong menjelaskan siapa dirinya di hadapan Shaly, berikut kata-kata tak patut yang pernah di lontarkan olehnya kepada Asong.
"Oh, jadi kau bocah gendut dan jelek itu?" Shaly berusaha menebak, Asong mengangguk dengan gerakan angkuh.
"Ya, itu aku!" jawab Asong dengan mantap membuat Shaly tercengang tak percaya.
"Ha...?" Shaly membuka mulutnya lebar-lebar, matanya membelalak, ia menatap penampilan Asong dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu menggeleng seakan sulit di percaya dengan transformasi Asong yang luar biasa.
"A...a...aku tak percaya! Kau jangan berbohong!" Shaly tergagap sekaligus terpesona melihat pria tampan dan keren yang pernah ia hina saat masih beranjak remaja.
"Terserah, kau mau percaya atau tidak!" kata Asong, ia menatap penampilan Shaly. "Oh, jadi sekarang kau seorang wanita penghibur, ya?" sambungnya sambil melempar seringai tajam.
Shaly sudah tak peduli siapa pria yang ada di depannya saat ini, Shaly tetap berusaha menggodanya.
"Ya, kau benar, apa kau membutuhkan jasaku, Tuan?" tawarnya sambil meletakan lengan di bahu Asong, lalu mengitarinya.
Asong reflek menyingkirkan lengan wanita itu, dan melempar ludah tepat di hadapannya sebagai upaya pembalasan.
"Jangan harap! Aku sedikitpun sudah tak tergiur kepadamu, apa lagi sampai menyentuhmu!" Asong merasa puas melontarkan kalimat itu dengan lantang, lalu ia beranjak pergi.
"Asong!!!" Shaly kembali memanggil, tetapi, Asong enggan menoleh.
"Ayo, kita pergi dari sini!" ajak Asong kepada anak buahnya yang terdiri dari beberapa orang, sementara sisanya berada di markas.
"Tuan, kenapa kau tak ingin mengencaninya?" tanya Lu Han heran padahal Shaly merupakan seorang primadona kelas atas di tempat tersebut.
Asong memutar kedua matanya malas, lalu ia mencibir, "Lagian untuk apa aku bermain dengan ja-lang seperti dia?!" Asong kini berada di atas motor gedenya dan siap untuk memacu kuda besi itu.
"Sepertinya Tuan tak pernah menyentuh seorang wanita," tuturnya lagi, Asong menggeleng tak habis pikir dengan ucapan Lu Han.
"Sudahlah, kau ini tahu apa tentang kesenanganku! Bukan aku tak mau, aku juga pria normal, hanya saja aku tak ingin melakukannya hanya untuk kesenangan semata!" papar Asong, dan Lu Han cukup puas mendengar jawabannya, kini mereka bergegas.
Asong dan anak buahnya berkendara bak raja jalanan, mereka saling pacu satu sama lain seperti berada di lintasan balap, Adrenalin mengalir dalam darah.
Kini Asong berada di barisan paling depan, ia tak menyadari bahaya yang mengintai.
Saat itu Sam yang berada di dalam mobil, ia melihat pergerakan Asong.
Sam yang sudah keluar dari keanggotaan, ia menjadi pemimpin baru dalam kelompoknya, yang di beri nama Black Dragon.
Ia begitu dendam terhadap Asong, karena Jay sangat mempercayainya.
"Asong, lihat saja nanti, apa yang akan aku perbuat kepadamu!" batin Sam dengan tatapan penuh ancaman terhadap Asong di balik kaca mobil yang terlihat hitam dari luar.
...
Asong kembali ke markasnya, markas yang begitu mewah dengan segala fasilitas di dalamnya.
Beberapa anak buahnya ada yang tengah bermain bilyard, berjudi, mengobrol dan lain sebagainya.
Setelah mengetahui kepulangan Asong, mereka serentak menghentikan aktifitas masing-masing, dan langsung memberi hormat padanya.
"Selamat sore, Tuan!" sapa mereka, Asong hanya melempar senyum tipis sambil melempar tas nya ke sembarang arah.
Asong merasa bangga melihat dedikasi dan penghormatan anak buahnya. Ia mengambil tempat di tengah-tengah mereka dan mulai berbicara.
"Kalian tahu kan apa tugas kita hari ini?" tanyanya, semuanya mengangguk.
"Ya Tuan, malam ini kita akan kembali beroperasi," jawab Chen Lie mewakili lainnya, Asong mengangguk.
"Bagus! Kita harus tetap waspada, incaran kita adalah perusahaan-perusahaan besar yang melakukan kecurangan!" kata Asong dengan tegas dan berani.
Anak buah Asong yang setia siap mengikuti perintahnya. Mereka tahu bahwa Asong adalah pemimpin yang peduli terhadap mereka dan masyarakat kecil di luar sana.
Meskipun mereka memiliki citra sebagai mafia kejam. Namun, memiliki hati yang baik dan berusaha membawa keadilan di dunia gelap mereka.
Sore itu mereka tengah latihan tembak menembak, Asong cekatan dalam melatih mereka seakan ilmu yang di berikan Jay sudah ia kuasai dengan baik.
Asong dengan gesit memperbaiki teknik menembak setiap anggota kelompoknya, memastikan bahwa mereka siap untuk menghadapi situasi dan kondisi apa pun yang mungkin terjadi dalam aksi malam nanti.
"Ingatlah, ketepatan adalah kunci. Jangan sia-siakan peluru dan pastikan kalian fokus pada sasaran," kata Asong dengan tegas, memberikan arahan kepada anak buahnya, mereka semua mengangguk.
"Baiklah, Tuan."
Malam itu, mereka bersiap-siap untuk melaksanakan aksi dengan keahlian dan persiapan yang matang.
Seperti biasa, mereka selalu mengenakan topeng untuk menutupi indentitas.
Semuanya keluar dari dalam markas dengan penuh kehati-hatian dan langkah waspada.
Asong berada di barisan paling depan sebagai pemimpin.
Mereka menjalankan berbagai aksi yang mendebarkan ketika tiba di perusahaan tersebut.
"Aku musti merampok di perusahaan ku sendiri, ini sangat konyol!" batin Asong, ketika menyadari ternyata perusahaan tersebut adalah milik almarhum kedua orang tuanya yang di rebut paksa oleh sang Bibi, kini namanya telah di ubah.
Jika mengingat itu, Asong menahan amarah, ingin rasanya membalas perbuatan sang Bibi yang telah merebut haknya.
"Aku harus mengambil kembali apa yang menjadi milikku!" batin Asong yang geram.
Asong merasa sentimen melihat bagaimana bisnis keluarganya diambil alih secara tidak adil. Walaupun dalam keadaan emosi, ia tetap menjalankannya dengan profesional.
Asong berhasil mengambil dokumen-dokumen yang membuktikan kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, yang merupakan bagian dari rencana balas dendam Asong terhadap kejahatan sang Bibi.
"Akan aku ambil alih!" batin Asong dengan tekad yang kuat, saat dokumen-dokumen penting sudah berada di tangannya, Asong bisa tersenyum puas.
"Kita sudah berhasil, kawan!" ucap Asong ketika mereka keluar dari gedung perusahaan tersebut dengan dokumen berharga yang Asong genggam saat itu. Tugas mereka selesai dengan aman tanpa komplikasi berarti.
Malam itu, semuanya kembali ke markas dengan rasa puas, tahu bahwa mereka telah memberikan hukuman yang pantas kepada mereka yang bersalah.
Setelah beberapa saat, Asong merapikan dokumen-dokumen tersebut dan memutuskan bahwa esok harinya ia akan menghubungi seorang lawyer untuk memulai langkah hukumnya. Asong tahu bahwa ini adalah awal dari perjuangan untuk merampas apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Seketika air matanya mengalir ketika mengingat masa kecilnya, dimana saat kedua orang tuanya masih hidup.
Ayah Asong, adalah seorang pemimpin yang sangat adil dan di hormati, Ibu Asong adalah seorang wanita yang setia.
Asong merasa bangga memiliki kedua orang tua seperti mereka.
"Aku ingin seperti Ayah, dan aku ingin memiliki seorang Istri yang setia seperti Ibu," harap Asong dalam diamnya.
Tekadnya membulat, ia memang harus merebut kembali perusahaan itu dari tangan orang tamak seperti Bibi dan mungkin sepupunya juga terlibat.
"Dasar serakah!" batin Asong yang merasa geram terhadap tindakan Bibinya.
Malam itu, Asong tidur dengan pikiran yang lebih tenang dari biasanya, mengetahui bahwa dia sedang bergerak menuju tujuannya yang mulia, untuk membawa keadilan dan menjaga nama baik keluarganya.
Dalam tidurnya, Asong bermimpi bertemu dengan kedua orang tuanya.
Mereka tersenyum dan berterimakasih padanya karena apa yang seharusnya menjadi miliknya akan kembali.
"Ayah, Ibu, jangan pergi!!!" Asong terbangun dengan kondisi berkeringat yang mengucur di seluruh tubuhnya, napasnya terengah-engah.
"Astaga, ini hanya mimpi, tetapi aku merasakan semua ini seperti nyata, mungkin karena aku sangat merindukan mereka." Asong terisak, bukan karena ia lemah, karena ia begitu merindukan kedua sosok yang sangat dicintainya.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Dream Sky
weh jadi glow up😏
2023-10-05
1