"Ya sudah, ayo kita makan malam dulu" ajak Bunda Sekar, membuat semua orang akhirnya menuju ruang makan
"Huh, Kak Al sudah akan bertunangan, setelah ini aku akan menjadi anak kesayangan di rumh ini" ucap Bara sembari merentangkan tangannya dan berjalan menuju ruang makan
"Sembarangan, anak kesayangan siapa? Ingat, selain kau, masih ada Afifa di rumah ini. Jadi kau masih belum bisa berkuasa sepenuhnya" ledek Aliya
Bara menatap Kakak pertamanya dengan bahu yang lemas. Benar, ia melupakan sebuah kenyataan jika Kakak ke-dua nya belum ada rencana menikah, dan itu artinya ia masih belum menjadi anak tunggal kesayangan "Kak, kapan kau akan menikah?" tanya Bara pada Afifa
Bugh
Sebuah pukulan keras melayang di pundak Bara. Siapa lagi pelakunya jika bukan si barbar Aliya. Lagi lagi, Bara si anak bungsu menjadi korban keganasan Kakak tertuanya
"Kak Al, kau itu kasar sekali" gerutu Bara
"Uhh Sayang, maafkan aku. Aku jadi teringat sesuatu saja, dan aku merasa senang" ucap Aliya yang mana malah membuat semua orang menaruh tanda tanya dalam benaknya
"Apa sih Kak Al ini? Kalau kata anak sekarang, Kak Al itu tidak jelas"
Bara segera duduk di tempatnya, menghindari jika sewaktu waktu Kakak pertamanya memukulnya lagi. Sedangkan semua orang yang memperhatikan perdebatan dua bersaudara itu hanya mampu menggelengkan kepala. Terlebih Nyonya Rengganis, ia sangat bahagia melihat perdebatan antara anak anak dari temannya ini, karena itu membuat suasana menjadi lebih hidup
"Jeng Sekar ini pasti bahagia sekali. Anak anak Jeng Sekar menghidupkan suasana rumah" ungkap Nyonya Rengganis
"Ahh, Jeng Rengganis bisa saja"
Semua orang mulai duduk di kursi masing masing. Afifa yang biasanya duduk di samping Aliya, kini berpindah posisi menjadi di samping adik bungsunya. Setelah semua orang duduk, acara makan malam 'pun dimulai
Dentingan sendok menjadi penanda diawalinya makan malam penuh kekeluargaan itu. Suara tawa dari para penghuni meja makan juga sesekali terdengar. Terlebih Bara, laki laki berumur sembilan belas tahun itu tampaknya menuruni sifat sang Bunda yang begitu banyak bicara. Terbukti, sedari tadi ia ikut menimpali setiap obrolan obrolan para orang tua
"Masakan Kak Fifa memang tidak pernah gagal, selalu berhasil memanjakan perut" puji Bara setelah ia menyelesaikan makan malamnya
"Ternyata ini masakan Nak Afifa?" tanya Nyonya Rengganis
"Iya Tante"
"Wah, hebat sekali. Kalau Tante ada anak laki laki lagi, Tante mau kalau kau juga ikut jadi menantu Tante, jadinya Tante punya menantu kembar, bisa Tante pamerkan nanti pas arisan"
"Mah..." Tuan Alan tersenyum sungkan kepada tuan rumah, ia sedikit malu akan ucapan istrinya yang akan memamerkan calon menantu mereka saat arisan
"Apa sih Pa? 'Kan lucu kalau kita punya menantu kembar, jadi nanti, kita juga bisa punya cucu kembar. Uhhh bahagia sekali rasanya, rumah akan ramai Pa" Nyonya Rengganis sudah senyum senyum sendiri membayangkan sesuatu yng membahagiakan itu
"Oh iya, tadi kita lupa untuk menentukan tanggal pertunangan, lalu bagaimana, kapan tanggal yang pas untuk pertunangan kedua anak kita menurut Tuan Daffa?" tanya Tuan Alan saat mengingat jika mereka melupakan hal penting itu
"Ah iya, kita melupakannya" Sahut Tuan Daffa yang juga baru mengingat hal penting ini "Bagaimana kalau satu minggu dari sekarang?" usul Tuan Daffa
"Satu minggu, aku rasa tidak buruk, bagaimana dengan yang lain, setuju?" tanya Tuan Alan
"Mama setuju" Nyonya Rengganis menyahut
"Bunda juga setuju Yah" terdengar pula suara lembut milik bunda Sekar "Alex dan Aliya, bagaimana nak?" tanya Bunda Sekar
Aliya dan Alex saling pandang sejenak. Sebelum kemudian Aliya memutus tatapan mata mereka, karena dirinya terlanjur salah tingkah melihat tatapan mata Alex. Aliya kemudian menatap sang Bunda kembali, dan tanpa banyak kata, ia hanya mengangguk sebagai jawaban
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments