Afifa menghela napas kasar, lalu kemudian bangkit dari kasurnya. Tanpa segan, ia mendorong Sabila untuk keluar dari kamarnya begitu saja. Setelah memastikan Sabila keluar, Afifa kembali menutup pintu kamar dan menguncinya
"Kak, kau itu jahat sekali, aku akan adukan pada Kak Bram agar Kak Bram tidak mau lagi denganmu" teriak Sabila
Afifa hanya mengangkat bahunya acuh saat mendengar ancaman Sabila. Ia lebih memilih melepas berbagai aksesoris yang melekat di tubuhnya. Kemudian beralih menuju kamar mandi
Sedangkan Sabila, setelah gagal untuk tidur bersama Afifa, ia berjalan pelan mendekati kamar Aliya yang bersebelahan dengan kamar Afifa. Ia meraih handel pintu, dan membukanya secara perlahan. Begitu masuk, terlihat Aliya yang tengah melepas aksesorisnya sembari bersenandung riang
"Kak Al sepertinya bahagia sekali" sapa Sabila
"Hai adikku tersayang, kemarilah"
Dengan senang, Sabila segera mendekat pada Aliya "Ada apa Kak?"
"Tolong lepaskan aksesoris di rambutku, aku kesulitan" ucap Aliya
"Ish, aku pikir Kakak memintaku mendekat karena ingin memberiku uang, ternyata untuk melepaskan barang barang tidak berguna ini" sungut Sabila. Namun tak urung, ia tetap mengerjakan perintah Aliya
Aliya mengambil pembersih kuku, dan membersihkan kukunya sembari bersenandung. Sesekali ia akan meniup kukunya jika di perlukan "Aww..." pekik Aliya saat rambutnya di tarik cukup keras oleh Sabila "Kau ingin mencelakaiku, ya?"
"Tidak Kak, itu tadi aku tidak sengaja"
"Sudahlah, kelur saja kau, menyusahkan saja" Aliya bangkit dari kursinya, dan mendorong Sabila untuk keluar dari kamarnya
"Ish, nasib jadi adek, di usir seenaknya sama yang tua" gerutu Sabila
*
"Jadi, Aliya dan Afifa tidak akan menikah bersamaan Kak?" tanya Tante Daffina
"Kemungkinan tidak, karena sampai sekarang Afifa belum mengenalkan pilihannya pada kami" jawab Tuan Daffa
"Padahal pasti akan lebih seru jika pernikahannya di gelar bersamaan" ujar Tante Daffina
"Iya, aku juga sudah mempertimbangkan itu tadinya. Tapi karena Afifa yang tampaknya memang belum siap, jadi kita tunggu saja sampai dia siap, tidak perlu di paksa. Lagipula, aku juga merasa berat jika harus melepas kedua putriku secara bersamaan" jawab Tuan Daffa lagi
"Tapi Yah, yang kemarin bersama Afifa itu, Bunda rasa dia laki laki yang baik, apalagi Aksa juga sudah menyelidikinya, dia itu adalah pewaris tunggal keluarga Pradipta, jadi sudah pasti kehidupan Afifa akan terjamin nantinya" ucap Bunda Sekar
"Tapi Sayang, kita tidak tahu ada hubungan apa diantara Afifa dan laki laki itu, siapa tahu mereka hanya berteman"
"Tapi Kak, aku juga setuju dengan Kakak Ipar, kenapa tidak menjodohkan Afifa dengan laki laki itu saja, apalagi jika kita sudah tahu bahwa dia adalah laki laki baik baik, dan lagi kita akan berbesanan dua kali dengan keluarga besar Wijaya jika Afifa mau menikah dengannya" tutur Tante Daffina setuju
"Tapi Ma, Afifa itu tidak pernah berbuat macam macam, berbeda dengan Aliya. Jadi kita tidak memiliki alasan yang tepat untuk menjodohkannya" sahut Om Gavin
"Itu dia yang aku pikirkan, kita tidak bisa menuntut Afifa untuk menikah ataupun di jodohkan, karena dia tidak pernah berbuat sesuatu yang memalukan" ucap Tuan Daffa setuju "Sudahlah, untuk Afifa, biarkan saja dia menentukan pilihannya sendiri" putus Tuan Daffa
*
Kembali ke kamar Afifa, gadis cantik itu tengah duduk santai di balkon kamarnya. Di tangannya terdapat buku yang cukup tebal. Sedangkan di depannya, tepatnya diatas meja kecil, terdapat segelas kopi yang menemaninya. Afifa tampak begitu fokus dengan bacaannya tanpa terganggu dengan angin kencang yang menerbangkan rambutnya kesana kemari
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments