Tepat di usia yang ke 29 tahun, dengan penuh perjuangan yang menguras waktu, emosi, pikiran, dan juga tenaga akhirnya Asong kembali mendapatkan apa yang seharusnya kembali menjadi miliknya, yaitu perusahaan peninggalan mendiang kedua orangtuanya.
Kini Asong bisa menempati kursi singgasana sebagai seorang pemimpin perusahaan applikasi terbesar di Negaranya, dan nama Lin Chun Song sudah terkenal mendunia berkat ketenaran aplikasi yang ia kembangkan, sehingga ia bisa meraup keuntungan yang sangat besar setiap harinya.
Kekayaan yang ia dapatkan kian berlimpah, Asong sukses menjadi seorang crazy rich yang banyak di dambakan oleh para wanita-wanita lajang maupun yang sudah memiliki pasangan.
Karena selain tampan, dan gagah, ia juga memiliki kemampuan otak yang sangat cerdas.
Namun, ada satu hal yang tidak di ketahui oleh Dunia, bahwa ia merupakan seorang ketua Mafia yang selalu menyembunyikan identitasnya di balik topeng.
Saat itu, ia sedang bersama beberapa anak buahnya di sebuah klub besar yang sangat terkenal dengan arena perjudian.
"Aku sangat bangga pada diriku sendiri," ujarnya dengan seulas senyum yang terbit di kedua sudut bibirnya, tetapi ia merasa semua itu belum cukup.
"Aku sudah memiliki segalanya. Namun, entah mengapa, hidupku rasanya kosong dan hampa," batin Asong sambil melamun memikirkan sesuatu yang kurang dalam hidupnya.
"Apakah aku membutuhkan seorang pendamping disisiku untuk melengkapi kehidupanku? Rasa-rasanya akan sangat bahagia jika memiliki seorang Istri dan juga bayi yang lucu." Asong tersenyum saat membayangkan semuanya, tetapi, dengan cepat ia mencoba menepis.
"Tidak! Karena setelah aku pikir-pikir, wanita zaman sekarang itu tak ada yang benar-benar tulus, apa lagi jika mengetahui kalau aku seorang pengusaha, pasti mereka hanya akan mengincar hartaku saja! Lebih baik aku melajang seumur hidupku." ia bergumam dalam emosi, lalu kembali meneguk sisa wine dalam gelas yang sedang di genggamnya.
Namun, tanpa ia ketahui, seseorang mengendap-ngendap ke arah parkiran, dan berusaha untuk memutus kabel rem motornya.
"Aku pastikan, kau tak akan selamat saat kau pulang, Lin Chun Song!" seseorang pria mengenakan masker hitam dengan sorot kedua mata yang licik dan jahat.
Ia tersenyum puas setelah melancarkan aksinya, lalu tertawa dengan suara sumbang.
Asong hendak pulang menuju mansion dengan pengawalan ketat anak-anak buahnya.
Meski ia memiliki banyak kendaraan, tetapi ia lebih senang mengendarai motor gedennya sedari remaja.
Asong maju terlebih dulu, sementara anak-anak buahnya mengikuti dari belakang.
Malam itu jalanan cukup sepi, sehingga Asong bisa memacu dengan kecepatan penuh seolah sedang menantang maut.
Namun, saat di tikunga tiba-tiba ia lepas kendali saat mencoba untuk me-ngerem.
"Apa yang terjadi?" Asong panik bukan main, kedua matanya membelalak dengan sempurna.
Ia benar-benar tak dapat mengontrol kecepatan kuda besi yang sedang di tungganginya.
Asong menggelinding tak tentu arah, hingga akhinya ia jatuh ke jurang dan terpisah dari motornya.
Tubuhnya terpental mengenai permukaan terjal, hingga berakhir tak sadarkan diri di area perkebunan.
...
Keesokan harinya, seorang gadis berusia 19 tahun menemukannya terkapar sendirian di bawah tanah berlumpur.
Asong masih mengenakan helmnya, gadis itu bersusah payah membukakan helm yang masih melekat di kepala Asong.
Ia tak melihat ada cedera yang berarti di kepalanya. Hanya saja tubuhnya penuh dengan luka dan berdarah-darah.
