Biarpun kemampuan bela diri yang ia kuasai cukup mupuni, tetapi memegang senjata juga perlu untuk menghadapi ancaman-ancaman yang kemungkinan akan terjadi.
Di setiap aksinya, anggota Singa Emas selalu mengenakan topeng untuk menyamarkan wajah dan ciri-ciri mereka.
Sebelum semuanya pergi untuk beraksi, Jay memberikan beberapa nasihat penting kepada Asong. "Ingatlah, Asong, ini bukan hanya tentang uang. Ini tentang pesan kepada mereka yang berkuasa bahwa kita tidak akan tinggal diam melihat ketidakadilan. Kita akan selalu melindungi kaum lemah dan menghukum orang-orang yang rakus dan tamak."
Asong mengangguk saat ia tengah mengisi senjatanya dengan peluru sambil menatap penuh tekad pada diri Jay saat ini. "Ya paman Jay, aku mengerti. Kita akan memberikan pesan ini supaya mereka berpikir. Ternyata kulit luar bisa menutupi kebusukan di dalamnya, mereka terlihat baik dan bijaksana dihadapan semua orang, tetapi sifat asli mereka jauh lebih mengerikan dari penjahat macam kita." papar Asong dengan tatapan penuh tekad untuk memberantas tindakan yang merugikan banyak pihak.
Setelah semuanya siap, seluruh anggota Singa Emas pergi di kegelapan malam yang sepi dan senyap, menuju perusahaan besar yang menjadi target incaran mereka.
Mereka bekerja cepat dengan penuh kehati-hatian, merencanakan setiap langkah dengan cermat dan ketelitian, karena bisa saja mata kamera berhasil mengabadikan aksi mereka.
Saat mereka tiba di lokasi yang dituju, semua tim bergerak dengan sigap. Jay memimpin dengan siaga, sementara Asong siap untuk membuktikan kemampuan bela dirinya yang kuat.
Sam, dan beberapa orang lainnya di tugaskan untuk meretas kamera pengintai dengan kelincahan dan kecerdikan tangan-tangan terampil mereka yang sudah berpengalaman.
Namun, aksi mereka tak selalu berjalan dengan mulus, ketika Seorang Security berhasil mengamati pergerakan para anggota Singa Emas, dengan cepat ia segera menghubungi pihak kepolisian.
Jay, Asong, dan yang lainnya menelusuri berbagai sudut tanpa mengetahui ancaman bahaya yang mengintai.
Sampai pada suatu ketika, Jay dan tim menemukan beberapa uang dalam jumlah besar, dengan cepat mereka menggasak seluruh uang dan benda berharga lainnya dengan gerakan rapih dan teratur. Namun, nahas, sial tak bisa di tolak ketika aksi mereka tertangkap basah oleh pihak kepolisian setempat.
"Jangan bergerak!" seorang pria berseragam Polisi mengarahkan pistol di hadapan semuanya.
Mereka membawa anggota yang cukup banyak untuk menangkap kawanan penjahat.
Dengan cepat, Jay dan anak buahnya melakukan serangan balik yang menegangkan, hingga terjadi baku hantam dan bunyi tembakan mengudara memenuhi tempat tersebut.
Suasana tampak tegang dan kacau.
beberapa Anak buah Jay dan 4 orang anggota petugas tewas di tempat akibat peristiwa ini.
Asong membantu Jay bertarung melawan aparat kepolisian.
Keduanya berusaha bertahan sekuat tenaga, menggunakan semua keterampilan bela diri mereka yang telah terlatih selama ini.
Jay dan Asong memiliki keberanian dan tekad kuat untuk tidak menyerah. Kekuatan beradu fisik ini adalah pertaruhan besar bagi misi mereka melawan ketidak adilan dan keserakahan.
Situasi semakin keruh dan rumit dengan semakin banyaknya petugas kepolisian yang tiba di lokasi kejadian. Suasana bertambah tegang dan darah terus bercucuran. Tidak ada jalan keluar yang dilakukan dengan mudah.
Saat itu, Jay yang telah luka cukup parah, menyadari bahwa pertempuran ini akan berakhir dengan bencana yang mengerikan. Jay memberi isyarat kepada Asong. "Asong, kita harus pergi sekarang!"
"Tapi paman...," Asong terlihat bingung.
"Sudahlah, kita tak akan bisa melawan mereka yang semakin banyak!" Jay tak punya banyak waktu, ia menarik lengan Asong, mereka hendak terjun dari lantai teratas menggunakan tali yang sudah di modifikasi sedemikan rupa untuk memudahkan akses saat terjun bebas.
Namun, belum juga berhasil meluncur, salah seorang petugas berhasil mengarahkan senjata api tepat mengenai leher Jay, hingga tubuh Jay melemah sambil bercucuran darah. Tetapi, ia masih tetap bertahan meski nyawanya sudah di penghujung jalan.
Asong begitu khawatir melihat keadaan Jay yang wajahnya tampak pucat dan tak berdaya.
Asong bisa meluncur dengan selamat dan berhasil menghindari kejaran petugas, begitu juga dengan Jay meski keadaanya sudah semakin bertambah lemah.
Mereka kembali ke markas tanpa di ketahui oleh siapapun, terkecuali anggota Singa Emas.
Jay berdiri dengan napas yang tersengal-sengal, ia meletakan kantong yang berisi beberapa uang hasil jarahannya di bawah lantai.
"Paman, apa kau baik-baik saja?" Asong menghampiri Jay dengan penuh kekhawatiran ketika tubuh Jay ambruk di hadapannya, dan juga anak-anak buah lainnya.
"Lin Chun Song..." Jay memanggil dengan suara yang terdengar lirih, serta napasnya semakin memburu.
Jay meraih tangan Asong seraya mengisyaratkan jika dirinya sudah tak sanggup untuk bertahan.
"Paman bertahanlah, kami sedang menghubungi seorang Dokter untuk menangani mu!" teriak Asong.
Jay membelalakan kedua matanya sambil menggeleng cemas, dan berteriak penuh peringatan. "Tidak! Jangan lakukan itu! Jangan ada yang boleh masuk ke dalam markas kita selain anggota resmi!" cegahnya.
"Tapi paman, kau butuh pertolongan!" Asong memeluk erat tubuh Jay yang sudah terkapar, Jay menatapnya, lalu berpesan.
"Lin Chun Song, jika aku mati hari ini, aku minta, tolong kau gantikan peranku! Aku sangat yakin dan percaya padamu. Kau tangguh, kau kuat, dan kau hebat!" ucapnya tegas berpesan kepada Asong.
"Tidak paman! Kau jangan berkata seperti itu, kau akan tetap hidup, paman!" teriak Asong kembali sambil terus memeluk tubuh Jay.
Noda darah menempel dengan tubuhnya, ia sama sekali tak merasa jijik. Asong sudah menganggap Jay seperti Ayahnya.
Meskipun napas Jay semakin melemah, ia tetap berusaha tersenyum lembut ke arah Asong saat ini. "Asong, kau adalah masa depan kelompok kami. Kau harus melanjutkan apa yang sudah kita mulai bersama, aku yakin kau bisa!" Jay menepuk pelan pundak Asong sebagai upaya penyemangat yang bisa ia lakukan untuk terakhir kalinya.
Asong mencoba menahan air matanya meski itu sulit baginya, ia tahu bahwa saat-saat terakhir Jay telah tiba.
Ia merasa terbebani dengan permintaan Jay untuk menggantikan perannya menjadi seorang ketua Mafia Singa Emas, tetapi ia juga tahu bahwa ini adalah tanggung jawab yang harus diterima.
Jay tersenyum tenang, hingga akhirnya ia pergi untuk selama-lamanya.
"Paman!!!" Asong berteriak histeris, ia semakin mengencangkan pelukannya di tubuh Jay.
Semua kelompok tampak berduka di hari kematian ketua mereka, ketua yang selama ini mereka hormati dan di segani.
Asong tak bisa menyembunyikan kesedihan dan terpukul atas kepergian Jay.
Di malam itu juga jenazah Jay di kremasi sesuai adat dan kepercayaan bangsa mereka.
Salah satu anggota yang juga ahli dalam spiritual memimpin jalannya upacara kremasi.
Ritual doa, dan aroma dupa menyeruak untuk penghormatan terakhir bagi Jay.
...
Ucapan doa-doa dan kepulan asap dupa mengisi malam itu, menciptakan suasana kekhidmatan. Anggota kelompok Mafia Singa Emas melanjutkan upacara kematian Jay, berharap jiwa Jay tenang dan terlahir kembali di alam yang bahagia.
Asong, yang sekarang resmi menjadi ketua kelompok tanpa pelantikan, karena ini adalah amanat terakhir dari Jay. Ia berdiri di depan api unggun sambil menggenggam potret Jay.
Dalam genggamannya ia berbicara dengan suara lantang penuh rasa hormat. "Paman Jay, kau adalah sosok yang luar biasa. Kau mengubah hidup kami semua dan memberikan arti pada perjuangan. Kami akan terus melanjutkan perjuangan ini, tidak hanya untuk diri kami sendiri, tetapi untuk keadilan dan kebenaran!" tekadnya.
Sam tiba-tiba bangkit dari duduknya, ia menyatakan keberatan ketika Asong di utus untuk memegang estafet kepemimpinan Mafia Singa Emas, ia merasa dirinyalah yang lebih berhak, karena sudah cukup lama mengabdi pada Jay.
"Hei, kau ini hanya bocah kemarin sore!" Sam menunjukan sikap tidak suka nya pada Asong, Asong tersenyum dengan wajah bijaksana.
"Ya, kau benar, aku hanyalah bocah kemarin sore, tetapi aku hanya mengemban tugas dan amanat darinya, apa kau merasa keberatan?!" tanya Asong penuh tantangan, Sam mengangguk dengan tatapan sinis yang di layangkan terhadap Asong.
"Ya, tentu saja! Dengan ini aku menyatakan mundur dari keanggotaan, karena aku tidak sudi jika kau menjadi seorang pemimpin dalam organisasi ini!" kata Sam dengan nada miring di hadapan semua orang.
"Baiklah, aku tak akan melarangmu. Tetapi, kau tahu artinya jika kau mundur dari kelompok organisasi ini?" Asong mencoba mengingatkan betapa bahayanya hal itu jika di lakukan secara terang-terangan, dan Sam mengangguk dengan tekad yang sudah bulat.
"Ya, aku masih ingat perjanjian jika keluar dari kelompok!" tanpa banyak berbasa basi, Sam mengambil samurai, kemudian ia membuka penutupnya, hingga terpampang permukaan samurai yang tajam dan mengkilap, lalu ia serahkan benda tersebut kepada Asong, sambil menunduk hormat.
"Ayo lakukanlah!" titah Sam, ia meletakan ujung jari telunjuknya di atas meja, Asong tahu apa yang musti ia lakukan.
Dengan cepat Asong memotong jari telunjuk Sam, dan ia berusaha kuat dan tak berteriak saat jari telunjuknya putus, memancarkan kengerian di wajah orang-orang yang melihatnya. Seketika, darah mengalir di atas meja.
"Terimakasih!" Sam membungkus luka dan potongan jarinya dengan kain putih, lalu ia pergi, dengan itu ia sudah bukan bagian anggota Mafia Singa Emas lagi.
"Siapa lagi diantara kalian yang ingin mundur dari keanggotaan seperti dia?! Jawab!" Asong berteriak dengan lantang, semua tak ada yang berani menatapnya.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments