Marriage By Accident
Joshua seorang presdir entertainment, saat ini dia tengah menengok sang kakek yang sedang sakit parah.
"Josh, pergi cari calon tunanganmu, aku menyesal telah melarang hubungan kalian berdua." Sang kakek berkata sambil mata terpejam, "sebelum aku meninggal dunia aku ingin melihat dia menikah denganmu."
Joshua menatap album foto yang terpanjang di kamar sang kakek, di sana foto seorang gadis bermata hijau dan bersama keluarga Joshua.
"Tenanglah, Josh. Biar bibi yang menjaga kakek." Susan, adik ayahnya Joshua.
"Aku titip kakek ya, Bi." Joshua berjalan keluar.
"Tuan Muda." Anthony, sekretaris Joshua. "Saya telah menemukan orang yang mirip dengan tunangan anda, dia sedang menungu di lobby."
"Hallo Tuan." Wanita paruh baya menunduk hormat diikuti seorang gadis di sampingnya.
"Tuan, bagaimana dengan gadis ini?" Anthony bertanya.
Joshua berusaha mencari tunangannya yang hilang, namun sampai saat ini belum di temukan juga.
"Hasil tes DNA tidak cocok." Berarti gadis itu bukan tunangan yang dia cari, Joshua bersalaman dengan kedua wanita itu setelah melihat hasilnya dari surat DNA.
***
Valeria bekerja sebagai pemandu, dia memberikan kartu namanya pada para wisatawan.
"Hai tante cantik, saya pemandu wisata. Tolong hubungi saya di sini." Valeria tersenyum ramah namun tidak satupun dari mereka yang menanggapinya.
"Saya bisa berbahasa Mandarin dan arab." Valeria merasa sedikit senang melihat pria bule menerimanya, tapi pria itu hanya menatap sekilas lalu lanjut jalan.
Valeria seorang pekerja lepas dia tudak memiliki penghasilan yang tetap.
Roni sahabatnya menghampiri Valeria, "Vale, kau pasti capek."
Valeria menerima botol minuman, "Thanks Ron."
"Kakakmu tadi ada pulang ke rumah."Roni memeberikan kertas ke Valeria "ini dari Alex."
"Ron, aku titip ini." Valeria menaruh semua kartu dia dipangkuan Roni.
"Oke."
Di tempat pemandian umum pria, Valeria dengan percaya diri masuk. Para pria yang mandi sudah biasa dengan kehadiran Valeria, ada sebagian orang mengenal Valeria sebagai pria karena dandan valeria seperti pria.
Valeria memakai kaos hitam dan celana jeans, dia memiliki rambut sebahu.
Alex yang melihata adiknya ke sini segera beranjak dari kolam air panas, "Vale, ada apa kau ke sini."
"Apa maksudnya ini, Kak?" Valeria memeberikan kertas itu, "kau mau jual tanah?"
"Vale, hentikan kau menyakitiku." Alex berkata sambil pura-pura kesakitan saat Valeria memukuli bahunya. "Aku melakukannya karena kalah lagi."
"Dan kau memberikan taruhan itu pada tanah kita." Tambah Valeria dengan kesal. "Berhentilah berjudi, Lex."
"Tidak bisa," Alex pergi ke loker dan memakai pakaiannya.
"Kapan kita akan memiliki rumah yang tetap jik kau begini terus." Valeria berkata sambil mengacak rambutnya.
"Sudahlah Vale, aku pastikan rumah itu tetap jadi milik kita." Alex dengan santai merangkul adiknya. "Vale sudah lama kita tidak minum bersama."
Di warung tenda Alex memesan dua botol soju dan kulit bakar. Valeria tergiur dengan makanan favoritnya, dia membolak-balik kulit hingga matang.
Valeria merasa pusing dia telah menghabiskan satu botol soju, Alex memapahnya ke motel, tempat penginapan.
Alex mengaganti pakaian Valeria dengan seragam motel, baju kaos putih dan celana selutut warna pink, dia menaruh sesuatu sebelum pergi.
"Ah," Valeria memegang kepalanya yang berdenyut-denyut, dia membuka mata. Atap yang berbeda dari rumahnya, Valeria terbangun di samping ada obat pengar dan secarik kertas.
Di dalam surat itu berisi catatan Alex. Valeria meremas suratnya.
"Ron, kau lihat alex?" Valeria pulang kerumahnya, dia tak sengaja melewati Roni di gang rumah.
"Tidak, aku hanya lihat para pria berjas rapih datang ke rumahmu." Jelas Roni. "Itu mereka, Val."
Valeria melihat para pria berjas berlari ke arahnya.
"Hei, kau tahu saudara alex di mana?" salah satu pria itu bertanya pada Roni.
Valeria ingat semalam dalam keadaan mabuk, akex bilang kalau dia memilik hutang lain pada rentenir.
Roni menarik tangan Valeria dan berbisik. "Tubuh mereka sangat besar aku takut."
Valeria menatap sahabatnya yang tidak bisa membantu, Roni hanya membenarkan kecamatanya.
"Hei, dari tampangmu kau sedikit mirip dengan Alex !" seru salah satu pria itu.
"Bukan, bukan aku." Valeria berjalan mundur dan berlari.
Para rentenir mengejar Valeria.
Valeria terus berlari dan berhenti menatap pagar terkunci di depannya. Dibelakangnya rentenir masih mengejar dia.
Valeria memanjat pagar dan terjatuh di aspal dengan posisi tengkurap, hampir saja kepalanya mencium aspal.
Btt! Suara rem mendadak Vivian lihat ada mobil di depannya. Dengan posisi yang masih sama seperti tadi, dia menoleh ke pagar di sana rentenir hanya menontonnya.
Seorang pemuda turun dari mobil, Valeria melihat sepatu mengkilap pria itu.
"Nona, anda tidak apa-apa?" Pemuda itu bertanya padanya.
Valeria berpikir sesaat jika dia bangun mungkin rentenir itu akan menangkapnya. Ketika mata dia bertatapan dengan pemuda itu, Valeria pingsan.
"Nona!" Pemuda itu menggoyangkan bahu Valeria.
Ayolah bawa aku dari sini, Valeria terus berkata itu dalam hatinya. Dia tersenyum saat pemuda itu menggendongnya ke dalam mobil.
Saat mobil itu melaju Valeria membuka sebelah matanya, mengintip para rentenir yang berusaha memanjat pagar.
***
Di perjalanan Joshua sedang berteleponan dengan Susan, bibinya.
"Iya Bi, aku pasti membawanya pulang." Sebelah tangan Joshua mengambil botol air dan menggelinding ke bawah. Joshua menunduk mengambil air di bawah kakinya. Saat dia melihat ke depan ada orang di jalan dia mengeremnya.
"Bibi, sudah dulu ya!" Joshua mematikan panggilannya lalu menghampiri orang itu.
Ketika josh bertanya pada orang itu, dia tak menjawabnya hanya menggelengkan kepalanya dan terlihat gelisah. Lalu orang itu pingsan.
Joshua membawanya ke rumah sakit, dia menunggu orang itu siuman dulu.
"Dok, gimana keadaannya?"
"Hanya mengalami gejala syok saja, Tuan." Sahut dokter, "sebentar lagi juga siuman."
Joshua sepuluh menit lagi ada rapat, dia harus segera pergi. Joshua merogoh saku jasnya dan memberikan kartu ke perawat.
"Tolong nanti kalau dia bangun hubungi saya."
Si perawat tertegun melihat kartu nama itu. "Baik Tuan."
Joshua terpikirkan dengan orang yang pingsan itu, dia mirip dengan seseorang. Sekarang Joshua sedang rapat di kantornya.
Setengah jam kemudian Joshua keluar dan pergi menuju ruangan kantor pribadi.
Anthony mengikuti dia.
Anthony memberikan file, "Tuan ini hasil revisi ulang."
"Oke." Joshua meneliti file itu. "Ini lebih baik."
"Tuan, saya tidak menemukan orang yang bisa menerjemahkan bahasa jepang."
"Kau boleh keluar!" Joshua menenangkan dirinya. Dia memiliki jiwa yang tenang dan tidak mudah marah. Malam ini dia memiliki jadwal pertemuan dengan perusahaan jepang. Tapi joshua tidak bisa bahasa jepang, dia menyuruh Anthony mencari orang yang mengerti bahasa itu.
"Tuan, seseorang di lobby ingin bertemu anda, dia juga punya kartu nama anda."
"Siapa?"
"Resepsionis bilang dia Valeria dari rumah sakit ." Sahut Anthony.
"Oh." Joshua kembali menatap layar komputer. Darinya namanya sepertinya perempuan namun dandanan dia semacam pria.
"Tuan, apakah saya mengusir dia?" Anthony merasa jika Joshua tidak mengenalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments