Sebelum pintu itu tertutup, Jay kembali menghampirinya, lalu dengan lantang ia mulai berbicara, "Heh gendut! Ini penawaran terakhir, kalau kau bersedia menjadi anggota, maka aku akan merubah dirimu menjadi pria tampan, tangguh dan pemberani! Kalau tidak, aku akan melempar tubuhmu ke kandang singa, sepertinya dagingmu cukup untuk makan mereka!" gertak Jay dengan senyum tipis penuh ejekan, Asong menggeleng ekspresinya penuh ketakutan yang mendalam. Ia berpikir, jika ancaman Jay benar adanya.
Jay dengan cepat menutup pintu ruangan itu, kini tinggalah Asong seorang diri, ia mencoba merenungi semua permasalah perih dalam hidupnya.
Ingatannya tertuju pada seorang gadis yang ia sukai, tetapi ia kerap kali mendapat penghinaan pedas darinya.
...
Asong teringat pada Shaly, ia pernah menyatakan ketertarikannya secara langsung pada gadis tersebut beberapa hari yang lalu, bertepatan di perayaan hari ulang tahun Shaly yang ke 14.
Saat itu, Asong yang tak di undang memberanikan diri hadir di acara istimewa Shaly dan membawa kejutan manis untuknya, ia berharap semua akan terkesan.
Dengan segenap hati ia mengungkapkan, "Shaly, sudah lama aku mengagumimu, maukah kau menerimaku sebagai sahabat?" tawar Asong sambil bertekuk lutut dihadapannya, pemuda gendut itu mempersembahkan sebuah cincin berlian kepada gadis pujaanya, meski Shaly baru saja mengenalnya.
"Kau ini siapa? Berani sekali kau datang kemari!" Shaly dengan berani menendang tangan Asong hingga cincin berlian itu jatuh menggelinding entah kemana.
"Jangan harap! Aku tak sudi berkenalan denganmu, gendut!" Shaly melempar ludah kearah kacamata Asong, kemudian meninggalkannya dengan kalimat ejekan yang menyakitkan.
Beberapa kawan Shaly juga turut melontarkan ucapan caci maki terhadapnya.
"Dasar gendut, jelek, tak tahu malu!" ledek Shaly dengan sinis dan angkuh.
"Sebaiknya kau bercermin!" lanjut Su Lie dengan tawa mengejek seakan puas sudah menghina Asong.
Asong merasakan sakit hati yang luar biasa mendapat penolakan dan komentar pedas dari para gadis itu, terutama kepada Shaly yang sudah menoreh luka di hatinya, serta mempermalukan di hadapan banyak orang.
...
Hingga Asong tersadar dari lamunannya, ia merasakan sesak luar biasa saat mengingat semua kisah pahit dalam hidupnya.
"Aku benci dengan fisiku yang seperti ini, aku benci dengan kemiskinan ini, Arrrgghhh!" teriak Asong mencoba meluapkan seluruh amarah dan kekesalannya, hingga suaranya menggema memenuhi ruangan, lalu ia menggedor pintu dengan kasar.
"Paman...!!!" teriaknya. "aku sanggup, aku mau menjadi anggotamu, paman!!!"
Jay dan kawan-kawannya tertawa dan tepuk tangan mendengar suara Asong.
"Kalian dengar itu?" tanya Jay kepada semua anak buahnya, dan mereka turut menertawakan juga.
"Itu artinya, kita akan menambah anggota baru!" lanjutnya dengan senyum kemenangan.
Jay melangkah kearah pintu lalu membukanya, ia terus menertawakan ketidak berdayaan Asong saat ini.
"Tadi kau mengatakan apa?" tanya Jay sambil menguyah peremen karet, kemudian membuat gelembung.
"A... ku, aku... bersedia menjadi anggota mu, paman," jawab Asong sedikit ragu, Jay langsung meraih dagunya dengan kasar, kemudian menatap kedua mata Asong dengan buas.
"Kau serius? Kau tak akan menyesal?" tanyanya lagi, Asong mengangguk yakin.
"Aku serius!" jawabnya dengan lantang.
Dengan tawa gembira, Jay dan kawan-kawannya merasa senang melihat perubahan sikap Asong yang tiba-tiba penuh tekad dan berani. Mereka menyambutnya dengan tangan terbuka, merasa bahwa Asong memiliki potensi besar untuk menjadi anggota baru mereka meski usia Asong masih terbilang sangat muda jika di bandingkan mereka.
Jay memandang Asong dengan penuh tekad dan harapan. "Baiklah, gendut. Selamat datang di dalam kelompok kita. Bersama-sama, kita akan mengubah hidupmu dan membuatmu menjadi seseorang yang jauh lebih kuat dan berani." Jay menggenggam tangan Asong, lalu mengangkatnya keatas.
"Paman, bisakah kau tak memanggilku dengan kata 'gendut'?" Asong Protes dengan nama panggilan yang terkesan mengejeknya.
"Oh, lalu siapa namamu?" tanya Jay.
"Namaku, Lin Chun Song, panggil saja aku Asong," jawab Asong, dan Jay mengangguk.
"Nama yang bagus!" pujinya, Asong tersenyum memperlihatkan keluguan dan kepolosan di wajahnya.
Dengan senyum di wajahnya, Asong merasa bahwa perubahan dalam hidupnya akan segera dimulai. Ia merasa lebih dihargai dan diakui oleh Jay dan anggota kelompoknya. Nama panggilan baru, "Asong," menggantikan kata "gendut" yang selama ini merendahkan dirinya.
Hubungan erat antara Asong dan anggota kelompok semakin akrab setiap harinya. Mereka berlatih bersama, belajar bersama, dan berbagi pengalaman hidup mereka yang memiliki masalalu kelam. Asong mulai merasakan semangat dan kekuatan dalam dirinya yang tumbuh dengan cepat.
Asong tak di perizinkan keluar selama beberapa waktu, ia di fokuskan untuk melatihan fisik dan juga mental.
Asong menjalankan diet ketat supaya tubuhnya ideal.
Jay terus menggembleng Asong setiap harinya, hingga pemuda itu benar-benar siap menghadapi tantangan di Dunia luar, terlebih membalaskan rasa sakit hati kepada mereka yang sudah memandangnya dengan sebelah mata.
Berhari-hari, berbulan-bulan, hingga 2 tahun lamanya Asong berada dalam didikan Jay.
Jay memberikan pengarahan yang cukup keras, kasar, untuk melatihnya.
"Kau harus kuat dan tangguh, Asong!" kata Jay, Asong mengangguk mantap.
Tiap kali Asong mengingat kata-kata merendahkan pada dirinya, ia semakin gencar melatih pukulan, tendangan, dan otot-otot kekar di tubuhnya.
Hingga 2 tahun kini Asong berhasil bertransformasi.
Ia tak lagi memiliki image bodoh dan gendut, kini sebaliknya.
Ia terlihat tampan, gagah, tangguh, dan penuh wibawa.
Jay memasang beberapa tato permanent di tubuh Asong sebagai tanda keanggotaan resmi yang kini di sandang olehnya.
Asong dengan tatapan garang penuh tantangan dan ambisi, ia bersiap untuk membalaskan dendamnya.
Jay merasa berhasil merubah Asong menjadi sosok yang di segani dan di takuti banyak orang, ia sukses mengubah kucing jalanan menjadi singa yang garang.
Bukan hanya latihan fisik, ia juga di test untuk merampok perusahaan besar, menindas orang-orang yang tamak dan berkuasa, ia memperlakukan mereka secara keji tanpa pengampunan.
"Selamat Lin Chun Song, kau lolos!" Jay bertepuk tangan, hal itu berhasil menjadi suatu kebanggaan bagi Asong, karena usahanya tak sia-sia.
"Terimakasih paman, berkat kau, aku menjadi Asong yang sekarang!" ucapnya, seluruh anggota mengakui kehebatannya dan memberi ucapan selamat atas keberhasilan Asong, kini ia bersiap unjuk gigi di hadapan Dunia untuk menunjukan kehebatanya yang luar biasa.
Singkat cerita...
Asong kini sudah berusia 19 tahun, ia kerap di ajarkan kekerasan dan melakikan tindakan kriminal.
Mereka melakukan itu bukan hanya untuk memenuhi ego dirinya semata, tetapi juga untuk menolong kaum-kaum lemah dari sifat tamak para koruptor, dan para pemimpin serakah.
Namun, Jay juga ingin menjadikannya sukses dan tetap mengayam bangku pendidikan sebagaimana mestinya.
Asong meneruskan pendidikanya di Universitas terbaik, Jay membiayai seluruhnya, ia semakin erat dengan Asong, Jay sudah menganggap Asong sebagai putranya sendiri.
Karena sebelumnya ia pernah berkeluarga dan memiliki satu orang putra. Namun, kecelakaan harus merenggut kebersamaan mereka, hingga pada akhirnya Jay harus ikhlas kehilangan istri dan juga anak satu-satunya.
Sampai ia hidup melantung, terusir dari keluarga, dan di tuduh melenyapkan nyawa dua orang yang amat sangat di cintainya.
Karena sebelum peristiwa tragis itu terjadi, ia sempat cekcok dengan sang istri.
Jay terdiam sambil memeluk photo almarhum anak dan juga istrinya, wajah tegas itu kini terlihat sendu dengan kedua mata yang memerah.
"Paman, apa yang terjadi denganmu?" tanya Asong, Jay menatapnya lalu tersenyum.
"Kemarilah!" Jay melambai, Asong melangkah mendekati, lalu duduk di sebelahnya, ia melihat potret yang di genggam Jay saat ini.
"Itu photo siapa, paman?" tanya Asong dengan rasa penasaran, Jay kembali tersenyum sambil mengusap air matanya yang tumpah ruah.
"Ini photo almarhum istri dan juga putraku, kalau putraku masih hidup, mungkin usianya sama denganmu, Asong." Jay mengusap kepala Asong dengan kasih sayang laiknya seorang Ayah kepada putranya.
Asong mengangguk, ia turut merasakan kenestapaan hati Jay saat ini, apa lagi ketika Jay memaparkan semuanya, Asong yang mendengarnya ikut menitikan air mata.
"Paman yang sabar ya," kata Asong mencoba menyemangati, Jay mengangguk, lalu menghela napas kasarnya dalam-dalam.
Jay menyimpan kembali photo kenangan itu di dalam lemarinya, lalu menghampiri Asong yang masih berdiri.
"Kau sudah siap?" tanya Jay, Asong mengangguk semangat.
"SIAP!!!" jawabnya dengan lantang.
Rencananya malam ini pasukan Mafia Singa Emas akan menjalankan aksi, semua anggota telah menentukan titik lokasi sebuah pusat Bank besar yang namanya sudah sangat terkenal di seluruh penjuru kota, mereka mengincar tempat itu jauh-jauh hari.
Asong berbekal peralatan senjata api dan lain sebagainya untuk jaga-jaga.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
WAKANDA NO MORE
jejak👣👣👣
2023-11-25
0