"Astaga, kasihan sekali dia," batin gadis itu.
Ia berusaha meminta bantuan kepada beberapa warga sekitar untuk membawa Asong ke tempatnya agar segera mendapat penanganan serius.
Sementara Asong dalam keadaan tak sadarkan diri, gadis tersebut mencoba untuk memberikan pertolongan pertama dengan membersihkan semua luka-luka di tubuh Asong, lalu menghentikan pendarahan.
Dia sangat terampil dalam merawat luka karena sedang dalam pendidikan keperawatan.
Tak lama kemudian Asong akhirnya sadar, dia mendapati dirinya berada di tempat yang asing. Matanya mengedar ke sekeliling, dan dia melihat gadis berwajah manis itu duduk di sampingnya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya gadis itu dengan nada khawatir.
Asong mengangguk lemah, dan ia masih dalam mode bingung sambil memijat belakang kepalanya mencoba mengingat apa yang terjadi padanya semalam. "Terima kasih atas pertolonganmu."
Gadis itu tersenyum. "Ya sama-sama. Aku sedang belajar keperawatan, jadi aku tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini."
Asong menghela napas dalam kebingungan yang tengah di rasakannya.
"Aku ada dimana? Dan tempat apa ini?" tanya Asong, ia baru menyadari kejadian semalam yang membuatnya hampir kehilangan nyawa.
"Aku tak sengaja menemukanmu di kebun dalam keadaan terluka parah, lalu aku meminta beberapa orang warga untuk membawamu kemari, ini adalah ruang praktek pribadiku, dan aku terkadang menangani pasien sakit atau orang cedera di tempat ini meski aku masih menjalani kuliahku di fakultas kedokteran," papar gadis cantik itu dengan seulas senyuman manis yang terbit di kedua sudut bibirnya.
"Oh, begitu," kata Asong, ia merasa tak asing dengan pemilik wajah cantik ini.
"Siapa namamu?" tanya Asong sambil mengajaknya berjabatan.
"Namaku, Lusi," jawab gadis cantik itu, ia menyambut jabatan tangan Asong dengan ramah dan santun. Seketika ingatan Asong kembali ke masa sepuluh tahun yang lalu.
Ia pernah bertemu dengan Lusi saat gadis itu berusia 9 tahun.
"Tidak salah lagi, aku pasti bertemu dengan gadis yang sama," batin Asong, kemudian ia tersenyum pada Lusi.
Tak dapat di pungkiri, gadis yang bernama lengkap Liu Lu Si itu terpesona pada pandangan pertama terhadap Asong, meski ia tahu jika Asong jauh lebih matang darinya.
"Kau pasti lapar, kan? Tunggu sebentar, ya!" Lusi beranjak dari duduknya, ia menuju kearah lain untuk membawakan semangkuk bubur.
"Kau makanlah dulu!" Lusi menyodorkan bubur buatannya dalam mangkuk berbahan stanles berwarna silver itu.
Asong menggeleng, ia merasa selera makannya hilang karena masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
"Nanti saja!" tolaknya. Namun, dengan cekatan Lusi mencoba menyuapinya penuh kehati-hatian.
"Ayo! Kau musti makan, kalau tidak, bagaimana kondisimu akan pulih?" Lusi mencoba menyendoki bubur itu, lalu ia dekatkan di tepi bibir Asong, Pria itu mulai membuka mulutnya untuk menerima suapan pertama dari Lusi.
Gadis itu terus berceloteh panjang lebar membahas semua hobi dan aktifitasnya sehari-hari. "Aku ini selalu membantu tetanggaku berkebun, dan aku juga membiayai kuliahku sendiri, karena aku ingin sekali menjadi seorang Dokter. Itu adalah cita-citaku sejak lama, aku ingin berjasa untuk banyak orang," harapnya sambil terus menyuapi Asong.
Pria itu mendengar celotehnya yang begitu menggemaskan, Lusi tersenyum saat menatap kedua mata Asong.
"Hei, kenapa kau memandangiku seperti itu? Apa wajahku ini terlihat aneh?" tanya Lusi dengan gurauan, Asong terkekeh dibuatnya.
"Ah, tidak, justru kau sangat ini lucu dan juga menggemaskan," balasnya.
Asong terpesona pada pandangan pertama saat itu, kini Lusi tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar.
Tiba-tiba...
Terdengar suara gaduh dari arah depan, membuat Lusi panik bukan main.
"Kau tunggu disini!" Lusi beranjak, lalu bergegas.
"Lusi!!!" seorang pria berteriak memanggil namanya.
"Kakak," sahut Lusi dengan cemas, pria itu langsung menjambak rambut Lusi, dan mendorong tubuhnya sampai mental mengenai dinding.
"Uang, uang, uang, aku butuh uang!" teriak pria itu sambil mengobrak abrik isi rumah yang lebih layak di katakan gubuk.
"Tidak Kak, jangan ambil uangku! Itu untuk biaya kuliahku!" Lusi mencoba menghadang perbuatan sang Kakak, tetapi ia tak kuasa, ia kepayahan seorang diri.
"Ah! untuk apa kau kuliah?! Dasar bodoh! Lebih baik kau bekerja dan beri aku uang sebanyak-banyaknya!" hardik Liu Kang tanpa perasaan kepada sang adik, Lusi terisak ia tak mampu menangkis amarah sang Kakak.
Asong yang mendengar kegaduhan itu, ia berusaha bangkit, tetapi masih terasa sulit, tubuhnya belum sepenuhnya pulih.
Liu Kang pergi setelah mendapat apa yang ia dapatkan, ia berjalan dalam keadaan mabuk.
Uang yang ia dapat dari jerih payah sang Adik, kerap kali ia gunakan untuk berjudi dan bermain dengan perempuan di bar.
Lusi sesegukan karena merasa teramat sakit hati akan perbuatan sang Kakak yang tak berperasaan.
Lusi kembali menemui Asong, dalam keadaan terisak penuh memar di permukaan wajahnya.
"Apa yang terjadi?!" tanya Asong dengan emosi, ia merasa geram dengan apa yang telah di perbuat Liu Kang terhadap Lusi.
"Aku tak apa-apa." Lusi menggeleng.
"Apakah yang tadi itu suara Kakakmu?" Asong kembali bertanya dengan nada cemas.
"Ya, dia Kakakku. Tapi, sudahlah tak usah di bahas, tidak penting! dia orangnya memang seperti itu semenjak kedua orang tua kami tiada," papar Lusi membuat Asong merasa sangat prihatin terhadap kondisinya.
"Oh, jadi kau ini yatim piatu?"
"Ya," jawab Lusi sambil menyeka air matanya, ia mencoba untuk tersenyum di hadapan Asong.
"Sudahlah, sebaiknya kau beristirahat supaya kondisimu cepat pulih, tidakah kau merasa khawatir dengan anak dan istrimu yang sedang menunggumu di rumah?" tanya Lusi, Asong langsung mengernyitkan dahi.
"Hah???"
"Kenapa?" Lusi malah balik bertanya.
"Kau salah, aku ini belum memiliki istri apa lagi anak," jawab Asong, Lusi tertawa karena sudah asal menebaknya.
"Astaga, aku pikir kau adalah seorang ayah dan juga seorang suami." Lusi menggeleng seraya merutuki kebodohannya sendiri.
"Oh ya, apa itu artinya wajahku terlihat tua?" Asong mendekatkan wajahnya dengan wajah Lusi.
"Hahaha...tentu saja tidak, ya hanya saja, usia sepertimu sudah cocok untuk berkeluarga, aku rasa begitu." Lusi tersenyum malu-malu di hadapan Asong, membuat Asong semakin terpesona padanya.
Karena tak ingin terlihat salah tingkah, Lusi segera meninggalkan Asong supaya Asong bisa melanjutkan istirahatnya untuk memulihkan kondisinya kembali.
"Kau mau kemana?" Asong menarik lengan Lusi, gadis itu reflek menoleh kembali kearahnya.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Cha Sumuk
kebanyakan penjelasan doang
dendam ke bibinya jg cm di jelaskan bla bla bla sudah hhhh kurg greget
2023-11-09
0