"Aku mohon, lepaskan aku!!!" teriak Lusi, tetapi Fan tak mengindahkan teriakannya, ia menyeret pergelangan tangan gadis cantik itu dengan kasar, sampai-sampai Lusi terjatuh. Namun, Fan terus menyeretnya tanpa rasa iba.
Lusi merasa sangat tertekan dalam situasi yang membahayakan ini, tetapi ia tak dapat berbuat banyak untuk menyelamatkan diri dari perbuatan Fan dan Kakaknya, Liu Kang yang tak memiliki hati nurani.
Fan membawa Lusi kedalam sebuah kamar pribadi lalu mengurungnya seorang diri, dan Lusi terus meronta-ronta.
"Tolong keluarkan aku dari sini, hei, paman botak, kau dengar aku!!!" teriak Lusi dari dalam kamar. Namun, Fan sudah berlalu dari hadapannya tanpa mempedulikan teriakan yang memilukan itu.
Lusi terus terisak dalam hening, ia merasa lelah untuk berontak, ia pikir semuanya hanya akan percuma dan membuang-buang tenaga. Sementara, emosinya sudah mencapai ubun-ubun, tetapi tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya.
Rasa kesal dan marah bercampur jadi satu, ia merasa geram terhadap Liu Kang karena sudah menjebaknya.
"Kenapa kakak tega sekali?" batin Lusi, gadis itu duduk di bawah lantai sambil memeluk lutut dan menelungkupkan wajahnya dengan kedua mata yang mulai sembab.
...
Sementara di luar sana, Fan sedang duduk manis di atas sofa sambil kelilingi oleh wanita-wanita cantik dengan pakaian seksi, dan riasan yang tebal, serta aroma parfum yang sangat menyengat di hidung.
Fan semakin tak sabar menanti kedatangan tamu spesialnya, hingga tibalah Sam beserta beberapa anak buahnya.
Mereka berjalan dengan lagak angkuh dan dingin, seakan punya kuasa diatas segalanya, hingga semua orang langsung membungkukan badan saat berhadapan dengan Sam dan komplotannya.
"Selamat malam, Tuan Sam," sapa Fan dengan senyuman, Sam menanggapinya dengan tatapan dingin.
"Tak perlu berbasa basi! mana wanita pesananku?!" tanya Sam dengan lantang.
"Ada Tuan, dia sangat cantik, muda..." ujar Fan, lalu ia berbisik, "dan tentunya masih pera-wan," lanjutnya membuat Sam tersenyum puas.
"Bagus-bagus! sekarang tunjukan padaku, dimana dia sekarang?!" tanya Sam kembali, tampaknya ia sudah tak sabar untuk menyalurkan hasratnya malam ini.
"Mari ikuti saya!" ajak Fan, Sam mengikutinya dari belakang, hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu tempat Lusi di sekap.
Fan menyerahkan kunci pada Sam. "silahkan, Tuan, dia ada di dalam sana."
Sam langsung saja membuka pintu kamar tersebut secara perlahan, membuat Lusi tersentak dengan kehadirannya.
"Hahaha..." Sam tertawa dengan gema yang mengerikan.
Lusi membelalakan kedua matanya, ia menatap pria yang lebih pantas menjadi ayahnya itu dengan gemetar.
"Tak usah takut, sayang. Santai saja, aku tak akan menyakitimu." Sam menutup dan mengunci pintu kamar tersebut, lalu menghampiri Lusi yang tengah gemetar sambil membuka kedua matanya lebar-lebar.
"Tidak, paman, jangan mendekat, jangan mendekat!" cegah Lusi, Sam semakin senang melihat ekspresi ketakutannya yang sangat menggemaskan.
Lusi mencoba menghindar, dengan cepat pria itu langsung menarik bajunya hingga sobek di bagian bawah.
"Jangan paman, jangan sentuh aku!!!" teriak Lusi, ia berusaha melepaskan diri sekuat tenaga, tetapi ia sudah benar-benar lemah.
Sam mendekap lalu menghempaskan tubuhnya keatas tempat tidur, hingga tubuh Lusi terpantul beberapa kali saat mengenai permukaan kasur empuk itu.
"Jangan lalukan, paman, aku mohon!!!" rintihnya dengan suara serak. Namun, Sam tak menggubrisnya, ia semakin terpesona padanya.
Sam dengan cepat melepas seluruh kain yang melekat di tubuhnya, hingga menyisakan pakaian dalam nya saja, sementara Lusi terbaring dengan ketidak berdayaan sambil menyilangkan kedua tangan di atas dadanya.
Kini Sam terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya saat tak berpakaian, Lusi merasakan hembusan napas Sam dengan bau alkohol yang menyeruak dari mulutnya.
"Ampun paman!" rintih Lusi, Sam tertawa puas karena pikirnya sebentar lagi ia akan mendapatkannya.
Sam menurunkan tali dress yang di kenakan Lusi, membuat gadis itu semakin berontak untuk mempertahankan diri.
"Jangan, aku mohon jangan!!!" cegah Lusi, Sam semakin tak bisa menahan gejolak hasratnya yang kian tak terbendung saat menyaksikan keindahan yang ada di hadapannya.
Lusi hanya bisa meringis dan merintih disaat lengan kasar itu mulai mengusap wajah mulusnya.
"Kau cantik sekali, malam ini kau akan menjadi milikku seutuhnya, gadis cantik," bisik Sam, Lusi ingin sekali mencekiknya. Namun apa daya ia tak punya keberanian untuk itu.
"Tolong jangan sakiti aku, paman!" Lusi berharap Sam akan mengurungkan niat untuk tak mencicipinya malam ini.
"Aku tak akan menyakitimu, justru aku akan membawamu terbang melayang mencapai surga, hahahaha...." Sam tertawa seakan puas dengan celotehannya.
Sam beranjak, lalu mengambil air mineral di dalam mini bar, ia membubuhkan sesuatu kedalam minuman tersebut, kemudian ia kembali dan menyodorkan botol air itu pada Lusi.
"Minum! cepat minum!" titah Sam sedikit mendesak, Lusi tahu ada yang tak beres dalam minuman itu, ia menolak dengan menggelengkan kepala.
"Aku tidak mau, paman!" tolak Lusi dengan tegas, tetapi Sam terus memaksa, hingga Lusi tak mampu menolak.
Gadis itu langsung meneguk air mineral yang sudah di bubuhi sesuatu kedalamnya sampai habis.
Awalnya tak bereaksi apa-apa, sesaat Sam menghentikan aksinya sambil menghisap nikotin, ia menunggu reaksi dari obat tersebut.
Lusi duduk bersila di atas tempat tidur sambil meratapi nasibnya yang malang.
"Berisik!!!" bentak Sam sambil melempar botol miras. "kau ini bisa diam tidak?!" lanjutnya, Lusi langsung terdiam dan memilih menangis dalam hati, ia berharap ada seseorang yang membawanya dari situasi ini.
Beberapa menit kemudian, Lusi merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya.
Ia merasa sensasi panas, hingga gadis itu menggeliat-geliatkan tubuhnya sambil melorotkan tali dressnya kebawah.
"Apa yang terjadi padaku?" Lusi mengibas-ngibas tubuhnya sendiri dengan kelima jemari lentiknya.
Mengetahui obatnya sudah bereaksi, Sam tertawa puas, ia kembali menghampiri Lusi yang semakin tak berdaya akibat pengaruh obat laknat yang sudah ia bubuhi pada air yang diminumnya.
Sam menyentuh pa-ha Lusi, tetapi gadis itu merasa nyaman dengan sentuhannya, hingga ada dorongan ingin menyerahkan tubuhnya pada Sam.
Sam semakin lama semakin tergoda, hingga senjata yang masih berada di balik CD-nya sudah berdiri dan mengeras.
Sam tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, ia langsung menye-sap aroma tubuh Lusi, dan menji-lat permukaan lehernya yang putih dan mulus.
Lusi mele-nguh dengan manja, ia merasakan campur aduk yang ada pada dirinya.
Ingin rasanya berontak dari perlakuan Sam, tetapi ia merasa nyaman dengan sentuhan yang di berikan padanya.
...
Sementara di luar sana, seseorang berteriak memanggil nama Sam sambil memporak porandakan tempat dan seisinya dengan brutal.
"Sam, keluar kau!!!"
Tiba-tiba beberapa pria bertubuh kekar mencoba mengamankannya.
"Lepas!!! cepat katakan dimana si keparat Sam bersembunyi?!" tanyanya, tetapi tak ada yang menjawab satupun.
Hingga satu tembakan mengudara ke arahnya, dengan gerakan cepat dan presisi pria itu langsung menendang lengan si penembak, hingga senjata api itu berada di tangannya.
Seseorang lain mencoba menghantam bagian kepalanya dengan botol miras. Dengan gerakan lentur, ia berhasil menangkis serangan secara tiba-tiba itu di sertai seringai penuh tantangan yang memancar.
Ya, orang hebat dan berani itu adalah Asong, ia datang untuk membalas perbuatannya kepada Sam, karena Sam sudah mencelakai dirinya.
Terjadilah konfrontasi fisik yang melibatkan Asong dan beberapa orang di bar pada malam itu.
Asong datang seorang diri, ia sengaja ingin berduel dengan Sam tanpa melibatkan anak buahnya.
Asong memberi serangan balik berupa tendangan dan pukulan dengan power yang maksimal, hingga beberapa orang tumbang di tangannya.
Seseorang di ujung sana melepas peluru kearahnya, dengan cepat Asong menghindar.
Sorot matanya penuh dengan keberanian untuk memberikan serangkaian serangan yang mematikan.
Dengan kelenturan dan reflek yang ia miliki, peluru tersebut salah sasaran hingga mengenai musuh lainnya yang hadir di belakang Asong.
Asong memberi tembakan balik yang akurat tepat kearah lawan, hingga darah terpancar menodai lantai, kursi dan juga meja.
Para wanita berteriak histeris sambil berlarian, begitu juga para waria mereka merasa terjebak dalam situasi yang menegangkan.
"O My God!" teriak salah seorang waria sambil berlari menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.
Asong terus melancarkan aksi untuk menghadang lawan, beberapa dari mereka mundur dan menyatakan kekalahannya di hadapan Asong, terutama Fan.
Asong meloncat, lalu menendang si pria berkepala pelontos itu tepat di belakang kepalanya, hingga Fan terbujur ke bawah lantai dalam posisi tengkurap.
"Botak, dimana Sam berada?!" tanya Asong dengan wajah mengancam, Fan yang gemetar ketakutan langsung menunjuk sebuah pintu kamar berlatar coklat tempat Sam mengeksekusi seorang gadis di dalam sana.
"Kurang ajar!" hardik Asong penuh emosi, ia merasa Sam sedang bersenang-senang di atas deritanya.
"Kau tak akan menang melawanku, keparat!!!" umpat Asong dengan suara yang meninggi.
Asong dengan cepat bergerak menuju kamar yang ditunjuk oleh Fan. Ia tidak ingin membuang waktu lagi. Dengan satu tendangan, pintu kamar itu terbuka.
"SAM!!!" teriak Asong geram...
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments