Lusi menoleh dan tersenyum pada Asong. "Aku mau kembali mengurus kebun," izin Lusi dengan suara khasnya yang mengalun lembut, Asong melepaskan genggaman tangannya secara perlahan.
"Baiklah," balas Asong, Lusi terhenti sejenak untuk memperingatkan. "Sebaiknya kau istirahat saja!" titah Lusi, Asong mengangguk, lalu ia kembali merebahkan tubuhnya di atas pembaringan secara hati-hati.
Lusi kini raib dari indra penglihatan Asong, membuat ia tersenyum saat membayangkan betapa manisnya wajah Lusi.
Asong mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan, ruangan yang jauh dari kata nyaman karena keterbatasan ekonomi yang di alami oleh Lusi.
Namun, Asong bangga padanya, karena Lusi begitu mandiri dan tangguh sebagai perempuan yang baru menginjak usia dewasa.
Lusi sudah terbiasa hidup tanpa orang lain, terutama kedua orangtua sejak dirinya kecil, bahkan ia sering mendapat perlakuan buruk oleh Kakaknya. Namun, ia tetap tegar.
"Kasihan sekali gadis itu," batin Asong, lalu ia merogoh saku celana, kemudian meraih ponselnya yang sedikit mengalami goresan akibat kecelakaan saat di jalanan ber aspal.
Ia mendapat rentetan panggilan tak terjawab dan pesan masuk dari beberapa anak buahnya, ia tak ingin membuat mereka khawatir dan bertanya-tanya perihal keadaanya, lantas Asong langsung menghubungi Lu Han.
Asong memberitahu keadaanya kepada Lu Han.
"Aku baik-baik saja, kau dan yang lainnya tak usah terlalu mengkhawatirkanku!" ucapnya dengan tegas di telpon.
"Syukurlah, Tuan, kami sempat syok, karena kami menemukan motor milik Tuan yang hancur tak terbentuk," kata Lu Han memberikan informasi akurat, membuat Asong geram dan bertanya-tanya tentang siapa dalang di balik ini semua, orang yang berniat untuk mencelakakannya.
"Kalau sampai aku tahu siapa orangnya, aku tak akan segan-segan untuk menghabisi nyawanya!" Asong yang emosi mengempalkan kelima jemarinya, ia ingin menelusuri informasi tersebut secara langsung.
Dengan berbagai upaya, Asong mencoba untuk bangkit dan berdiri meski itu masih sulit baginya.
"Kurang ajar!" umpat Asong dengan amarah yang membara, karena keadaan ini begitu menyiksa.
Di satu sisi, ia merasa harus berterimakasih kepada Lusi, tetapi tak ada waktu bagi Asong untuk mencari dan menemuinya, lantas Asong meraih secarik kertas dan pena lalu menuliskan ucapan terimakasih untuknya. Sesudahnya, Asong menyelipkan beberapa lembar uang di sela-sela buku catatan milik Lusi.
"Semoga uang ini bisa membantu perekonomian mu, Lusi," batin Asong, hingga akhirnya ia bergegas meninggalkan tempat dengan langkah yang tertatih.
Ia menelusuri jalanan perdesaan seorang diri, lalu menyetop taxi.
...
Tak butuh waktu lama, ia sudah berada di mansion, kehadirannya mendapat sambutan dari para pelayan dan anak buahnya, mereka terperanjak kaget ketika melihat kondis Asong saat ini.
"Tuan, apakah kau baik-baik saja?" tanya Lu Han dengan nada khawatir, Asong hanya menyunggingkan sudut bibirnya, tatapan yang dilayangkannya begitu dingin seakan malas untuk berbicara, ia ingin segera merebahkan tubuh di dalam kamar pribadinya.
"Minggir semua!" teriak Asong, ketika beberapa pengawalnya menawarkan bantuan, tetapi Asong merasa tak butuh bantuan mereka karena tak ingin terlihat lemah meski luka-lukanya terlihat cukup parah.
Asong mengurusi luka-lukanya seorang diri, ia meringis sambil mengumpat, betapa dendamnya kepada orang yang sudah berniat untuk mencelakakan dirinya.
"Aku yakin ini pasi perbuatan SAM!" Asong memiliki feeling yang kuat tentang siapa orang yang paling berbahaya, yaitu Sam, yang selalu berbuat masalah padanya selama ini.
...
Sementara itu di tempat lain...
Sam tengah asyik memadu kasih bersama seorang wanita di dalam sebuah kamar, tubuh keduanya sama-sama berlumur keringat, menandakan gairah yang semakin lama, semakin memuncak.
Dua insan itu saling berpacu mencapai kenikmatan surga dunia.
Suara de-sahan dan lengu-han saling bersahutan memenuhi setiap sudut ruangan tersebut, Sam tampak bersemangat ketika berada di atas tubuh wanita cantik itu.
Tak ada percakapan yang berarti di antara mereka, Sam begitu menikmati permainan panasnya yang tengah berlangsung.
Semakin lama ia menghentakan tubuhnya, hingga tubuh wanita cantik itu tergoncang dengan indah.
Sedangkan di luar kamar, beberapa anak buahnya tengah asyik berjudi sambil menikmati minuman beralkohol di sebuah bar yang tak lepas dari pemandangan wanita-wanita cantik dan seksi yang hilir mudik menghampiri mereka sambil menawarkan diri dengan berani dan agresif.
Siang itu, mereka tengah bersukaria, Sam mengira upayanya berhasil.
"Haha, Asong, akhirnya kau mati juga!" batin Sam saat usai memainkan permainan panasnya bersama Shaly wanita yang selama ini menjadi pelayan nafsunya.
"Sayang, kapan kau akan menikahiku? aku tak mau kita terus menerus seperti ini, aku tak mau kita hidup tanpa ikatan!" rengek Shaly, karena hubungan gelapnya dengan Sam sudah terlalu lama, ia ingin Sam mengikat sebuah komitmen dalam hubungan mereka, Shaly merasa lelah hidup dalam ketidak pastian bersama Sam.
"Hei, kau bisa diam tidak!" Sam yang emosi langsung mendorong kasar tubuh Shaly, membuat wanita itu tak terima dan langsung balas memukuli Sam.
"Dasar, ba-jingan!" hardik Selly sambil memukuli dada Sam. "ternyata kau hanya ingin menikmati tubuhku saja!" lanjutnya masih dengan emosi, membuat Sam tertawa dengan nada sumbang.
"Terserah kau mau mengataiku apa! Hal itu tak akan berpengaruh sama sekali! aku tak berminat untuk menikahimu, apa lagi kau sudah banyak di sentuh oleh pria lain!" Sam merasa puas dengan kata-katanya, membuat Shaly sakit hati, ucapannya bak sembilu yang menusuk dada.
"Lagi pula, aku tak ingin mengikat diriku dalam sebuah pernikahan, untuk apa?! Kalau aku butuh, aku tinggal pilih wanita yang aku sukai!" lanjutnya seakan merendahkan, Shaly semakin geram dan emosi ia melempar barang apa saja ke hadapannya.
"Euh, berengsek!" umpat Shaly, Sam langsung mendaratkan satu tamparan keras di wajah wanita cantik itu.
"Pergi kau dari sini, ja-lang!" usirnya dengan kasar, Shaly yang kecewa dan sakit hati langsung berlalu dari hadapannya sambil menahan tangis dan luka batin yang tak terbendung.
Sam tertawa puas, ia tak merasa bersalah atas tindakannya, bahkan ia menganggap dirinya hebat, seakan mampu membuat para wanita puas dengan permainannya.
Terang saja, Sam kerap kali bergonta ganti wanita untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, ia senang memburu wanita-wanita muda untuk dijadikan pemuas nafsu sesaatnya.
Setelah bosan, ia selalu mencari dan mencari wanita muda sesuai kriterianya. Bahkan, kerap kali ia menyelingkuhi Shaly, dan Shaly hanya di jadikan opsi ke 2 jika dirinya kehabisan stock wanita yang dijadikan rekan kencan satu malam.
"Shaly sudah tak menarik lagi di mataku, aku butuh mainan baru yang lebih fresh," batin Sam dengan seringai, setelah puas menyesap nikotin, ia keluar dari dalam kamar pribadinya.
"Tuan, kiriman paket narkoba sudah tiba di pelabuhan," seru Jackson memberi tahu Sam, Sam kembali melempar seringai karena bisnis ilegalnya berjalan dengan lancar dan mulus tanpa hambatan apapun.
Ia kerap berbagi keuntungan dengan para bekingan yang diantaranya adalah oknum petugas itu sendiri.
Mereka meraup hasil yang sangat banyak dari bisnis haram tersebut, dan memperjual belikannya di pasar gelap.
Sementara itu di tempat lain, beberapa pemuda menyerahkan diri karena desakan ekonomi, ada juga yang sekedar untuk menaikan rasa gengsinya.
Mereka hendak menjual ginjalnya secara ilegal, Sam yang tak berperasaan kerap mengelabuhi mereka.
Mereka hanya mendapat beberapa persen dari hasil tersebut, sementara Sam, ia mendapat untung yang lebih besar.
Sam bekerja sama dengan beberapa Dokter yang terlibat dalam jual beli organ dalam manusia secara sembunyi-sembunyi.
Terkadang ia merampas secara keji, setelah mendapatkannya, ia membuang para korban yang sudah di beri obat bius.
Beberapa korban banyak yang mengalami gagal ginjal karena aktifitas tersebut, beberapa diantaranya ada yang meninggal di tempat.
Sam dan anak buahnya tentu tak akan peduli sama sekali, yang ada di benak mereka hanya uang dan kesenangan.
Sam dan anak buahnya tengah berpesta pora atas pencapaian mereka.
"Ayo kita bersulang!" sam mengangkat gelasnya keatas dan beberapa kawannya melakukan hal serupa.
Mereka tertawa terbahak-bahak sambil meneguk minuman keras, Sam berpikir kelompok dan nama organisasinya tidak akan pernah tertandingi dan tersaingi dari kubu Asong.
"Besok kalian carikan wanita cantik yang masih pera-wan untukku!" kata Sam kepada anak buahnya.
"Baiklah, Tuan," balas Jackson sambil menunduk hormat di hadapan Sam yang sedang mabuk berat.
"Awas kalau sampai kau tak mendapatkannya!" ancam Sam.
...
Sedangkan di kediaman Asong...
Asong masih dalam masa pemulihan, kakinya belum benar-benar kuat menopang tubuhnya, karena luka cedera itu masih basah.
Asong masih terbaring, dengan pandangan kedua mata yang lurus ke atas langit-langit.
"Lusi," gumamnya, entah mengapa ia selalu terbayang wajah gadis lugu itu saat pertama bertemu dengannya.
Seakan pesona Lusi dapat mengikis amarah di hatinya, tetapi tetap saja ia menargetkan Sam sebagai orang yang paling di curigai, hingga ia merencanakan untuk membalas perbuatannya.
Asong bertekad untuk segera sembuh, karena banyak orang-orang yang membutuhkan uluran bantuannya.
Ia merasa tak tega jika mengingat mereka, termasuk orang-orang yang sudah renta dan tak dapat lagi bekerja, mereka tersisihkan tanpa bantuan apapun dari siapapun.
"Sam...tunggulah pembalasanku!" batin Asong, ia bertekad untuk melakukan pembalasan terhadap Sam.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments