Kung Fu & Karate

Sampai akhirnya, Asong beserta anak buah memutuskan untuk kembali ke mansion dengan emosi yang masih bersarang karena belum sempat menemukan Sam.

"Dasar keparat!" umpat Asong dengan dada yang terasa sesak karena emosinya tak bisa tersalurkan. Namun, di satu sisi ia sangat membutuhkan kehangatan istrinya, Lusi.

Saat tiba di mansion mewahnya, Asong mencari-cari wanita terkasihnya, tetapi ia tak menemukan keberadaan wanita cantik itu, lantas ia panik, ia takut jika Lusi melarikan diri.

"Dia kemana?" tanya Asong pada pelayan Rui, wanita paruh baya itu tersenyum.

"Dia sedang berada di dapur, Tuan," jawabnya santai, Asong kali ini bisa bernapas lega mengetahui hal itu.

Asong berlari kecil menuju dapur, dari jarak beberapa langkah, ia mencium bau masakan yang menggugah selera.

Ia melihat punggung wanita yang sangat di cintainya itu, tampaknya ia tengah berjibaku seorang diri sambil bersenandung riang gembira.

Asong mengulas senyum tipis, lalu menghampirinya secara mengendap-ngendap tanpa menimbulkan suara.

Saat ia mendekati Lusi, dengan cepat, Asong melingkarkan kedua lengan kekarnya di pinggang ramping gadis itu.

Lusi sedikit kaget dengan kehadiran suaminya, ia langsung memukul lengannya dan berbalik.

"Kau ini bikin aku jantungan saja!" kata Lusi kesal, tetapi kedua tangannya masih bekerja memotong sayuran dan juga daging untuk hidangan makan malam mereka.

"Kau sedang masak apa, sayang? wanginya harum sekali," tanya Asong, rasa ingin mencicipi hasil masakan istrinya.

"Aku sedang masak Char Siu, dan sayur brokoli, aku harap kau suka," ujar Lusi sambil tersenyum manis. Ia tahu kesukaan Asong dari pelayan Rui, sehingga ia memasakan makanan khas tersebut.

Asong masih merengkuh tubuh istrinya dengan lembut dan menciumi lehernya dengan penuh perasaan. "Kau sungguh membuatku merindukanmu, sayang."

Lusi menoleh ke arahnya dan mengacungkan pisau yang sedang ia genggam.

Hal itu berhasil membuat kedua mata Asong membelalak tajam menatap mata pisau yang begitu mengkilap.

"Sayang, apa-apaan kau ini?" tanya Asong seraya mengangkat kedua tangannya keatas, melihat ekspresi suaminya yang terancam, Lusi tertawa gemas.

"Hahaha...kau takut?" Lusi kembali mengerjakan pekerjaanya, dan Asong mengelus dada karena candaan barusan.

"Astaga, kau ini nakal sekali," ujarnya, hingga Asong balas menggelitiki pinggang Lusi.

"Sayang, geli!" protes Lusi, ia kembali membalikan tubunya, hingga kedua wajah mereka nyaris tak berjarak.

Asong masih mendekap tubuh Lusi, dan semakin mendekatkan wajahnya, hingga kedua bibir mereka saling bersentuhan, sampai pada akhirnya terbawa suasana.

Decakan kedua bibir mereka terdengar menggema di sekitar dapur, sementara saat itu Lusi tengah memasak.

Karena keasyikan, tiba-tiba mereka mencium bau gosong yang berasal dari atas wajan.

"Astaga!" Lusi terperanjak, dengan cepat Asong langsung mematikan kompor listrik yang masih menyala tadi.

"Duh, masakanku," keluh Lusi, Asong yang bersalah berpura-pura menggaruk tengkuknya yang tak gatal di hadapan istrinya.

"Ini semua gara-gara kau!" Lusi memukuli punggung Suaminya, Asong menanggapi amarah Lusi dengan kekehan.

"Maaf sayang, aku ganti masakanmu, ya." Asong berupaya menenangkan perasaan Lusi, kini kedua mata Lusi tampak berkaca-kaca.

Niat hati ingin membuat hidangan enak untuk suaminya, justru suaminya sendiri yang sudah mengacaukan masakannya.

"Aku benci padamu!" Lusi mencebik bibirnya, membuat Asong semakin bertambah gemas.

"Jangan marah begitu pada suamimu, hei." Asong meraih kedua pipi istrinya dan berusaha untuk menghiburnya kali ini.

"Gara-gara kau, hasil masakanku jadi gosong!" Lusi kembali merajuk, Asong dengan cepat meraih tubuh Lusi dan membawa kedalam pelukannya.

"Aku minta maaf," kata Asong, "Kita masak sama-sama, ya," ajak Asong berupaya menebus kesalahannya, dan Lusi mengangguk sambil mengusap air matanya yang jatuh.

Lusi yang masih berpura-pura marah, akhirnya tak bisa menahan senyuman. Mereka berdua tertawa bersama, mengubur ketegangan dan kemarahan yang hanya sesaat.

Mereka berdua lalu berkolaborasi di dapur, mempersiapkan bahan-bahan dan saling bercanda sepanjang proses memasak. Asong mengenakan celemek khusus yang membuatnya tampak lucu. Lusi menertawakan penampilan suaminya yang salah tingkah.

"Kau terlihat menggemaskan, Tuan Muda!" ejek Lusi dengan senyum cerah di wajahnya.

Asong mengangkat bahu, "Apa pun yang kubiarkan demi masakanmu yang lezat."

Asong menggunakan teknik Kung Fu dalam memasak, membuat Lusi terkesan dan tak bisa mengalihkan pandanganya walau sedetikpun.

"Wah, kau sungguh hebat!" puji Lusi sambil bertepuk tangan.

Asong tersenyum bangga, "Makanan yang baik memerlukan perasaan dan keseimbangan yang sama seperti dalam Kung Fu. Semua tentang perasaan dan waktu yang tepat."

***

Sementara di tempat lain.

Sam menemui seorang karateka yang bernama Satoshi.

Sebagai pria keturunan Jepang, Sam merasa harus menggabungkan unsur kekuatan Kung Fu dan Karate untuk menambah kekuatannya.

Satoshi dan anak buahnya menyambut kedatangan Sam dengan hangat di sasana tempat mereka berlatih.

"Selamat malam," Satoshi dan Sam saling hormat dengan cara membungkukan badan.

"Senang bertemu denganmu, Tuan Satoshi," kata Sam dengan senyuman.

"Mari, silahkan duduk!" titahnya, Sam langsung memposisikan tubuhnya duduk di atas tatami dengan meja yang rendah.

Mereka berbicara tentang tujuan dan motivasi Sam untuk menguasai jurus Karate. Satoshi mendengarkan dengan penuh perhatian, dan ia memberikan perspektif serta saran berharga.

"Dalam dunia beladiri, kita memahami bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada teknik dan fisik semata, tetapi juga dalam keseimbangan batin dan mental," kata Satoshi dengan bijak tetapi wajahnya tampak serius.

Dengan berbagai upaya, Satoshi bersedia untuk melatih Sam, terlebih ia ingin menunjukan jika karate lebih baik daripada kung fu.

Setelah menikmati teh, Satoshi mengajak Sam menuju dojo, di sana beberapa anak didik Satoshi tengah duduk dengan posisi tegak.

Mereka serentak memberi hormat pada guru pelatih mereka, Satoshi.

Sam tersenyum sinis, selangkah lagi upayanya akan berhasil. "dengan menggabungkan kedua jurus, maka aku bisa menjadi lebih kuat untuk melawan Asong, hahaha...Asong, lihat saja nanti!" batin Sam dengan seringai.

Satoshi memberikan instruksi pada para muridnya untuk memulai latihan. Mereka akan mempraktikkan gerakan-gerakan dasar karate. Sam diberi posisi untuk mengamati dan belajar dari latihan para murid tersebut.

"Perhatikan baik-baik, Sam. Keseimbangan, ketepatan, dan fokus adalah hal-hal penting dalam karate," kata Satoshi sambil menjelaskan gerakan-gerakan yang sedang dilakukan para muridnya.

"Apa kau siap untuk mencobanya?" tanya Satoshi dengan kedua mata yang tegas, Sam mengangguk.

"Ya, aku siap berlatih sekarang!" jawab Sam dengan suara yang lantang.

Satoshi memberikan seragam putih kepada Sam, dan Sam langsung menerimanya.

"Pakailah seragam ini!" titah Satoshi, Sam mengangguk.

"Baiklah, terimakasih, Tuan Satoshi," ucap Sam.

Sam mengenakan seragam putih karate dan bersiap untuk memulai latihannya.

Latihan Sam bersama Satoshi dan murid-muridnya pun dimulai. Mereka fokus pada teknik dasar, keseimbangan, kekuatan, serta filosofi karate.

Sam begitu bersemangat dan bertekad dalam berlatih, ia ingin mengalahkan Asong, dan kembali berkuasa dalam dunia gelap.

***

Sementara itu, Asong pun tidak kalah giat dalam latihannya. Ia terus berusaha mengembangkan kekuatannya dan mengasah kemampuannya.

Dengan kelincahan dan kelenturan tubuhnya, Asong mencoba teknik baru yang ia baca dari buku lama yang ia temukan di dalam tas milik mendiang gurunya, Jay.

Teknik yang semula tak ia ketahui kini mulai ia pelajari dan latih. Ia berkomitmen untuk menguasai setiap gerakan dan konsep dalam buku tua tersebut.

"Sayang, kau sudah 3 jam berlatih," protes Lusi yang terlalu lama menantikan suaminya latihan.

Asong sejenak menghentikan aktifitasnya, malam itu dengan tubuh yang penuh dengan keringat membasahi otot-ototnya yang terlihat kekar dan licin ia berjalan mendekat kearah Lusi.

"Kenapa? Kau sudah tidak tahan?" goda Asong sambil mendekap tubuh Lusi, dengan cepat, Lusi mendorong dadanya karena merasa terkena oleh basahan keringat Asong.

"Cepat mandi!" titah Lusi, Asong terus menatapnya dengan rayu.

"Sebelum mandi kau puaskan aku dulu." Asong melingkarkan lengannya di pinggang Lusi.

"Tapi aku tidak nyaman dengan keringatmu!" tolak Lusi manja.

"Kita bermain di kamar mandi," bisik Asong menggoda, Lusi tersenyum geli mendengarnya.

"Astaga, kau ini mesum sekali!" Lusi yang gemas langsung menjewer daun teling suaminya.

Dengan cepat, Asong mengangkat tubuh Lusi yang terasa ringan, dan membawanya masuk kedalam kamar mandi.

...

Bersambung...

Episodes
1 Bully
2 Kucing jalanan
3 Pesan terakhir Jay
4 Idola kampus
5 Pelindung Kaum Lemah
6 Bertemu Cinta Pertama
7 Perbuatan Sam
8 Transaksi haram
9 Amarah
10 Tepat pada waktunya
11 Ruang Eksekusi
12 Target eksekusi
13 Eksekutor handal
14 Pengantin sang Mafia
15 Bisnis ilegal
16 Pertarungan
17 Kung Fu & Karate
18 Ramalan Pak Tua
19 Sasana perguruan Bela Diri
20 Desa LiuYuan
21 Gerak-gerik mencurigakan
22 Pemecatan Pelayan Rui
23 Musuh dalam selimut
24 Geisha
25 Penculikan
26 Kejahatan Sam
27 Kekejaman Sam
28 Bundir
29 Terauma berat
30 Pensiun
31 Wanita penggoda
32 Tanda merah di leher
33 Serigala berbahaya
34 Sungai Yangtze
35 Hancur berkeping-keping
36 Cemburu membawa petaka
37 Karate VS Kung Fu
38 Pertarungan Sengit
39 Sam VS Asong
40 Serangan membabi buta
41 Berselimut Duka
42 Antara hidup dan mati
43 Snow
44 Snow 2
45 Sindikat kejahatan
46 Aksi di jalanan
47 Bersembunyi
48 Tertangkapnya Sam
49 Termakan bujuk rayu
50 Bermain brutal
51 Kaburnya tahanan
52 Jangan siksa aku!
53 Mengejar Lu Han
54 Tempat kebugaran
55 Menghibahkan harta
56 Kelahiran Lin Zhe Yan
57 Wang Tao & Miharu
58 Teriakan penuh kenikmatan
59 Kekacauan hari pernikahan
60 Bandara
61 Italia
62 Pertarungan di atas kapal
63 Penyelamatan
64 Dia Anak Sam!
65 Colosseum Italia
66 Menyelamatkan Gadis Vietnam
67 Cooking
68 Latihan Kung Fu
69 Vino da casa
70 Croissant
71 Penyerangan Markas Penjahat
72 Penemuan Mayat
73 Kematian Vincenzo
74 Macau
75 Pelan-pelan, Tuan!
76 Pengkhianat
77 Psikopath
78 Kembali pulang
79 Berduel
80 Kematian sang Penjahat (TAMAT)
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bully
2
Kucing jalanan
3
Pesan terakhir Jay
4
Idola kampus
5
Pelindung Kaum Lemah
6
Bertemu Cinta Pertama
7
Perbuatan Sam
8
Transaksi haram
9
Amarah
10
Tepat pada waktunya
11
Ruang Eksekusi
12
Target eksekusi
13
Eksekutor handal
14
Pengantin sang Mafia
15
Bisnis ilegal
16
Pertarungan
17
Kung Fu & Karate
18
Ramalan Pak Tua
19
Sasana perguruan Bela Diri
20
Desa LiuYuan
21
Gerak-gerik mencurigakan
22
Pemecatan Pelayan Rui
23
Musuh dalam selimut
24
Geisha
25
Penculikan
26
Kejahatan Sam
27
Kekejaman Sam
28
Bundir
29
Terauma berat
30
Pensiun
31
Wanita penggoda
32
Tanda merah di leher
33
Serigala berbahaya
34
Sungai Yangtze
35
Hancur berkeping-keping
36
Cemburu membawa petaka
37
Karate VS Kung Fu
38
Pertarungan Sengit
39
Sam VS Asong
40
Serangan membabi buta
41
Berselimut Duka
42
Antara hidup dan mati
43
Snow
44
Snow 2
45
Sindikat kejahatan
46
Aksi di jalanan
47
Bersembunyi
48
Tertangkapnya Sam
49
Termakan bujuk rayu
50
Bermain brutal
51
Kaburnya tahanan
52
Jangan siksa aku!
53
Mengejar Lu Han
54
Tempat kebugaran
55
Menghibahkan harta
56
Kelahiran Lin Zhe Yan
57
Wang Tao & Miharu
58
Teriakan penuh kenikmatan
59
Kekacauan hari pernikahan
60
Bandara
61
Italia
62
Pertarungan di atas kapal
63
Penyelamatan
64
Dia Anak Sam!
65
Colosseum Italia
66
Menyelamatkan Gadis Vietnam
67
Cooking
68
Latihan Kung Fu
69
Vino da casa
70
Croissant
71
Penyerangan Markas Penjahat
72
Penemuan Mayat
73
Kematian Vincenzo
74
Macau
75
Pelan-pelan, Tuan!
76
Pengkhianat
77
Psikopath
78
Kembali pulang
79
Berduel
80
Kematian sang Penjahat (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!